'Malam telah tiba! Silakan beraksi!'
Gelap malam menyelimuti kota asing yang mereka tempati. Setiap malam, para pemain berada di rumah masing-masing dan melakukan tugas sesuai dengan peran yang didapatkan. Namun, ada satu kubu yang akan selalu berkumpul di satu titik setiap malamnya.
"Wah, aku gak nyangka kamu bakal ngambil keputusan itu di hari pertama. Kenapa Chacha harus dikorbanin segala?" ucap seseorang di balik bayangan.
"Saya mau yakinin para warga kalau saya aman. Setidaknya cukup worth it kalau ditukar dengan salah satu dari kita," balas lelaki yang menjadi lawan bicaranya.
"Iya sih, tapi sebenarnya gak perlu di hari pertama juga, kan? Jumlah kita jadi berkurang, apalagi Chacha itu werekitten, peran yang lumayan merepotkan selagi bukan augur yang turun tangan."
"Santai. Serahin aja semuanya sama saya."
"Terserah kamu deh, Steven."
Sebuah notifikasi singkat seperti layar berukuran sedang tiba-tiba muncul tepat di hadapan para werewolf. Mereka saling tatap satu sama lain dan tersenyum lebar setelah membaca isi yang tertera. Sebuah nama terpampang di sana, mengabarkan bahwa sang detective sudah diketahui identitasnya.
Seorang gadis berkacamata duduk di atas meja dengan gaya angkuh, menekuk kaki kiri sembari meluruskan kaki yang satunya. Kedua tangan yang menumpu tubuhnya membuat gadis itu terlihat semakin arogan. Jemarinya mengetuk meja, menciptakan irama acak yang meramaikan suasana sunyi di malam ini. Dengan tatapan tajam, ia tersenyum sinis.
"Kurasa kita gak perlu membunuhnya. Biarin aja dia hidup."
"Apa maksudmu? Jadi kita harus membiarkan dia menemukan kita satu per satu?" tentang seorang remaja laki-laki.
Gadis itu tertawa angkuh. "Kamu seorang hag, bukan? Mulai malam selanjutnya, kamu cuma perlu disable kekuatan dia sampai permainan ini berakhir."
"Bukannya lebih berbahaya augur, ya?"
"Augur belum ketahuan. Lebih baik kita blokir yang udah pasti aja," saran Steven yang dibalas dengan anggukan kepala seluruh werewolf.
"Jadi, siapa yang harus kita bunuh malam ini? Malam ini giliranmu untuk membunuh, kan? Udah punya target?" tanya remaja itu pada lelaki yang berdiri di depan pintu.
Lelaki itu tersenyum samar dan berbalik arah, mengucapkan sebuah nama sebelum beranjak pergi meninggalkan bangunan yang menjadi titik kumpul mereka pada tiap malam itu.
Di saat yang sama, di sebuah rumah klasik area pemumiman warga, seseorang mendecak sebal. "Sialan. Eris pikir Rara bersih."
***
'Matahari telah terbit, anak-anak! Sungguh malam yang sangat sunyi! Tebak ada berapa mayat di malam kedua? Haha, cuma satu orang, kok! Wah, sepertinya kalian cukup beruntung, atau tidak?'
Para pemain yang sudah berada di lapangan berdecih. Mereka melihat satu sama lain, mencoba mencari siapa kiranya anggota yang berkurang.
"Apa maksudmu?" tanya Junu heran.
'Pada malam kedua, ada dua kejadian yang berbeda. Pertama, seseorang dari kalian pasti sudah terbunuh kalau bukan karena pelindung tak kasat mata yang melindungi rumahnya. Sang pemangsa gagal untuk membunuh seseorang malam ini. Kerja bagus, guardian!
'Kedua, sangat disayangkan. Kau mendatangi orang yang salah, Zaskia! Sang penerawang ulung mati ditembak oleh wanita yang paranoid ketika hendak diterawang. Baiklah, waktunya diskusi atas kematian Zaskia, the seer!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Werewolf: The Chronicles
Mystery / ThrillerMalam tahun baru yang cukup meriah harus tertunda dengan kehadiran sebuah notifikasi game yang muncul mendadak di layar ponsel mereka, para member Four Leaf Clover. Alih-alih menutup tahun dengan manis, tahun mereka harus ditutup dengan cipratan dar...