Thunderlair

8 1 6
                                    

Gundala Sayap Malam - The Retaliations
Thunderlair.

Bangunan bergaya kolonial yang berada tepat di tengah kawasan seluas lima Hektar yang menjadi tempat tinggal bagi keluarga Sancaka, keluarga pemilik perusahaan Raksasa Sancaka International,  Mansion milik sebuah keluarga terpandang di kota metro terlihat berdiri tegap diantara rimbun nya pepohonan yang memenuhi seluruh area di sekitarnya.

"Percaya ga, To?" Keringat masih nampak menetes dari bagian tubuh William, samsak di hadapan nya masih nampak bergerak akibat menerima tendangan dan pukulan dari sang pria, Anto hanya mengamati layar monitor di tengah ruang kendali utama Thunderlair, rangkaian mode biner terlihat menuruni layar monitor milik sang Engineer, beberapa berkas digital yang didapat dari kepolisian internasional nampak di salah satu jendela operational system, sementara program kecerdasan buatan masih melakukan beberapa Analisa mendalam tentang metode tempur yang baru saja di gunakan, barisan Battlepod  yang berisikan baju tempur Gundala Sayap Malam nampak berjajar rapi di sisi kiri ruangan bawah tanah Wisma Sancaka.

"Entahlah...,"ujar William kembali, sembari melangkahkan kaki ke arah salah satu Battlepod, tangan nya meraih handuk yang tergantung di atas sebuah kursi yang tak jauh dari tempatnya berada.

"Sejak pertempuran terakhir, banyak Hero bermunculan...," Ujar William sembari menyeka keringat di seluruh tubuhnya, bekas luka di bagian bahu nya masih terlihat jelas, beberapa bekas jahitan menghiasi bagian tubuhnya.

"Yang mengaku Hero, Pak." Ujar Anto cepat, sebuah papan pesan digital nampak di layar monitor milik nya, sebuah pesan nampak di hadapan nya.

"IRMA mencatat adanya Hero baru setiap minggu, seperti majalah saja...," Ujar William sembari tertawa, pintu otomatis di sisi kiri ruangan komando Sayap Malam terlihat bergeser, Lampu berwarna kuning dengan tulisan Warning yang berada di bagian tengah nampak mulai menyala ketika Pak Wahyu nampak keluar dari dalam ruangan labolatorium.

"Bukan kah bagus? Tugas sayap malam jadi lebih ringan?" Ujar Pak Wahyu menyela, Sang Rektor terlihat sangat kelelahan setelah seharian melakukan percobaan Mineral Vibranium, salah satu bahan material yang di gunakan untuk seluruh armor sayap malam.

"Kadang merepotkan juga." Ujar William kembali, Pak Wahyu berjalan ke arah meja panjang di sisi lain ruangan Komando dan meletak kan beberapa map yang berisikan berkas penelitian di sisi kiri meja panjang.

"Aksi sembrono dan tanpa fikir panjang, aksi Super hero yang bisa mencelakakan mereka, Pak...," Ujar Anto cepat, sebuah berkas yang berasal dari markas besar CIA langley nampak menarik perhatian sang Engineer.

"Nampaknya Gundala Sayap Malam mulai menjadi inspirasi bagi warga kota Metro...," Ujar William pelan, pandangan nya di arahkan ke arah lain ruangan pusat komando dimana terdapat dua unit Battlepod yang berisikan dua Armor milik Gundala Neo dan Gundala Putra Petir, William hanya tersenyum saat melihat ke arah baju tempur milik mendiang Ayah dan Eyang nya.

"Sedikit demi sedikit, harapan Ayah dan Eyangmu mulai terwujud, Will...," Sang Rektor berjalan mendekat ke arah William, perlahan Pak Wahyu menepuk pundak pemuda yang berada di sampingnya, William masih terus menatap ke arah Battlepod yang berisikan Armor milik sang Eyang.

"Ini semua karena kalian, Pak...," Ujar William pelan, Anto berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati mereka, Pak Wahyu kembali menepuk pundak William dan berjalan ke arah sisi kanan Pusat Komando Sayap Malam, Bayangan Gundaleon Speeder yang berada di samping jet tempur Roklos nampak berkilauan saat cahaya matahari menyelinap masuk melalui celah celah di bagian atas Thunderlair.

"Gundala Sayap Malam tidak mewarisi kekuatan seperti pendahulu nya...," Ujar William kembali berkata, pandangan nya di arahkan ke arah atas bagian dalam gua Halilintar, Markas besar Gundala sayap malam yang berada tepat di bawah bangunan tempat tinggal keluarga Sancaka.

"Tetapi tiap generasi memiliki ke istimewaan nya, Pak Will." Ujar Anto cepat, sang Engineer mengambil jaket miliknya yang tergantung di bagian atas Gundaleon Speeder.

"Ini kendaraan tempur, To, bukan tempat penyimpanan jaket." Ujar Pak Wahyu kembali, jam sudah menunjuk kan pukul setengah enam pagi, sudah saatnya bagi mereka untuk kembali beristirahat.

"Hidup itu merupakan sebuah perjalanan, bukan suatu perbandingan." Ujar Anto sembari berjalan ke arah Lift yang menuju ke bagian atas pusat komando, William hanya tersenyum mendengar perkataan Anto.

"Eyang dan Ayah hanya mewariskan Sancaka Corporations dan ribuan karyawan nya,.," Ujar William kembali, dua foto dengan bingkai berukuran besar nampak di sebelah elevator di dalam pusat komando, William kembali tersenyum saat melihat kedua gambaran pendahulunya.

"Bukan kekuatan Petir milik mereka ..," Pak Wahyu hanya menghela nafas dan mulai melangkahkan kaki ke arah elevator.

"Walaupun angka kriminalitas belum bisa di tekan, minimal kesadaran warga akan keamanan mulai terbentuk...," Ujar Anto kembali, tangan sang Engineer menahan pintu elevator yang hampir menutup saat Pak Wahyu berjalan mendekati nya.

"Dan semua Hero abal abal yang ingin menjadi Crime Fighter, sebaiknya Kau sewa saja mereka, Will, biar tugas Sayap Malam menjadi lebih mudah...," Ujar Pak Wahyu kembali, William hanya mengeryitkan dahi dan melangkahkan kaki ke arah pusat kendali server utama IRMA yang berada dekat Komputer utama.

"Maksudnya biar kita bisa liburan, Pak?" Ujar Anto, Pak Wahyu hanya mengangguk kan kepala.

"Bagian Audit menghubungi, saya harus ke office, Pak...," Tiba tiba ponsel milik William bergetar, satu Pesan dari Sancaka International Management nampak di layar lcd milik nya, sebuah pesan dari bagian Audit mulai terlihat saat sang pemuda menekan sebuah tombol digital di layar ponselnya.

"Kau order ojek online saja, Will, Enigma Storm masih dalam perbaikan akibat aksimu semalam." Ujar Pak Wahyu.

Sementara di bagian penyidikan sains kepolisian Kota Metro, sebuah tabung berwarna kebiruan nampak di masuk kan ke dalam kontainer berbahan baja, Kinaira dan para petugas kepolisian kota Metro hanya dapat terdiam ketika pasukan Militer dan beberapa Agen dari Badan Intelejen Negara membawa barang bukti yang telah mereka dapatkan.

"Disini Agent Reeve, Hubungi Agent Sygnal dan Agent Greene, B.I.M.A dalam siaga merah, saya ulangi, BIMA DALAM SIAGA MERAH!"

Gundala Sayap Malam - The Retaliations
Thunderlair.

Gundala Sayap Malam The RetaliationsWhere stories live. Discover now