☆Seize☆

121 21 4
                                    

"Hh......"

Hembusan berat terus terusan keluar dari bibir pucat seseorang, diselangi tatapan mata nya menelusuri sudut sudut dimana ia berada sekarang.

Gelap. Ruangan kecil itu gelap, nyaris tak ada cahaya, juga kedap suara. Tubuhnya berada di atas lantai dingin yang beberapa keramik nya sudah pecah, banyak sarang laba-laba di sudut atas ruangan itu.

Dia seperti orang mati yang tiba tiba terbangun dari tidur panjang nya. Tubuhnya seperti baru saja ditimpa bebatuan besar, dan kepalanya mengeluarkan peluh sebesar biji jagung akibat panas di seluruh tubuh nya.

Dia... Wain.

Wain menoleh ke arah langkah kaki yang masuk ke ruangan itu, "Papa?" Lirihnya.

Pria yang dia panggil Papa itu berjalan mendekati nya lalu berjongkok, asap rokok mengepul di udara, "Kenapa harus sadar?" Tanya nya, "Kenapa tidak mati saja seperti Mama mu?"

Deg

Bukan sekali dia mendengar ini, tetapi rasanya masih sama. Seolah ditusuk belati paling tajam sedunia.

Pemuda berambut biru dongker itu mendongak, "Brengsek..." Bibir Wain cukup kelu untuk mengatakan sepatah kata, bahkan saat tangan kekar dan dingin milik Papanya berhasil mencekik leher nya.

"Jangan berbicara! Saya tidak mau mendengar sampah mu itu."

Pria dengan jas hitamnya yang masih melekat mengambil hisapan akhir rokoknya sebelum mematikan nya di bahu Wain, membuat Wain meringis akibat luka bakar itu.

"Kenapa orang orang bodoh itu tetap mencari mu, ya? Tapi tetap saja saya yang menang, kamu tahu kenapa polisi tak mencurigai saya?"

"Karena saya.... berpura pura menjadi orang bodoh itu."

Kekehan berat keluar dari Pria itu membuat bulu kuduk Wain merinding, Papanya seperti psikopat yang dulu ia tonton di tv.

Kemudian beliau merogoh saku nya mengambil benda pipih berbentuk persegi panjang yang ditemukan puluhan tahun lalu. Bilang aja hp.

"Hm? Teman mu itu curiga, ya? Hingga si pirang ini berani datang kesini diam diam, apa dia tau kalau dia baru saja menggali kuburnya sendiri? Dasar bodoh."

Wain melihat rekaman cctv di handphone papanya, yang diambil dari salah satu mata mata beliau. Tangannya mengepal, kalau saja ia tidak diikat dan dicekik pasti orang di depannya ini sudah babak belur. Ini seperti kasus kdrt artis yang viral, karena di cekik di tendang dan di lempar.

Ayam berkokok seiring dengan sinar matahari yang terhalang tembok di ruangan itu. Papanya berdiri membuat cekikan itu terlepas, "Ah, saya lupa. Teman yang kau maksud dalam bukti mu itu sepertinya benar benar seorang aktor." Papanya menunjukan satu foto seorang pria dengan tato di tangannya, "Siapa namanya, lagi?"

























"Lex, kan?"
































































































Hyunsik terbangun karena alarm di handphone nya berbunyi sebenar nya sih sudah 10 menit berbunyi, dia saja yang tak bangun bangun, "Ganggu banget sih, monyet!"

Tak sangka ucapannya itu malah terdengar oleh pemuda yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan handuk di kepalanya.

"Lo ngatain gue?!"

Hyunsik sontak menoleh, "Hah? Ini alarm gue, anjir. Tapi emang lo monyet sih." Si empu yang dikatai itu duduk di kasur nya, "Tai."

Kemudian, pemuda yang lahir di tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh tujuh itu duduk di kasur dengan muka bantal nya, Hyunsik tersenyum sambil melihat orang di sampingnya yang shirtless.

"Astaghfirullah, Lex. Habis ngapain lo? Keramas pagi pagi gini?"

Lex sempat terbingung kemudian memasang wajah terkejut, "Najis, pikiran lo noh kotor! Orang gue gerah kok."

Beralih pada dua sejoli itu. Beralih pada Zayyan yang dari tadi menghabiskan suaranya untuk berteriak memanggil nama temannya.

"Sing, where are you~?" Ucapnya dengan nada Kak Ros.

"Lo dimana sih, Anjir?! Gue udah cari ke ujung dunia nih! Gak usah ngumpet segala elah, woy! Jarjit Sing!"

Zayyan mengecek kolong kasur nya, "Gak ada."

Kemudian matanya melihat pintu lemari milik Sing yang sedikit terbuka, tanpa basa basi, Zayyan membuka pintu itu.

"Anj— kok bajunya gak ada?!"

Mata Zayyan membola. Tangannya dengan cepat merogoh saku untuk mengambil handphone nya, membuka group paling teratas dan mengetikan sesuatu.

BABU² JELEK LEO

Zayyangg
| P
|P
| KELUAR SEMUANYA! SING KABUR!

Tak lama paling 30 menit kemudian mereka semua turun menghampiri Zayyan di ambang pintu kamar Sing. Beomsoo paling pertama bertanya, "Sing beneran kabur?!"

"Lo udah cek kemana?! Kamar mandi udah? Kolong kasur udah belom?! Dapur?! Kandang ayam?!"

Zayyan menghentakkan kakinya, "Udahlah! Tapi gak ada semua! Bahkan gue udah cek atap rumah!"

Kemudian Leo menyodorkan remot tv di depan mulut Zayyan seolah itu Mic, "Kejadian awalnya gimana Mas Zayyan?"

Zayyan menghembuskan napas panjang, "Jadi tadi gue abis solat subuh terus mau masak mie, tapi gue inget dompet gue abis di bajak sama Sing. Udahlah tuh, Gue cari sing, tapi dia nya gak ada! Pas gue buka lemari nya bajunya gak ada semua! Hp nya gak aktif, ditelpon gak di angkat, dichat gak di bales!"

Gyumin yang baru turun bersuara, "Kalian gak dapet pesan apapun dari Sing? Mungkin semalem dia bilang dia mau kemana gitu?" Semua menggeleng.

Lex bersandar di dinding sambil memijat pangkal hidung nya, kemudian dia tersadar.

"Telpon—telpon keluarganya siapa tahu mereka dapat kabar dari Sing!"

Lex mengangkat handphone nya ke telinga menunggu suara seseorang yang muncul di sebrang sana.

Diam diam disaat yang lain masih engah, Beomsoo melirik Lex dari sudut matanya, seringai-an kecil muncul di bibirnya.











































































Hai! Ehehehe...
Ayo ramaikan lagi lapak ini!

A Wanted Person | XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang