04

80 23 0
                                    

When we dated, I wondered
what kind of taste this was

.



.



.

2010

"Mari berkencan." Ucap Jimin , membuat Suzy menoleh, memastikan bahwa teman sebangku nya ini sedang sakit baik fisik maupun mental.

"Kau gila ?."

"Tidak , aku Park Jimin."

"Ya!."

"Apa?."

"Jangan bermain main, hal seperti itu sama sekali tak lucu. Juga kalau kau lelah ya istirahat bukan malah mengajak berkencan." Oceh Suzy.

"Astaga aku serius Baeby." Ucap Jimin dengan tatapan yang teramat sangat meyakinkan.

Setelah itu Suzy menggaruk garuk kepalanya yang tak gatal sama sekali.

"Jadi apa ?."

"Apanya yang apa ?."

"Jawaban mu."

"Ya mari berkencan."

Setelah itu Jimin mengecup bibir gadis itu , membuat ia langsung di hadiahi pukulan kotak pensil. Untung saja kelas sedang tak ramai orang , kalau tidak bisa bisa jadi skandal sekolah. 

.

Suzy berlari meninggalkan Jimin setelah puas mengejek tinggi badan Jimin. Membuat Jimin mau tak mau mengejar nya, karena ia cukup sensitif dengan tinggi badan meskipun jelas ia lebih tinggi daripada Suzy.

"Lihat itu laki laki dengan tinggi semeter kotor mengejar ku." Teriak Suzy tak tau malu.

"Ya! Awas kalau sampai kau tertangkap ya, aku berjanji kau tak akan mau mengulangi nya lagi." Pekik Jimin.

Tapi dibalas dengan ejekan oleh Suzy. Ini kencan pertama mereka tapi lihat bahkan gadis itu tak peduli dengan suasana romantis yang ada disekitarnya.

"YA PARK PENDEK JIMIN KEJAR AKU." Teriak Suzy.

Jimin hanya bisa tertawa, agak kesal juga dengan gadis yang ia sayang setengah mati itu.

.

Jimin masih terus memeluk gadisnya, bahkan enggan melepas saat gadis itu berontak.

"Lepaskan."

"Tidak mau."

"Jahat."

"Siapa yang memancing eh ? Kau bilang aku pendek kan, ya sudah rasakan saja." Ucapnya sembari menaruh kepala di bahu gadis itu.

Menarik nafas disana, menciumi aroma kopi yang khas dari gadisnya. Sementara Suzy fokus meminum macchiato nya.

"Kau mau?." Tawar Suzy sembari mengarahkan sedotan ke bibir Jimin.

"Aku mau." Jawab Jimin lalu meminum habis macchiato dingin itu.

"Ih kenapa dihabiskan."

"Kau yang menawarkan kok, lagipula selagi gratis ya di habiskan saja." Ucap Jimin tanpa rasa bersalah.

"Ih."

Begitulah kencan mereka , manis dan pahit ibarat macchiato dan espresso , namun membuat kita ingin lagi.

.

"Ya Park Jimin, kau melamun lagi." Tegur Taehyung, merasa Jimin tak mendengarkan celotehan nya.

"Eh iya kah." Kata Jimin, lalu menggaruk kepala nya yang tak gatal.

"Memikirkan apa ?."

"Masa lalu."

.

CoffeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang