02. Jangan Bertengkar!

70 15 245
                                    

'Teman kalian, Lemon, sudah tereliminasi! Waktunya diskusi!'

Sama seperti malam yang secara ajaib memindahkan posisi para warga menuju tempat tidur, begitu pula yang terjadi ketika matahari telah terbit. Seluruh pemain kini berada di sebuah lapangan kosong yang besar, tanpa meja maupun kursi. Mereka semua dipaksa berdiskusi dengan posisi yang acak dan tidak teratur dalam keadaan berdiri.

"Ini sesi diskusi? Serius? Gak elit banget, minim fasilitas," komentar Haru santai.

"Kak Lemon beneran ... mati?" Niina menggigit bibir, "kalian serius mau ngebunuh satu sama lain?"

Aldo tertawa mendengar ucapan Niina. "Kan cuma permainan?"

"Permainan katamu? Lemon beneran meninggal! Kamu gak lihat mayat tanpa kepala itu tadi?" Chita memicingkan mata, menatap Aldo curiga, "apa karena kamu salah satunya makanya bisa bilang begitu?"

"Bisa jadi, kan? Tapi, emang kamu yakin mau nuduh aku tanpa bukti?" jawab Aldo tersenyum sinis.

"Gak usah gitu, Do. Aku tau kamu suka keributan tapi di game ini bukan waktu untuk itu," sela Ayaka, "daripada bahas itu, mending kita bahas list role yang ada di sini."

Key, Rav, Fuyu, dan Elin mengangguk menyetujui pendapat Ayaka. Elin mengambil sesuatu dari saku roknya sebelum menunjukan itu kepada yang lain.

"Ini, aku bawa kertas daftar peran yang ada di rumahku."

"Kok ada beberapa role yang asing, ya?" tanya Tara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok ada beberapa role yang asing, ya?" tanya Tara.

Rav mengangguk setuju. "Bener banget. Ini beda dengan game yang biasa kita mainkan di grup utama. Grinch, trapper, dementor, janitor. Apa-apaan itu semua?"

"Role dari game lain, mungkin?" balas Karvin ragu.

"Gimana cara kita nebak role kalau kita enggak tau kemampuannya gimana?" Ari turut membuka suara. Wanita itu kini terduduk lemas di atas tanah, "bisa-bisanya kita terjebak di dunia hidup dan mati begini."

"Mmmmfmmm."

Semua perhatian teralihkan kepada Riq yang tiba-tiba berbicara tidak jelas. Lelaki itu kemudian mencoba untuk membuka mulutnya kembali.

"Mmfmm?"

"Wah, ada spellcaster kah?" tanya Rizal setelah melihat dengan jelas bahwa Riq sama sekali tidak bisa mengatakan apa pun meski mulutnya terbuka dan berbicara seperti biasa.

"Riq punya salah apa sampai diserang spellcaster? Siapa yang punya peran spellcaster? Tega banget tau gak?" protes Yemi.

"Jangan modus, Yem. Paling juga kamu yang bikin dia begitu," tuduh Aldo, memancing keributan.

Yemi menatap lelaki itu tajam. "Kalau memang benar aku spellcaster, pasti aku serang kamu tiap malam!"

"Kalau ternyata aku veteran dan pasang alert, kamu bisa apa? Mati konyol dong?"

Werewolf: The ChroniclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang