Coffe

14

Wherever we went, we wanted to go together
But as time went by,
those feelings went down like dripping down espresso

.

.

.

"Benarkah kita sudah saling melupakan ?." Ucap Jimin sembari menatap Suzy yang sedang memasak.

"Haruskah aku menjawab ?."

"Kenapa tidak , apa kau takut?."

"Park Jimin bukan kah kau bilang kesini karna kau ingin makan masakan ku, makan dulu selagi panas , aku menemani mu." Jawab Suzy sembari memberikan piring pada pria ber eyes smile itu.

Jimin terdiam, tersadar bahwa tak seharusnya ia menanyakan pertanyaan itu. Karna sama ia pun tak akan semudah itu menjawab kalau ia ada di posisi gadis itu.

"Kapan pertunangan mu akan di laksanakan?."

"Awal bulan depan mungkin sebelum oppa wajib militer seperti nya, kenapa ?."

"Apakah aku bisa membuat mu merubah semua nya dalam jangka waktu sebulan."

"Park Jimin , makan dulu oke, aku lapar."

"Apakah kau sangat menghindari topik soal ini ?."

"Astaga , bahas apapun nanti setelah makan, aku berjanji akan menjawab semua nya, kau tau tak baik membicarakan hal berat di meja makan , kau akan kurus nanti, aku tak suka kau kurus." Ucap Suzy.

Jimin tersenyum kecil saja lalu lanjut makan. Ia tau gadis itu tak akan bisa marah padanya .

.

Mereka selesai makan namun telpon dari manajer membuat Jimin harus pamit. Sedikit kesal sih, tapi ia teringat akan pergi keluar negri untuk menghadiri acara fashion.

"Kau selamat malam ini cantik." Ucap Jimin.

Suzy melotot sembari memberikan jaket pada Jimin juga memakai syal pada pria itu.

"Kau semakin pendek." Ucap Suzy.

"Tapi aku tetap lebih tinggi darimu."

"Tidak sama saja."

Setelah itu Jimin menangkup bibir Suzy yang kissable itu lalu mencium nya.

"Itu bukti aku lebih tinggi dari mu, bahkan aku bisa mencium mu tanpa berjinjit." Ucap Jimin.

Suzy melotot dan mematung , sementara Jimin melambai pamit. Astaga apa apaan laki laki itu.

"Pendek mesum!."

"Ya terima kasih."

Suzy geleng geleng tak mengerti lagi, sementara Jimin tersenyum bodoh.