☆Douze☆

216 29 6
                                    

"Menurut data, peristiwa yang menimpa mendiang Davin akan terus kami usut.. meskipun proses nya sedikit sulit. Apakah tidak ada sesuatu yang kalian temukan? Pasalnya, pihak kepolisian tidak menemukan barang bukti lain kecuali bekas tumpahan minyak."

Zayyan mengernyit, "Kalau untuk hari ini, kami tidak menemukan apapun."

"Bukan berburuk sangka, tapi apa kalian gak merasa gerak gerik mencurigakan dari orang di sekitar kita? Seperti tetangga? Atau teman kalian?"

"Maksud bapak apa ya?!" Lex mendelik.

"Begini, kejadian yang menyangkut kematian Davin bukanlah kecerobohan nya sendiri. Melainkan, kesengajaan seseorang yang mungkin memiliki motif untuk mencelakai Davin.

"Kebetulan.. situasi saat itu mati lampu, kan? Akan mempermudah pelaku untuk menjalankan aksinya."

"Terus.. proses pencarian Wain gimana, Pak?" Alih Lex bertanya.

Polisi itu mendesah kecewa, "Untuk proses itu.. terpaksa kami henti kan."

"APA?! GAK BISA GITU DONG PAK! TEMEN SAYA BELUM KETEMU LOH" Lex sontak berteriak kala proses pencarian temannya di paksa berhenti bahkan Wain saja tak di temukan barang sedetik pun.

"Tolong tenang dulu! Kami juga merasa kecewa karena tak bisa menyelesaikan kasus ini, tapi kami juga tidak bisa mentindak lanjuti laporan ini, sedangkan bukti pun kosong. Kasus hilang ini memang marak terjadi tapi baru kali ini kasus nya sangat sulit, dan pihak kepolisian sepakat untuk tidak melanjuti pencarian kasus ini." Polisi bernama tag Xian Kun itu memberi data laporan polisi semasa penyelidikan kasus Wain berlangsung.

Keduanya dapat melihat banyak tanda coret berbentuk X di sana. Agh, bagaimana ini?! Polisi sudah menyerah untuk menyelidiki kasus Wain.

Lalu? Bagaimana kelanjutannya?! Mereka khawatir tak akan pernah menemukan Wain sampai kapanpun.

"Kemarin saya melakukan penyelidikan terakhir bersama teman saya, Lucas. Dan hasil nya tetap sama, tidak ada yang berhasil. Sampai teman saya bilang bahwa kasus hilang ini bukanlah kasus hilang yang marak terjadi."

Zayyan gagal paham, "Maksud bapak, Teman saya hilang nya karena mistis?"

"Benar."























































Setelah melewati dua hari kemudian. Beomsoo menjatuhkan badanya di atas kasur berlapiskan sprei cream. Mata nya terpejam meskipun tidak tidur.

Kepala nya terngiang-ngiang menuju memori akhir dimana temannya, Davin jatuh secara tragis di depan mata nya.

Pria dengan tahi lalat di pangkal hidung tersebut menghembuskan napas nya dengan berat, seperti melepaskan beban di bahu nya.

"Harusnya Davin jangan mati, Huft~"

Dalam kelopak mata yang senantiasa tertutup. Dahi Beomsoo mengerut kebingungan, "Sing aneh. Dia banyak diem akhir-akhir ini, apa dia tau sesuatu ya?"

Sing menjadi lebih pendiam akhir-akhir ini setelah kematian yang menimpa Davin. Bukan Sing saja, tapi semua temannya tak seceria seperti dulu, ya walaupun yang paling menonjol adalah Sing. Leo juga, Beomsoo sering kali melihat anak itu yang tak berhubungan baik dengan Gyumin, tak jarang pula mereka melempar lirikan tajam satu sama lain.

Beomsoo pusing sekali. Kenapa hidup nya saat ini di penuhi teori dan kenapa dia harus memikirkan nya? Harusnya readers yang dia pikir, eak!

Cklek

Beomsoo membuka mata nya terlihat lah Hyunsik yang masuk ke kamar nya dengan kaus oblong berwarna hitam tanpa lengan. Pria itu duduk di bibir kasur miliknya.

"Numpang, kipas di kamar gue mati." Ucap Hyunsik sembari mengipasi dirinya dengan tangan.

"Sing ke makam lagi?" Tanya Beomsoo mengingat temanya itu selalu ke makam Davin setiap pagi.

"Ya gitu, deh. Tadi aja dia gak sarapan dulu,"

"Lo ngerasa gak sih—"

"Enggak."

"—Ck, kan gue belum ngomong. Lo ngerasa gak kalo temen temen kita ada yang aneh akhir-akhir ini."

Hyunsik menoleh ke Beomsoo, "Aneh gimana?"

"Sing gak seceria dulu, dia juga mencurigakan banget. Masa ke makam Davin setiap hari," jelas Beomsoo, "Ya bagus dong, kalau ziarah ke makam temen sendiri. Dapet pahala gede, tapi emang sih dia jadi pendiem gak kayak Sing biasanya."

"Kan! Habis itu Leo sama Gyumin, ah gak tau deh, berantem mulu mereka, capek gue liat nya! Ada masalah apa sih mereka berdua?!" Kesal Beomsoo entah pada siapa.

"Lex sama Zayyan juga sibuk, padahal gak ada yang harus di sibukin."

"Mereka lagi sibuk cari bukti kematian Davin kali. Tapi.. lo juga aneh akhir-akhir ini, Soo."

"Aneh?"

"Kebalikan dari Sing. Lo cerewet dan curigaan, Soo. Lo beneran nyurigain salah satu dari kita, ya?!" Mata Hyunsik menyipit, "Siapa yang enggak coba?! Mereka aneh gitu, pepatah bilang orang pendiem itu harus dicurigai, bisa jadi mereka tau banyak hal."

Hening. Hyunsik bangkit dan berjalan keluar kamar Beomsoo, sebelum hilang sepenuhnya dari pandangan Beomsoo Hyunsik berucap.

"Wain hilang, dan ternyata kepercayaan kita satu sama lain juga hilang." Batin Hyunsik berucap.

"Ternyata, lo tau banyak hal ya, Soo? Dan lo jadi curiga-an akhir akhir ini, kenapa lo gak curigai diri lo sendiri?!" Ucap Hyunsik membuat Beomsoo membatu dalam kebingungan.

Di sisi lain. Di kamar bernuansa religi milik Zayyan. Sang empu tengah menatap semua benda punya Wain yang tertinggal di Kosan.

Di genggaman nya ada sebuah handphone yang sedari tadi di otak atik walaupun tak terbuka.

Pintu kamar Zayyan sudah tertutup rapat. Ketika tombol power di pencet Zayyan munculah lambang IOS yang terlihat di layar.

Zayyan tengah mencoba membuka ponsel milik Wain sendirian. Dia tidak percaya teman teman nya, entah kenapa ada perasaan tak enak yang selalu mengganjal di hatinya.

"Goblok! Sandi nya apaan ya?!"

Beda dengan temannya. Wain memasang kunci di ponsel nya menggunakan Sandi angka. Zayyan mencoba memasukan ulang tahun Wain tapi tak kunjung terbuka.

Ulang tahun mereka, tentu tidak.
Kelulusan Wain juga tidak.
Yang terakhir..

Ah! Ini pasti benar, tanggal kematian ibu nya.

Succes!

"Alhamdulillah, untung gue masih inget! Zayyan emang pinter!"
































Haii

Hayoo udah pada curigaan tuh!
Chap kali ini pendek ya??

A Wanted Person | XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang