05. Jangan Bucin Dulu, Ya?

41 12 76
                                    

"Steven, kamu kenapa angkat tangan?" tanya Key kepada lelaki itu.

"Kan, Teh Fuyu nanya?" balas Steven dengan balik bertanya.

Mendengar itu, Aldo tersenyum lebar. "Hayo, kalau kalian nuduh aku sebagai werewolf karena aku santai dan menganggap ini semua cuma permainan, kenapa Steven juga angkat tangan?"

Kening yang mengerut terukir hampir di seluruh wajah para anggota Four Leaf Clover yang tersisa. Mulut mereka semua bungkam, memperhatikan sepuluh orang yang mengangkat tangan sebagai pertanda dari orang-orang yang menganggap ini hanya sebuah permainan.

"Kalian pada kenapa, sih? Kurang jelas apa coba mayat dan darah yang selama ini kita saksikan di depan mata? Kalian masih mikir kalau ini cuma game?" Icha tersulut emosi. Matanya menatap nyalang kepada Aldo.

"Justru kalian yang kenapa? Padahal cuma game, tapi panikan banget," timpal Haru.

"Diam kamu, Haru! Kenapa kamu tiba-tiba berpihak sama Aldo? Dia itu penipu! Penuh tipu muslihat! Apa kamu juga werewolf kayak dia makanya kamu bela?"

"Cha, coba kamu lihat lagi deh. Member yang domisili Palembang pada angkat tangan, loh. Aku, kak Eris, Haru juga. Kenapa kamu beda sendiri? Kamu juga sering banget nuduh sana-sini. Apa jangan-jangan, kamu yang werewolf?"

"Eris maung, kok. Rawr."

Icha terdiam. Ia panik ketika menyadari kata-kata Aldo berhasil mempengaruhi beberapa orang di sekitarnya. Elin yang kebetulan berada di sebelah gadis itu menatap Icha dengan ekspresi datar dan mundur menjauh beberapa langkah.

Fikri yang melihat itu tersenyum simpul dan segera berdeham untuk memusatkan atensi.

"Aldo, Steven, menurut kalian, berapa persen kemungkinan Elin ada di pihak werewolf?"

Aldo menatap Fikri bingung. "Eh? Kenapa tiba-tiba?"

"Jawab aja."

"Enggak tau, sih. Aku enggak terlalu merhatiin pola Elin," simpul Aldo. "Kalau kamu gimana, Steven?"

"Saya? Bisa aja dia werewolf, tapi saya gak bisa hitung kemungkinannya. Lagipula, saya rasa agak sulit menghitung persentase kemungkinan kalau jumlah orangnya sebanyak ini dan mereka gak begitu memperlihatkan pola," jawab Steven.

"Steven enggak curiga sama aku, kah?" Key bertanya sembari menarik ujung baju Steven.

Tanpa menjawab langsung, Steven menepuk ujung kepala Key pelan. "Enggak, how could I?"

"Kalau aku wewe, gimana?"

"Paling kamu lebih gemeteran dari ini."

"Steven ih."

"Haha. Yah ... kalau kamu wewe, I was blinded by the love I felt, I guess?"

Key menendang betis Steven. "STEVEN IH."

"Haha, aw."

Melihat mereka yang mulai mengobrol berdua, Fikri berdeham untuk mengambil atensi kembali. "Key, Steven, jangan bucin dulu, ya? Selesaikan pembicaraan kita dulu."

"Hampura, Kang," respon Steven.

"Jadi, aku enggak tau keputusanku ini tepat atau enggak. Aku cuma mau minta guardian lindungin orang yang tepat. Yang pasti, aku augur dan udah terawang selama tiga malam. Chita dan Fuyu bersih. Malam ketiga aku terawang Elin, dan dia jahat," ungkap Fikri panjang lebar.

Elin tampak sedikit terkejut. "Loh? Saya wewe? Affah iyyah?"

Fuyu memicingkan matanya. "A Fikri belum ada nyebut kamu wewe loh."

Werewolf: The ChroniclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang