☆Neuf☆

182 19 3
                                    

BUGH!!

SRATT

"Ampun pak!!! Tolong ampuni saya, saya janji akan segera lunasin hutang nya. Beri saya waktu.. saya mohon pak!"

Empu yang menghakimi itu menggertak, "Akh, sudahlah. Daripada kamu bersusah payah memohon kepada saya, lebih baik kamu membayar hutang kamu dengan nyawa kamui!"

"Jangan Pak, saya mohon... nanti kalau saya sudah gak ada. Siapa yang membutuhi kehidupan keluarga saya, saya mohon pak!"Ucapnya dengan kondisi kaki terikat dan tangan terikat di kursi memohon pada orang itu.

Dia terlilit hutang begitu besar sampai tak sanggup membayar nya. Dia tak ingin membayar dengan nyawanya alias di tumbal.

Ctak

Korek gas di patik dan api mengobar di udara terdengar api merah itu yang semakin besar membakar tempat dimana orang miskin itu berada.

Tak!

"ANJING!" Sontak Gyumin mengatup mulut nya.

Ia menoleh sekilas ke arah pintu kamar nya yang tertutup rapat. Untung saja, tak ada yang mendengar teriakan nya.

Manik gelap nya melihat jarum jam yang menunjukkan angka vertikal, sudah malam. Namun sebalnya, Gyumin tak bisa tidur sekarang.

Dirinya terbayang bayang kobaran api itu. Belum lagi saat melihat rekaman di file pertama bersama temannya, tadi siang.

Tahu apa isinya? Yaitu, Ayah Wain yang menggeret mayat laki laki di halaman belakang rumah nya tengah malam. Waktu nya persis seperti sekarang ini.

Ia mematikan layar monitor komputer nya. Berbaring di kasur sembari menghayal hal hal di luar nalar untuk melupakan hal yang tadi ia lihat.

"Manusia bisa kesemutan kalo gitu semut bisa ke manusia-an, kan? Kalau gravitasi di temukan sama Isaac Newton pada tahun 1380 berarti orang di abad 1370 ke bawah, hidup tanpa gravitasi? Kenapa gajah makan pakai belalai padahal kan dia punya tangan, Eh, tangan atau kaki ya?" Gumam Gyumin parau.

Cklek

Trap

Trap

Gyumin mendengar suara langkah kaki yang berjalan keluar, Gyumin terdiam.

Seluruh tubuh nya berkeringat dingin, "Apaan tuh?"

Suara itu semakin dekat dengan pintu utama kosan mereka. Mengalahkan rasa takut Gyumin memilih mengintip dari jendela, sialnya ketika ia pertama tinggal di kosan ini adalah; kamarnya di lantai bawah, paling ujung dekat pintu utama.

Ketika Gyumin mengintip dari jendela kamarnya, samar samar ia melihat teman nya yang sedang berusaha keluar, mencoba membuka kunci pagar.

"Anj–gue harus bilangin Lex nih, pasti ada yang mau balapan!"

Gyumin menyipitkan matanya, "Eh, bentar! Itu bukannya–Leo?! Ngapain dia keluar kosan selarut ini?"

"Dia mau balapan?! Gak mungkin ah, emang dia bisa naik motor?! Bonceng gue aja nyungsep ke got,"


















































































Suasana kosan terasa sunyi seperti ini, senyap tak ada yang berbicara semua nya hanyut dalam pikiran masing-masing.

Di tengah kesunyian Hyunsik merasa kejanggalan sebentar, mereka hanya bertujuh?! Hyunsik mengabsen teman teman nya satu persatu, benar satu teman nya hilang dan satu lagi memang sudah hilang,

A Wanted Person | XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang