Selena - 16 🕊️

497 25 0
                                    

"Bukit Itaewon, kan?"

Selena mengangguk. "Pakai GPS nih, sudah diberikan oleh mbak tadi." Ia meletakkan ponselnya di dashboard.

"Tidak ada lagi yang kurang?" Tanya Jeno memastikan.

"Tidak." Jawab Selena yakin.

Sepanjang perjalanan Selena sibuk meminum ataupun memakan cake-nya, sesekali menyuapi Jeno walaupun suaminya itu tidak terlalu suka dengan matcha. Sekitar 30 menit perjalanan, mobil mereka berhenti di depan sebuah gerbang.

"Biar aku yang turun."

Di dalam mobil Jeno memperhatikan interaksi istrinya dengan penjaga seperti mencocokkan sesuatu, setelahnya pintu gerbang terbuka lebar mempersilahkan mereka untuk masuk.

"Bicara apa tadi?" Tanya Jeno setelah istrinya itu masuk lagi ke dalam mobil.

"Mengkonfirmasi identitas." Jawab Selena.

Setelah gerbang terbuka lebar dan mobil berjalan masuk, Selena tidak bisa menutupi reaksi terkejut sekaligus kagumnya.

"Gila! Ini bukan rumah, tapi sudah mansion." Pekik Selena. Jeno malah tertawa melihat reaksi istrinya itu. "Apa tidak pusing terlalu kaya begini ya?"

"Untuk apa pusing, Sayang? Nikmati saja." Kata Jeno santai seperti biasa.

"Halah, kau mana mengerti perasaan ku." Sewot Selena. "Oh, itu calon suaminya mbak sepertinya." Dari kejauhan mata Selena sudah memperhatikan seorang laki-laki di teras seperti menggendong, ya, itu bayi. Pasti keponakannya tuh.

Setelah mengambil semua paper bag di kursi belakang, Selena keluar dari mobil mendahului suaminya. Baru juga ia turun bahkan belum menyapa laki-laki yang menatapnya penasaran, ia sudah sambutan oleh mbaknya yang setengah berlari dari dalam rumah, dan terjadilah adegan pelukan dramatis lepas kangen.

"Selena!"

"Mbak!" Balas Selena tak kalah semangat.

"Akhirnya kita bertemu lagi, huhuhu ...." Serena berlagak menghapus air matanya padahal tidak ada sama sekali.

"Kita sama-sama sibuk makanya sulit bertemu, Mbak."

"Hm benar. Oh ya, Tya, perkenalkan ini calon suamiku, daddynya Arjisa nih."

"Tya?" Beo Selena kebingungan.

"Nama kita tuh cuma beda satu huruf, nanti salah dengar malah dua-duanya menoleh. Jadi selama di Korea kamu dipanggil Tya saja. Tidak apa-apa, kan?"

"Hoo ...." Selena mengangguk mengerti. "Tidak apa-apa kok, Mbak." Kemudian ia menyenggol suaminya yang masih terdiam. "Ini suamiku."

"Ada rekomendasi nama panggilan tidak, Tya? Nama mereka persis nih." Kata Serena.

"Panggil Jean saja, Mbak." Jeno mengusulkan nama panggilannya sendiri.

"Boleh juga tuh." Selena setuju-setuju saja.

"Saya Lee Jeno." Daddy Arjisa memperkenalkan dirinya setelah berdiam diri.

"Saya Jeno Kalingga, panggil saja Jean." Jean ikut memperkenalkan diri juga. "Ngomong-ngomong saya menggunakan panggilan apa? Saya tahunya umur kita lumayan jauh." Tanya Jean kepada Jeno.

"Panggil hyung boleh, atau pasangan mbak tuh."

"Mas?" Usul Jean agak ragu.

Jeno mengedip pelan, "silahkan saja kalau kamu nyaman."

Sedangkan Tya sama Serena sibuk melihat interaksi kedua laki-laki yang sedang berbicara. Sepertinya keempatnya lupa kalau masih berdiri di teras. Sadarnya ketika teteskan air perlahan-lahan membasahi mereka, sore itu tampak gerimis tiba-tiba.

Obsessed  || JenRina ^ RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang