Pulang

717 43 10
                                    

"Sarada kenapa?" Sakura membersihkan tangannya, ia lalu jongkok menyetarakan tinggi sang anak.

Sarada terlihat sedih, matanya memandang kesamping dengan sayu.

"Papa kemana mama?"

"Loh bukan kah sara sudah di beri tahu papa? Bahkan papa pergi berpamitan kan sama sara. Jadi kenapa?"

"Kenapa papa pergi?"
Sarada berkaca-kaca, menatap Sakura yang terlihat bingung dimatanya.

"Sayang papa kan pergi kerja, kenapa sara menangisi kepergian papa hemm?"
Sarada menggeleng.

"Papa hanya beralasan kan?"

"Papa memang bekerja. Tidak ada alasan lain papa keluar sendirian."

"Papa teman-temanku semuanya pulang ketika sore, tidak pernah tidak pulang hingga selama ini. Jadi dimana papa mama?"

"Emm papa memang sedang pergi bekerja. Dia tidak bisa pulang seperti yang lain, karena papa harus mengurus perusahaan yang didalamnya terdapat tulang punggung yang membutuhkan pekerjaan untuk bertahan hidup."

"Apa itu nama anaknya?"

"Iyaa ya seperti itu." Jawab Sakura dengan menaikkan bahunya.

Terlihat mulut Sarada mencabik dan tak lama terdengar isak tangisnya.

"Sudah ya, kamu itu kenapa sih?"
Sakura membawa Sarada kepelukannya.

"Papa jahat mama!!!"

"Hey kenapa bisa begitu?"

"Dia tidak ada saat aku pergi sekolah kemarin, teman-temanku semuanya diantar oleh orangtuanya, kenapa? Kenapa hanya mama hikss mama hikss sara sedih hikss."

Anak berumur 5 tahun itu menangis tersedu-sedu mengadu ke ibunya.
"Maaf ya maafin mama sama papa yang tidak bisa mengantar sara kesekolah bersama-sama."

"Seharusnya papa yang minta maaf bukan mama, papa jahat, sara benci papa." Sarada berlari memasuki kamar meninggalkan Sakura yang menatap pintu kamar dengan sendu.

🍅🌸🍒

Pagi hari Sakura sudah menyiapkan sarapan dan Bento untuk sang putri.
Gadis kecil itu telah duduk di kursi makannya dengan lesu. Ia masih marah dengan mama dan papanya.

"Sudah makan dulu, habis makan boleh lanjut ngambek lagi."

Sarada makan dengan memukul-mukul sendoknya ke piring dengan keras menandakan ia benar-benar kesal dengan orangtuanya.

Selesai sarapan, Sakura memakaikannya sepatu sekolah, setelah itu membenarkan rambut hitam gadisnya.

Sarada membuka pintu rumahnya.

"Hahh?" Dia terkejut melihat sosok laki-laki yang tengah ia rindukan berdiri didepan pintu dengan sedikit jongkok.

"Tadaima"

Sarada segera berlari kepelukannya. Ia sudah menangis, ia benar-benar merindukan laki-laki ini.

"Papa~ hikss"

"Iya sayang."

Cupp
Mengecup pipi tembam anaknya dengan sekilas.

"Kau sudah pulang Sasuke-kun? Okaeri"

Sarada melepas pelukannya, ia tidak jadi menangis, ia melanjutkan acara marahnya.

Sasuke tersenyum ke Sarada tapi dibalas tatapan tajam sang anak.
"Kenapa?"

"Papa bertanya? Kenapa? Seharusnya sara yang bertanya." Sasuke melihat ke arah Sakura seakan bertanya apa dia masih marah.

Sakura hanya mengangguk.
"Papa kira sara sudah tidak marah. Jadi? Tidak. Papa minta maaf ya, kemarin tidak mengantar sara ke sekolah."

Dirimu Adalah Orang Yang Berharga -SasusakusaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang