07

247 25 1
                                    

Pukul 4.30 dini hari, Kamp Perbatasan Kegubenuran Lahij dan Al-Bayda'.

Malam harinya, Donghyuck mendatangi kembali ruang rawat Hasan. Mendengar perintah sang Komandan membuat perasaan Donghyuck sedikit tidak tenang. Jika terjadi sesuatu yang buruk dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

Donghyuck tersenyum meskipun bukan Dokter Na yang kali ini menjaga Hasan. Melainkan rekan dari dokter muda tersebut.

"Letnan" sapanya.

"Bagaimana keadaannya?" tanyanya.

"Sudah lebih baik Letnan" jawab Dokter tersebut.

Donghyuck mengangguk mengerti "Dokter Kim, apa Hasan akan baik-baik saja jika memulangkannya hari ini?" tanya Donghyuck setelah basa-basi.

"Setelah istirahatnya ini dan dia tidak merasakan sakit seharusnya dia sudah lebih baik" jelas dokter Kim. Matanya menatap sang Letnan penasaran, ia pun bertanya "Kenapa?"

"Tidak apa-apa. Terimakasih Dokter Kim, dan jangan lupa istirahat" kata Donghyuck sebagai formalitas.

"Baik Letnan" Dokter Kim mengangguk sebagai tanggapan atas perkataan Donghyuck.

"Oh ya, kemana Dokter Na?" tanya Donghyuck penasaran.

"Tadi Jaemin bilang mau ke kamar mandi, tapi ini terlalu lama dia pergi" Jelas Dokter Kim.

Mengerti perasaan tidak enaknya terjadi, tanpa pikir panjang Donghyuck segera menuju kamar mandi umum yang ada di Kamp. Dalam perjalanannya dia berpapasan dengan Jeno.

"Ada apa Letnan?" Tanya Jeno mendapati dengan jelas raut cemas sang Letnan.

"Kau melihat Dokter Na, Sersan?" tanya Donghyuck.

"Kamar mandi. Dia belum kembali?" Jeno menjawab dengan nada bertanya.

Setelah mendengar jawaban dari Jeno, Donghyuck pun mengambil langkah lebar untuk segera menuju kamar mandi. Ia semakin yakin jika telah terjadi hal buruk pada dokter muda dengan marga Na tersebut. Jeno pun mengikuti dari belakang langkah sang Letnan.

Pada langkahnya yang sudah mendekati letak kamar mandi kakinya menginjak sebuah ponsel. Tanpa permisi Donghyuck menekan tombol ponsel tersebut, dan sialnya lock screen ponsel tersebut adalah photo sebuah keluarga dan salah satu anggotanya ada Dokter Na.

"Sial!!" Umpat Donghyuck pelan akan tetapi masih bisa di dengar Jeno.

Menyadari perilaku sang Letnan, ia pun dengan gerakan cepat segera memeriksa seluruh area kamar mandi. Mencari apapun yang bisa menjadi petunjuk atas apa yang terjadi pada Dokter Na.

Slash!!

Sebuah anak panah melesat cepat melewati ruang antara Donghyuck dan Jeno. Keduanya pun menatap anak panah yang telah menancap pada dinding. Yang batangnya terdapat kertas yang terikat dengan tali. Tanpa membuang waktu Donghyuck mencabut anak panah tersebut dan mengambil kertas yang terikat.

'If you want your friend to be safe, free the child you are holding hostage and bring your food supplies and weapons'

'Tonight nearest settlement, 8 p.m. Don't let the government get involved'

Itulah tulisan yang terdapat pada kertas yang dibawa anak panah tadi. Jika Donghyuck mengusak rambutnya frustasi, maka Jeno hanya menatap kertas tersebut dengan rahang mengeras.

.

.

Donghyuck menuju ruang kendali, tangannya masih menggenggam kertas peringatan dari entah siapa itu. Membuat beberapa anggota menatap terkejut sang Letnan, terlebih ketua mereka datang dengan wajah yang serius terkesan menahan kesal.

Two Suns || Markhyuck || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang