Selena berjalan santai memasuki lift dengan ekspresi ramah bila ada bertemu tatap dengannya. Dia datang ke kantor Jeno sekitar jam 10 pagi, dengan pakaian sesuai dengan kehendak Yang Mulia Paduka Raja Jeno! Rutuk Selena dalam hati. Dia masih kesal karena di suruh berganti pakaian padahal dia sudah cukup lama memilih pakaian yang akan dikenakannya. Dengan jas merah maroon, melengkapi dress sederhana berwarna putih sepanjang lutut, tas dan heels senada dengan dress-nya. Walaupun terlihat sederhana namun Selena merasa percaya diri, dia tampak seperti orang yang akan kerja sungguhan.Selena melongok kan kepalanya dari balik sekat ruangan khusus sekertaris yang tak jauh dari ruang kerja Jeno. "Bapak ada?" Tanyanya Selena tanpa permisi terlebih dahulu membuat sang sekretaris terlonjak kaget karena sebelumnya dia tidak mendengarkan deru langkah siapapun yang mendekati. Entahlah, mungkin dia saja yang terlalu fokus sampai tidak mendengarkan.
"Kebetulan bapak baru pulang dari kantor cabang. Bapak sekarang ada di dalam, Ibu langsung masuk saja."
"Terima kasih." Selena langsung berbalik segera menuju ruangan Jeno.
"Eh—" Wajah sang sekretaris tiba-tiba panik dengan lengan mengambang di udara berniat menghentikan langkah istri atasannya itu, namun telat sudah karena beliau sudah menghilang dari balik pintu. "Tidak akan ada perang kan setelah ini?"
Sebelah alis Selena terangkat mendapati pemandangan asing di hadapannya. Jeno terlihat santai berdiri di sisi mejanya dengan mata fokus memperhatikan komputer, membiarkan seseorang di hadapannya sibuk membenahi pakaiannya, lalu memasang dasinya yang sempat di lepas karena dia berganti kemeja tadi. Selesai dengan itu kegiatan merapikan itu beralih memasangkan jam tangannya kembali seperti semula. Semua kegiatan itu diperhatikan oleh Selena dengan amat serius.
Suara khas heels yang beradu dengan lantai membuat kedua orang berbeda gender itu menolehkan kepala mereka ke sumber suara. Ekspresi keduanya kontras berbeda, satu tampak biasa dan satunya tampak panik. Selena mendudukkan dirinya di sofa dengan pandangan yang tidak lepas dari dua orang yang menarik sekali untuk dihakimi.
"Kau sudah sampai." Hanya itu yang Jeno katakan. Setelahnya dia duduk di kursi kebesarannya tampak kembali sibuk dengan pekerjaannya, tanpa perduli dengan kehadiran Selena. "Kau pergilah." Suruh Jeno kepada seorang perempuan yang masih berdiri di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed || JenRina ^ Revisi
RomansSelena terjebak dalam belenggu lekaki yang tadinya adalah satu-satunya teman laki-laki yang selalu menjadi sandaran Selena, kala dirinya berkonflik dengan kedua orangtuanya maupun para lelaki yang sering menyakiti perasaannya. Dia tampak diam, namun...