T u j u h

496 48 10
                                    

Saat malam tiba, Renata tak mau makan, bahkan setelah seharian menolak makanan dari pelayan. Malamnya pun perempuan itu juga menolak seluruh pelayan yang menyajikan makanan. Menolak semua yang ditawarkan bahkan saat pintu ruangan tak lagi dikunci perempuan itu enggan memberontak dan hanya diam di dalam kamar.

Hal yang kemudian turut membuat Kaivandra emosi dan kehilangan kesabaran. Dia sejak awal bukan laki-laki penyabar seperti kebanyakan suami lainnya. Dia akan merasa marah jika apa yang dia perintah tidak di turuti.

Salahnya, dulu dia tak menggunakan komunikasi dengan baik.

"Jangan buat tujuh tahun usahamu menemukan mereka menjadi sia-sia!"

"Jangan mengulang kesalahan yang sama!"

Berkat ucapan sang ibu kini Kaivandra telah berdiri di ambang pintu kamar__menatap keberadaan Renata yang berdiam diri di tepi ranjang sambil menatap balkon terkunci dengan pandangan kosong.

Hal yang lagi-lagi membuat Kaivandra terusik. Apa kembali bersamanya memang adalah neraka yang mengerikan?

Kaivandra berjalan mendekat, menekan gengsi setinggi langitnya agar tak berbuat kasar atau membentak. Karena sungguh, dia tak pernah berbuat lembut pada perempuan mana pun selain pada perempuan ini saat bercinta.

Oh, persetan dengan bercinta. Rasanya Kaivandra seperti kehilangan nafsu jika mengungkit itu.

"Re__"

"Pergi!"

Kaivandra menahan dirinya yang hendak berteriak marah. Hidup sejak kecil hanya dengan berteriak membuatnya tak bisa membujuk orang lain.

Dengan lembut atas paksaan nurani__yang entah sebenarnya entah masih tersisa dalam dirinya atau tidak__Kaivandra mengambil tangan Renata dan dibalikkan tubuh perempuan itu agar menghadapnya. Baru satu hari di kurung di dalam rumah saja perempuan itu seperti mayat hidup__bagaimana jika selamanya.

Rasanya Kaivandra mulai frustrasi dan marah.

"Re, kamu butuh makan!" katanya lembut.

Renata membuang wajah enggan menatapnya.

Kaivandra membuang napas mencoba sabar. Dulu Renata tak pernah begini, hanya sekali dua kali dan sangat mudah dibujuk. Sekarang perempuan itu terang-terangan menunjukkan perlawanan sejak keduanya bertemu pertama kali setelah kabur darinya tujuh tahun lalu.

Jelas Kaivandra merasa terancam. Dia tak bisa lagi memiliki Renata seperti dulu.

"Apa kamu akan membuat Danzelion sedih dengan tak makan dan berakhir sakit?" tanyanya lagi.

Renata masih enggan menatapnya meski dia sudah menahan dagu perempuan itu agar hanya menatapnya saja.

Kaivandra merasa marah. Sebenarnya dia sangat ingin memaksa perempuan ini untuk segera patuh dan makan. Semua akan selesai jika dipaksa. Namun dia mengingat kembali saran ibunya.

Renata akan semakin berontak jika dia berbuat kasar.

"Re," Kaivandra memaksa Renata untuk menatapnya. Manik coklat terang miliknya bertemu dengan mata jernih setenang telaga milik Renata yang kosong. Keduanya bertatapan lama sebelum wajah Kaivandra kian mendekat, melirik bibir kecil penuh milik Renata.

Sesuatu dalam dirinya menggeliat dan Kaivandra sadar bukan saat ini dia merasa terangsang dan mengedepankan nafsu. Dia telah berjanji akan membuat perempuan ini kembali padanya dengan sukarela.

"Re," ucapnya lirih. Wajah keduanya begitu dekat hingga hidung mereka bersentuhan. Renata diam saja, dia tak memberontak karena tau akan percuma, sedangkan Kaivandra merasa gila karena Renata bagai patung. "Rasanya gila, Re. Aku gila. Aku benar-benar gila karenamu!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COMPLICATED (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang