BAB 6

124 18 5
                                    


Juliana.

Entah, pikirannya benar-benar kosong untuk saat ini, wajahnya datar tanpa ekspresi, Juliana berjalan ke jalan raya, ia tidak perduli dengan derasnya hujan, Juliana bingung marah kecewa kesal semua perasaan itu menjadi satu.

Perasaannya benar-benar tertekan untuk saat ini, bahkan rasa dingin yang menyelimuti tubuhnya ia tidak perdulikan, tiba-tiba saja air matanya jatuh bersatu dengan air hujan.

Juliana saat ini benar-benar terlihat seperti orang depresi, tapi dia normal.

"Apa aku mati saja ya? Ah tidak Jul, Tina dan Eva akan bahagia jika aku mati, tunggu saja kalian, aku akan membalas dendamku setimpal dengan apa yang kalian lakukan pada ayah dan mamaku." Juliana mengoceh tidak jelas sekali, dia terus meracau.

Malam semakin gelap, hujan semakin deras, jalanan semakin sepi.

Tiba-tiba saja dari arah belakang, ada seorang pria yang menarik lengan Juliana, reflek saja, Juliana langsung melakukan perlawanan terhadap pria itu sekuat tenaga.

Pria itu benar-benar mesum, akan mencium Juliana, ia langsung menampar pipinya dan berusaha berlari darinya, pria itu masih mengejar Juliana.

Juliana berteriak tolong disepanjang ia berlari, tapi sepertinya tidak ada orang yang datang membantunya.

Hingga Juliana tersandung jatuh, pria itu semakin dekat semakin dekat, mendekati tubuh Juliana yang terjatuh, Juliana saat ini hanya bisa pasrah, karena tenaganya benar-benar terkuras dan lemah untuk berdiri.

Ketika pria itu semakin mendekati tubuh  Juliana, tiba-tiba.

"Bukk!"

Suara pukulan menghantam tubuh pria itu bahkan pria itu kewalahan menghadapinya, semakin dilihat dengan jelas, ternyata orang yang memukul pria bejat itu adalah April.

Pria bejat itu lari tunggang langgang karena kalah menghadapi pukulan dari April, Juliana tidak berkata apapun kepada April, dia benar-benar lelah dengan keadaan sekarang ini. April membantu Juliana berdiri.

Namun, dimata Juliana, ada rasa marah tapi juga kerinduan kepada April, keduanya saling berpelukan.

"April...." Satu kata terucap dari mulut Juliana bersamaan dengan air mata, april memeluk Juliana semakin erat.

"Jul. Kamu kenapa?" Tanya April dengan lembut. April memakaikan jaketnya kepada Juliana, karena tubuhnya menggigil kedinginan, ia mengajak Juliana untuk menuju ke tempat yang teduh tidak terkena hujan.

"Aku lelah... dengan semua ini, aku ingin mati saja." Ucap Juliana yang berbicara asal.

"Huusst. Jangan bicara seperti itu, kamu Gila ya Jul." Ucap April yang tidak peka.

"Ya, memang aku orang gila. aku pengen mati aja, hidup itu capek." Ucap Juliana.

"Aku antar kamu ke rumah ya Jul." Ucap April yang belum peka juga dengan perasaan Juliana yang terjadi saat ini.

"Daripada ke rumah, mending aku MATI." Ucap Juliana.

**

Gimana ceritanya sampai sini. Komen dulu ya guys tentang cerita aku ini. Nanti kalau udah, lanjut update ke part selanjutnya. OK.

Jangan lupa follow akunku yaa, supaya gak ketinggalan cerita part selanjutnya.

DRAMA CINTA JULIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang