16

189 17 0
                                    

Tubuh Donghyuck tersungkur setelah merasakan ledakan berada didekat tempatnya berada saat ini. Dengan mengerang ia mencoba untuk kembali bangkit dari posisinya. Pandangannya terhalang debu-debu yang beterbangan.

Dengan susah payah ia mencoba untuk berjalan, akan tetapi lututnya tidak bisa diajak kerja sama. Hanya luka lecet akan tetapi membuatnya kesulitan untuk melangkah.

"Kau dimana Mark" Donghyuck bergumam sembari memperhatikan sekitar, ditambah lagi dia berjalan dengan terseok-seok.

Karena sangat sunyi tempatnya berada saat ini, dia bahkan bisa mendengar dengungan rudal yang sepertinya masih terus dijatuhkan di atas sana.

"Letnan"

Donghyuck menoleh ke lorong sebelah kanan, ia bisa sedikit lega melihat Mark berjalan kearahnya saat ini. Lelaki itu sepertinya juga terluka jika dilihat dari cara berjalannya yang sedikit pincang.

Begitu mereka saling berhadapan Mark langsung menggenggam tangan Donghyuck. "Ayo sudah tidak ada orang" ucapnya sembari menarik tangan Donghyuck.

Tidak ingin membuang waktu lebih lama, Donghyuck hanya menurut saat Mark menarik tangannya untuk keluar. Karena luka lecet di lutut membuatnya kesulitan untuk menyamai langkah Mark, ia tetap berusaha mengimbangi meskipun rasa perih di lututnya semakin menyiksanya. Dan Mark menyadari keadaan sang Letnan.

"Kau terluka?" Mark bertanya khawatir melihat raut kesakitan Letnan Donghyuck meskipun mencoba menutupi.

"Hanya luka kecil"

Mark mendengarnya tapi juga mengabaikannya, karena tidak memungkinkan dirinya menggendong Letnan Donghyuck dipunggung karena kakinya yang terkilir sebelumnya, maka ia pun melingkarkan tangan kiri Letnan Donghyuck ke bahunya. Hanya dengan memapah sang Letnan, Mark bisa membantu.

"Ayo Letnan"

Keduanya saling berpacu dengan waktu, sering kali mereka merasakan gedung yang bergetar, suara gemuruh dari bagian rumah sakit yang mulai rubuh secara perlahan. Mark sangat kesakitan, langkah mereka pun kian memelan tapi tetap berusaha agar bisa keluar.

Bugh

"Sshhh"

Keduanya terjatuh saat Mark tidak sengaja tersandung puing dinding yang cukup besar. Sementara Donghyuck mendesis kesakitan karena lututnya yang terluka bergesekan dengan lantai.

"Sersan kau bisa meninggalkan ku, kaki ku tidak bisa digerakkan" ucap Donghyuck memperhatikan Mark yang berusaha berdiri kembali.

Donghyuck tidak mendengar apapun yang keluar dari mulut Mark, yang ada lelaki itu justru memeluknya dan menyembunyikan kepalanya di dekapan lelaki tersebut.

Mark meringis kesakitan dan mendekap erat kepala Donghyuck bersamaan dengan jatuhnya bongkahan dinding beton dari atas mereka dan mengenai punggung Sersan Mark.

"Mark .." lirih Donghyuck saat Mark seakan meregangkan tubuhnya yang baru saja tertimpa beton.

"Apapun yang terjadi aku tidak akan meninggalkan mu." Mark menangkup wajah Donghyuck, mencoba menunjukkan senyum penenang meskipun sebenarnya disaat bersamaan takut kehilangan.

"Tolong tahan sebentar saja sampai kita berdua bisa keluar." Mark bicara dengan penuh harap pada sang Letnan.

Donghyuck mengangguk "Bantu aku berdiri" ucapnya.

Mereka berdua kembali saling memapah satu sama lain. Tapi disini Mark lah yang terlihat berusaha mati-matian membuat mereka bisa keluar. Pandangan lelaki itu lurus ke depan ke arah jalan keluar, raut khawatir jelas terlihat di wajah Mark. Dan Donghyuck merekam semua dengan matanya bagaimana Mark menyelamatkan mereka.

Two Suns || Markhyuck || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang