01

1.8K 79 5
                                    

Mendapat panggilan secara mendadak dari Jenderal Choi secara langsung membuat Donghyuck merasa terhormat. Entah apa yang akan dibicarakan Jenderal Choi dengannya nanti, setidaknya ia harus mempunyai etika dengan memenuhi panggilan tersebut.

Donghyuck kira Jenderal Choi hanya ingin menemuinya, namun perkiraannya salah. Masih ada satu orang lagi yang mendapat panggilan dari Jenderal Choi yang akan bergabung dalam percakapan mereka nantinya.

Dengan menahan kesal sesekali Donghyuck mengetuk-ketukan jarinya pada meja dimana ia dipersilahkan duduk oleh Jenderal Choi. Menjawab seadanya pertanyaan Jenderal Choi yang jelas sebuah basa-basi untuk membunuh waktu diantara mereka yang sedang menunggu seseorang.

Pintu ruangan Jenderal Choi di ketuk, Donghyuck agak mendesah lega hanya mendengar ketukan pintu tersebut. Hell, waktu itu sangat berharga dan Donghyuck tidak suka jika waktunya terbuang sia-sia oleh orang yang kini masih di depan pintu menunggu izin Jenderal Choi untuk memasukinya.

“Masuk.” suara penuh wibawa Jenderal Choi memberi izin. Jenderal Choi berdiri dan Donghyuck ikut berdiri setelah melihat sikap sang Jenderal.

Donghyuck menatap sengit lelaki yang baru saja masuk, lelaki itu mengangkat tangan guna
memberi hormat kepada Jenderal Choi sebelum akhirnya bersuara setelah menurunkan tangannya dan kembali pada posisi siap.

“Maaf atas keterlambatan saya.” ucapnya dengan suara bariton tegas khas seorang anggota
militer.

Jenderal Choi tersenyum tipis, “Silahkan duduk Sersan Mark.”

Lelaki yang dipanggil Sersan itu pun segera melaksanakan perintah dari lelaki yang berpangkat Jenderal di depannya. Ia mendekati posisi Donghyuck dan keduanya duduk saling bersisian di hadapan Jenderal Choi. Donghyuck tidak membalas senyuman yang diberikan Sersan Mark untuknya, sikapnya terkesan dingin dan tidak bersahabat sejak Sersan Mark memasuki ruangan Jenderal Choi.

“Kalian tahu kenapa aku memanggil kalian berdua?.” Jenderal Choi memulai pembicaraan lebih dulu. Pertanyaannya secara serentak mendapat jawaban dari kedua lelaki di depannya.

“Siap. Tidak, Pak.”

Jenderal Choi mengangguk. Ia mengarahkan tangannya pada peta yang telah terbentang pada
papan yang berada di ruangannya.

“Akhir-akhir ini perang saudara di Yaman semakin memanas, kelompok oposisi Yaman semakin brutal dan tidak segan-segan melakukan pemberontakan pada pemerintah. Dan tentu saja warga sipil yang menjadi korbannya."

Jenderal Choi bicara panjang lebar menjelaskan apa maksud beliau memanggil Letnan Donghyuck dan Sersan Mark. Tangannya juga sejak tadi menunjuk 2 petak gambar peta
secara bergantian.

“Tujuan kalian dipanggil adalah, Liburan ke Yaman dengan membawa misi perdamaian selama 5 bulan. Kalian akan diberi waktu 2 minggu untuk menghabiskan waktu bersama
keluarga atau orang terkasih.”

Baik Donghyuck dan Mark, keduanya tidak mampu menutupi perasaan yang mereka rasakan setelah Jenderal Choi menyampaikan tujuan mereka berada di tempat ini.

“Ada pertanyaan Letnan Donghyuck, Sersan Mark?.” Jenderal Choi kembali bersuara sembari menatap dua pasukan didepannya secara bergantian.

Dengan percaya diri Donghyuck mengangkat tangannya, “Jenderal yakin? Maksud saya, sejak dulu saya dengan Sersan Mark banyak memiliki pertentangan. Kami tidak cocok dalam segi apapun.” ujarnya serta tidak lupa melirik sinis lelaki yang berada di sampingnya.

Jenderal Choi tersenyum, namun sebelum ia bersuara Mark turut mengangkat tangannya setelah Donghyuck selesai bicara.

“Saya tidak masalah jika harus melakukan misi perdamaian dengan Letnan Donghyuck. Dia bisa diandalkan.” ungkap Mark. Lirikan sinis Letnan Donghyuck mendapat balasan sebuah senyum menawan dari Sersan Mark.

Two Suns || Markhyuck || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang