Gundala Sayap Malam - The Retaliations
The Sancaka.Seorang ksatria tidak di nilai dari kesaktian nya, seorang ksatria di lihat dari kelembutan hati nya, secercah cahaya yang selalu menerangi kegelapan malam, dan memberikan panduan bagi para petualang, yang akan memandu mereka kembali pulang - Insinyur Sancaka.
Suasana masih nampak lengang di kawasan Pusat Bisnis Kota Metro, lampu lampu penerangan masih memancarkan cahaya, beberapa bangunan bertingkat masih terlihat menutup rapat pintu gerbang nya.
Hanya nampak beberapa petugas Keamanan Perusahaan berjalan mondar mandir di sekitar kawasan bisnis terbesar di Kota metro, sebuah bangunan tertinggi di kota metro masih nampak menyalakan penerangan nya, lampu lampu pencahayaan di bagian taman depan bangunan tinggi tersebut masih nampak menyala,
Papan nama di bagian atas yang bertuliskan Sancaka International Corporations masih terlihat menyala saat beberapa lampu tembak menyinari banner dengan ukuran besar tersebut, sebuah billboard dengan iklan digital masih terlihat jelas di halaman depan sebuah bangunan luas tepat di samping Holland Bank, sebuah perusahaan internasional milik salah satu Taipan Metro city yang masih bertahan dengan bisnis nya,
sebuah pusat perbelanjaan terbesar berdiri tepat si sampingnya, taman kota Metro masih mengalirkan udara bersih di sekitar kawasan bisnis tersebut, pepohonan rimbun yang ada di sekitar taman Kota metro sesekali bergerak dan mengeluarkan suara ketika angin dingin berhenbus melewati dahan dan ranting nya.
"Sudah lama kau disini, Will?" Tanya Pak Wahyu, William hanya tersenyum ke arah nya dan kembali memalingkan wajahnya ke arah bangunan luas di sisi Sancaka Tower, sebuah pusat perbelanjaan ultra modern Sancaka Atrium yang berada di seberang bangku taman.
"Pak Sancaka, Eyang mu, dan Raditya Sancaka, Ayahmu, mereka berdua yang membangun perusahaan ini dari nol...," Ujar Pak Wahyu sembari menyeruput kopi panas dalam genggaman nya, William hanya melirik ke arah sang Rektor dan kembali memalingkan wajahnya ke arah bangunan bertingkat yang berada di seberang Taman Metro Park.
"Warisan dari keluarga Sancaka bukan hanya Gundala, melainkan lebih dari itu."ujar William melanjutkan, sebaris pesan nampak di layar ponsel miliknya, Tim Audit dari Singapur sudah tiba untuk melakukan pemeriksaan terhadap beberapa anak perusahaan sore ini.
"Perusahaan milik keluarga mu mampu memberi penghidupan yang layak pada orang yang membutuhkan, membuka lapangan kerja, memberikan mereka harapan bagi masa depan mereka...," Ujar Pak Wahyu kembali, dari kejauhan nampak seorang pemuda berkacatama berjalan mendekat dari araj air mancur di seberang bangku yang mereka tempati, Anto terlihat berjalan mendekat sembari membawa bungkusan yang berisi sarapan pagi untuk mereka.
"Kekuatan seorang Ksatria tidak di lihat dari kesaktian nya, melainkan di nilai dari kekuatan hati nya...," Pak Wahyu kembali teringat perkataan Insinyur Sancaka, William hanya duduk, menyimak seluruh perkataan sang Rektor.
"Itulah mengapa kalian sangat spesial, bagi seluruh warga Metro City...," Ujar Pak Wahyu kembali, Anto membuka bungkusan yang dibawa olehnya, tiga potong roti hangat dan tiga gelas kopi hitam nampak di atas meja di hadapan mereka.
William hanya tersenyum, jam menunjuk kan pukul setengah enam pagi, lampu lampu jalan di sekitar taman Metro mulai di padamkan, sinar mentari nampaknya masih belum mau menampak kan cahaya nya, beberapa helai kabut masih terlihat menyelimuti jalan raya di sekitar Sancaka Tower.
"Selamat pagi, William...," Suara berat dari seorang pria nampak mengejutkan mereka, Anto dengan sigap meraih Taser yang berada di balik jaket kulitnya sementara Pak Wahyu memasang kuda kuda bersiap untuk menyerang pria yang baru saja muncul di hadapan mereka.
"Agent Greene, BIMA." Sebuah lencana nampak terlihat dari balik dompet pria di hadapan mereka, seorang pria bule dengan perawakan tinggi besar berambut pirang berdiri di hadapan ketiga nya, dari balik pepohonan beberapa pria berpakaian hitam terlihat bersiaga.
"Langsung saja ke inti masalahnya, Pak Greene." Ujar Pak Wahyu, sang Rektor menurunkan kuda kuda nya dan kembali ke tempat duduk, satu gelas kopi di atas meja di ambil oleh nya.
"To, aku tidak suka sama orang ini " ujar Pak Wahyu berbisik ke arah Anto, pemuda yang berada di samping sang Rektor hanya tersenyum sementara Agent Greene hanya melirik ke arah mereka.
"Aksimu semalam, menghajar delapan pemuda perampok Bank patut mendapatkan apresiasi...," Ujar Agent Greene, pria tersebut mengambil tempat duduk tepat di hadapan William.
"Dan, Tetranoid? The Owl di dermaga delapan?, Lupakan saja, barang itu tidak akan sampai ke Metro." William hanya menghembuskan nafas sementara Pak Wahyu menyuruput kopi hangat dalam gelas plastik yang berada dalam genggaman nya.
"Langsung pada inti masalahnya, Pak Greene, kami tidak punya banyak waktu untuk mendengarkan dongeng sebelum tidur anda." Ujar Pak Wahyu cepat, dari nada bicara sang Rektor terdengar nada ketidak sukaan terhapad pria yang berada di hadapan nya.
"Semalam, jam 22:23, Bekas labolatorium Raxon, East Asia Base, sekelompok preman berseragam militer bersenjata lengkap memasuki area tersebut." Ujar Agent Greene, layar monitor laptop yang berada di hadapan sang Agent mulai menayangkan rekaman CCTV.
"Benda yang kemarin malam dicuri dari Raxon, dan kau kira sudah selesai dengan mereka?" Ujar Agen Greene kembali berkata, sebuah benda berwarna hijau dalam kotak baja nampak mengeluarkan cahaya ketika salah seorang pria berpakaian militer membawa benda tersebut meninggalkan bekas labolatorium sebuah perusahaan farmasi, William dan Anto hanya terdiam mendengarkan penjelasan dari pria di hadapan mereka.
"Barang itu tetap hilang, tetapi..," ujar Anto keheranan.
"Terakhir Badan Intelejen Negara yang memegang core system" Agent Greene kembali menjelaskan, seorang pria berpakaian hitam yang berada di belakangnya berjalan mendekat, satu unit laptop di taruh oleh sang pria di atas meja panjang tempat mereka berkumpul.
"Core System Demolizer...," Ujar William sembari bangkit dari tempat duduknya, Agent Greene menutup layar laptop yang berada di hadapan nya, Sang Agent pun mulai beranjak dari tempat tersebut.
"To, siagakan Thunderlair...,"
YOU ARE READING
Gundala Sayap Malam The Retaliations
ActionGundala sayap malam harus berhadapan dengan mantan Agen Bima Shield, seorang agen lapangan dari kesatuan shield mengamcam akan membuka seluruh rahasia dari BIMA, dapatkan Gundala dan Kapten Adrian BIMA Force menghentikan aksi Selicca dan menyelamatk...