Demam

512 33 2
                                    

Mata hitamnya bergerak ke kanan ke kiri sesekali mencuri pandang ke ayahnya yang menjulang tinggi di depannya. Kedua jari-jarinya saling meremas.

Entah apa yang ia lakukan hari ini, sehingga sang ayah nampak marah dan mengerikan seperti monster di matanya.
"Papaa~" Ia mencoba memanggil sang ayah, siapa tahu ayahnya sedang bercanda ya walaupun wajahnya ayahnya tidak nampak sedang bercanda.

"Huftt.." laki-laki tersebut menghela nafasnya, tidak habis fikir dengan anak tunggalnya yang sangat ia cintai ini.

Nasib buruk tidak ada di kalender. Entah ada apa dengan hidupnya hari ini.

"Papaaa~ Sarada kan mau bantu papa aja.." Sarada gadis itu menunduk sesekali mendongak menatap ayahnya yang masih saja menampilkan wajah tegang dan mengerikan.

"Emm emm aku kan mau bersih-bersih."

"Kalau kau bersih-bersih kan bisa di pikirkan dulu. Mana yang seharusnya dan mana yang tidak seharusnya."

"Tadi laptop papa panas. Sarada kan sudah kompres pakai air dingin tapi tetap panas. Ya kan air di kolam renang dingin. Papa aja yang nggak tahu." Sarada mendongak dan dengan lantang ia tidak setuju jika dijadikan dalang atas rusaknya laptop ayahnya.

"Papa yang tidak tahu atau kamu yang tidak tahu hah?" Nada tinggi Sasuke membuat gadis kecil itu menunduk lagi dan meremas jari-jari kecilnya.

"Ish papa iihh gitu aja marah." Mata hitam yang tengah menunduk itu berkaca-kaca, sudah tidak kuat menahan tangisannya.

"Haaa..." Helaian nafas Sasuke kembali terdengar. Tidak heran jika anaknya terlalu aktif.

Sasuke jongkok menyetarakan tinggi si buah hatinya. Ia membawa tubuh kecil itu kedalam pelukannya.

Mau marah ia juga yang salah. Mau membentak ia juga yang salah.

Seharusnya ia tadi tidak pergi begitu saja ke toilet. Mungkin laptop dan data-data penting yang baru ia kerjakan tidak akan hilang.

Sasuke memeluk Sarada dengan erat. Ia gemas sekali dengan gadis kecil ini. Selalu saja ada pembelaan terhadap sesuatu yang ia kerjakan. Ada saja alasannya.

"Papa terlalu erat."

Cup

Sasuke mencium dahi lebar Sarada dan melepaskan si kecil itu dari pelukan eratnya.

"Sudah pergilah bersih-bersih lagi. Jangan mengacau."

"Iya." Langkah kakinya mulai terdengar karena anak itu berlari entah apa yang akan ia lakukan kali ini.

Sasuke cukup beruntung, ia memiliki salinan dokumen di laptopnya. Jadi ia tidak terlalu memusingkan itu. Hanya saja ia harus mengulanginya dari awal lagi.

Sarada menatap nanar laptop ayahnya yang basah kuyup dan dalam keadaan mati.
Ia mengangkat benda itu dan menaruhnya di bawah sinar matahari.

"Mungkin saja kalau sudah kering dia sehat kembali." Gumamnya sambil menepuk pelan keyboard.

"Cepat sembuh ya. Kasihan papa, dia nanti malah cari yang baru kalau kamu nggak sembuh..."

"Sarada kamu ngapain disitu? Bukannya bersih-bersih malah panas-panasan. Ayo kesini." Panggil Sasuke saat melihat anaknya malah bermain dengan laptop basahnya.

"Iya." Sarada berlari kearah Sasuke yang sudah menunggunya didepan pintu.

"Nanti sakit, kalau bersih-bersih ya bersih-bersih, kalau mau main ya main. Jangan panas-panasan."

"Iya papaaa~"

🍅🌸🍒

Hal pertama kali yang Sarada lihat adalah wajah ibunya yang sedang tertidur sambil memeluknya.
"Mamaaa~"

Dirimu Adalah Orang Yang Berharga -SasusakusaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang