20. The Sunset Isn't Beautiful?

519 19 0
                                    

Rasa yang amat menyilaukan membuatnya enggan untuk membuka mata. Ia lebih memilih menyamankan tubuh untuk berbaring sembari merasakan hembusan semilir ingin yang menerpa seluruh tubuhnya. Menyilaukan akan tetapi cahaya silau tersebut terasa hangat untuknya. Membuat Donghyuck ingin terus larut dalam bunga tidur yang sedang ia rasakan saat ini.

Senyumannya sedikit demi sedikit terbit merasakan betapa nyamannya dia saat ini. Angin yang berhembus tidak terlalu kencang tidak juga terlalu pelan, benar-benar saat yang sangat tepat untuk Donghyuck terbuai di alam mimpi.

Bahkan suara langkah kaki yang bergesekan dengan rumput dan mendekat ke arahnya pun enggan membuatnya membuka mata meskipun dahinya sempat dibuat berkerut terusik. Donghyuck lebih memilih untuk melanjutkan tidur nyamannya.

Barulah ketika merasakan kulit pipinya dielus dengan lembut, ia secara perlahan membuka kelopak matanya. Dalam penglihatannya yang masih belum sempurna, ia melihat siluet buram seseorang. Masih berusaha menyesuaikan penglihatannya, ia berusaha mengenali siluet yang senantiasa menatapnya.

Ternyata tak hanya saat memejamkan mata cahaya yang mengelilinginya sangat menyilaukan, saat membuka matanya sinar tersebut lebih menyilaukan dan membuatnya kesulitan mengenali orang yang berada di sampingnya.

Donghyuck segera merubah posisinya menjadi duduk saat ia mendengar tawa kecil dari orang yang mengusik rasa nyamannya. Ia terusik tapi suara tawa yang baru saja ia dengar rasanya sangat familiar untuknya.

Begitu penglihatannya berhasil mengenali orang yang berada disampingnya, Donghyuck bergumam pelan dan terdengar heran serta sangat ragu. "Mark?," gumamnya.

"Hm?"

Pandangan keduanya saling bertemu, jika Mark tersenyum ke arah Donghyuck, sementara sang Letnan tersebut justru menatap tidak percaya dengan apa yang ia lihat didepannya.

Cukup lama terdiam larut dalam lamunan, suara Mark kembali menarik perhatian Donghyuck.

"Kenapa?."

Suara Mark sama sekali tidak berubah, lantas hal tersebut tentu membuat detak jantung Donghyuck berdebar dua kali lebih cepat. Tidak percaya dengan apa yang ia lihat didepannya saat ini. Ia mengamati lamat-lamat sosok lelaki yang ada didepannya, dari atas sampai bawah tidak luput dari penglihatannya.

"Hei kau kenapa?." Suara Mark menyapa pendengarannya kembali. Bahkan tangannya juga terulur untuk memberi usapan pada wajahnya.

Tindakan Mark tersebut membuat Donghyuck tenang, ketenangan itu ia rasakan sampai ke hati. Matanya pun kembali terpejam, serta tangannya sendiri ia gunakan untuk melapisi tangan Mark yang berada diwajahnya.

"Letnan, kau tidak apa-apa?"

Kekhawatiran yang Mark tunjukkan juga masih terasa sama. Donghyuck merasa bahagia meskipun saat ini Mark khawatir atas sikapnya. Rasanya sudah sangat lama sekali ia tidak merasakan hal semacam ini dari Mark. Ia rindu, sangat merindukan lelakinya ini.

"Mark," panggil sang Letnan seiring dengan matanya yang terbuka secara perlahan.

"Iya?" kini giliran Mark yang menjawab tidak mengerti.

Bibir Donghyuck tersenyum, akan tetapi kepalanya memberi gelengan atas jawaban yang diberikan Mark. Seolah mengatakan panggilan yang ia lakukan bukanlah sesuatu yang penting. Akan tetapi secara tiba-tiba ia memeluk lelaki yang sebelumnya mengusik rasa nyamannya.

Melihat sikap sang Letnan, Mark pun tak tahan untuk tidak tersenyum. Ia melingkarkan tangannya ke punggung Letnan Donghyuck dengan sangat erat. Seolah sedang menyampaikan perasaannya setiap kali berada didekat Letnan Donghyuck.

"Rindu, aku merasa sangat rindu sekali dengan mu Mark" ungkap Donghyuck memeluk erat lelaki yang resmi menjadi miliknya.

"Masa sih, Letnan." Suara Mark terdengar membalas meskipun nadanya terdapat gurauan.

Two Suns || Markhyuck || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang