Hai semua, aku gak tau ada masalah apa sama wattpad atau mungkin aku sendiri yang teledor. Jadi tadi aku kaget lihat Notifikasi aku yang ada beberapa readers udah vote bab ini duluan padahal belum sempet aku publik, dan pas aku cek status bab ini di pengeditan status nya masih jadi draft yang artinya belum di publikasi sama sekali, emang sih tadi pas aku tulis tuh ada problem yang buat gak sengaja publik bab ini walaupun udah ku batalin. Tapi aku masih kaget, kok bisa ke publik dengan nama bab yang sama sedangkan status nya masih jadi draft. Semoga kalian mengerti dan mau terima problem ini.
Saat malam tadi Sing melancarkan aksi nya kabur dari kosan. Sing tidak bilang ke siapapun tentang rencana nya, karena pikirnya semua temannya bisa menjadi yang tersangka.
Sing sekarang sadar dia tidak bisa percaya dengan mereka. Tapi dia tahu bahwa dia bisa melakukan nya sendiri, meskipun harus mati.
Malam sunyi yang di temani bintang bintang menemani Sing di kereta, Sing tidak sendiri sebetulnya, di sampingnya ada Asahi.
Orang yang Sing telfon tadi.
Beruntung sekali Sing pergi malam malam, jadi temannya tidak ada yang kepo dia ingin pergi kemana. Ponsel milik Sing sudah dia matikan sedari tadi.
Asahi merapatkan jaket kulitnya, dingin nya malam membuat kulit putih pucat Asahi bersinar, kalau boleh jujur Asahi terlihat seperti mahluk mitologi penghisap darah sekarang, Vampire.
"Dia ada tapi jiwa nya, bukan raga nya." Celetuk Asahi melirik pemuda yang lebih muda darinya itu.
"Itu yang selalu di ucapin Wain, kalimatnya merujuk semua korban korban Papa nya. Banyak orang yang di jadiin tumbal sama papa nya Wain," Jelas Asahi, "Gue gak tau kenapa Papanya bisa lakuin hal gelap itu. Intinya, papa wain tergila gila dengan harta. Sampai sampai dia kerja sama sama iblis buat melipat gandakan kekayaannya. Itulah kenapa Wain selalu tampil sederhana walaupun dia kaya. Lo tau? Saat itu Wain belum sepenuhnya benci Papanya sendiri. Tapi, ada satu tragedi yang buat Wain benci Papanya."
Sing menoleh ke Asahi, "Tragedi apa?" Tanya nya penuh penasaran.
"Papanya ngebunuh Mamanya sendiri. Iblis itu yang nyuruh tapi beneran di lakuin sama Papanya, tepatnya Mamanya Wain di jadiin tumbal, Sing. Belum lagi kejadian itu bertepatan langsung sama hari ulang tahun Wain."
Fakta barusan terasa seperti petir bagi Sing, menyambar nyambar ke hatinya. Dia tidak pernah menyangka jauh dari keterlihatan Wain yang terlihat hidup bahagia ternyata ada seratus fakta dan sejuta luka yang pemuda itu tidak pernah tunjukan.
Kalau begini Sing itu teman macam apa?! Bisa bisanya dia tidak mengetahui semua ini.
"Terus alasan di balik hilang nya Wain itu apa?" Tanya Sing.
"Wain ... gak hilang."
Sing terkejut setengah mati, "HAH?!" Sing mengatupkan kedua bibir nya dan meminta maaf pada beberapa orang yang menoleh ke suara nya.
"Wain gak hilang. Dia ada tapi di tempat yang kita gak tahu!"
"Hah? Bahasa lo terlalu puitis, Kak!!!"
Asahi merotasikan matanya,"Wain di sembunyiin sama papanya."
"Watafak?!" Latah Sing.
Dia kaget mendengar semua fakta yang terlontar dari pemuda Jepang di samping nya itu. Apakah yang di katakan Asahi itu benar?
"Gila! Papanya kenapa sih?! Ngajak berantem banget!" Gumam Sing yang masih terdengar Asahi.
Sejenak keheningan melanda keduanya. Sing berkutat dengan teori-teori di pikiran nya, ucapan Asahi tadi sangat bisa di percaya. Tapi jauh di lubuk hati Sing dia tidak ingin terlalu percaya dengan Asahi. Orang baru harus di curigai walau memberi harta karun, bukan?
Sing menatap jendela kereta yang sudah berganti pemandangan, yang tadinya di luar adalah gedung gedung bertingkat sekarang sudah berganti ke arah masuk pemukiman desa. Ini bukan seperti desa yang penuh penghijauan, rumah tradisional ataupun alam yang membentang luas. Tempat tinggal Wain itu indah, seperti kota kecil yang berada di ujung surga, Sing heran kenapa tempat seindah ini dijuluki desa.
Dia jadi ingin kembali ke tempat asalnya, Hongkong.
Jam di tangan nya sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Dia sudah menghabiskan satu setengah jam untuk sampai ke tempat Wain.
Kereta berhenti di stasiun, yang mengharuskan mereka menaiki transportasi lagi kerumah Wain.
Zayyan terbangun dari mimpi indah nya karena rasa haus melanda kerongkongan nya. Kelopak matanya enggan untuk terbuka padahal Zayyan sudah duduk di kasurnya, kalau seperti ini dia harus mengingat ingat kejadian mendadak.
Dipikir pikir ini bukanlah kali pertama Zayyan bangun pagi. Kata Hyunsik, Zayyan itu morning person yang artinya selalu bangun pagi bahkan di hari libur. Zayyan jugalah yang gemar membangunkan teman temannya, selain gemar bersih bersih rumah.
Mereka memiliki tugas masing masing di kosan. Hyunsik dan Lex yang menjadi bagian dari olah pangan, Gyumin dan Zayyan yang bersih bersih, dan Beomsoo yang selalu menyediakan kebutuhan primer di kosan itu. Wain yang selalu membantu tugas mereka. Sing dan Leo adalah bagian yang harus di keluarkan dari kosan, bercanda. Habisnya mereka berdua itu jarang membantu kakak kakaknya.
Pemuda yang lahir di tanah zamrud itu bergegas ke dapur untuk menegak satu gelas air putih. Dia mendaratkan bokongnya di salah satu kursi makan. Helaan napas berat keluar dari mulutnya, "Tadi ngantuk sekarang udah gak ngantuk. Masa iya gue bangun dari jam tiga gini?!" Monolog nya.
Kemudian kepala nya mengingat kembali ke percakapan Hyunsik dan dirinya saat itu. Ada dua orang yang Hyunsik curigai saat ini, Beomsoo dan Lex. Beomsoo? Bukannya memang dari awal dia sudah mencurigakan? dari awal saat berdiskusi di ruang tamu Zayyan sudah menyadari keanehan Beomsoo bahkan sebelum anak itu pergi kekamarnya. Meskipun Zayyan tahu kalau Beomsoo adalah teman dekat Wain, tidak menjadi penghalang untuk dia di curigai sebagi penghianat.
Kalau Lex? Sayangnya, Hyunsik tak sempat bercerita karena Lex terlanjur masuk ke kamar Zayyan.
Manik gelap berkilau milik Zayyan terfokus pada wanita berambut panjang di sudut dapur, rambutnya lurus dan menjuntai panjang menutupi wajahnya. Tapi Zayyan masih bisa melihat matanya yang kali ini tengah menatap Zayyan.
"Apa lo liat liat?!" Sarkas Zayyan ke hantu itu.
Wanita tanpa bayangan itu terkikik, "Hihi, bilangin ya sama teman kamu. Jangan jadiin orang lain tumbal lagi, saya aja udah di bakar sama dia... hihi!" Ucapnya sambil menggerakkan kepala nya ke samping berulang kali.
Zayyan mengerutkan dahinya,"Temen gue? Temen gue banyak kali."
"Temen mu yang rambutnya putih kaya uban itu loh, hihi..." Hantu wanita itu kemudian menghilang.
Kerutan di dahi Zayyan semakin bertambah. "Putih? Uban? Tua gitu, Kak Hyunsik dong? Tapi kan dia rambutnya coklat." Biarkan readers sajalah yang menjawab.
Dahlah
KAMU SEDANG MEMBACA
A Wanted Person | Xodiac
Misterio / Suspenso❝Wain hilang, dan ternyata kepercayaan kita satu sama lain juga hilang.❞