Selena dan Geya duduk di kursi belakang sedangkan Elsa duduk di depan samping supir. Elsa merinding merasa seperti tertusuk oleh benda tak kasat mata dari pandangan kedua menantu Kalingga di kursi belakang, ia bahkan tidak berani melirik ke belakang.
"Pasti ada alasan mendesak sampai mama mertuamu itu menitipkan Elsa." Bisik Geya.
"Aku tidak perduli apa pun. Yang terpenting tidak ada namanya menitip sementara, dikira Jeno masih lajang apa. Lagian kau kan manusia, El, bukan barang yang perlu dititipkan segala." Bukan balas berbisik kepada Geya, Selena malah langsung mengomeli Elsa.
"Saya hanya mengikuti perkataan mama, Bu." Jawab Elsa pelan.
"Mama? Sepertinya kalian dekat sekali ya?" Geya menyipitkan matanya menatap Elsa curiga.
"O-oh itu mama sendiri yang minta, saya tidak enak jika menolak." Ia tergagap karena aura kedua wanita dibelakangnya semakin tidak enak.
"Kau saya titipkan ke papa saja. Sama-sama laki-laki, kan?" Celetuk Selena.
"Saya tidak yakin mama setuju." Setelahnya Elsa teriak tertahan kala kepala menantu pewaris Kalingga itu sudah sejajar dengan kepalanya.
"Jeno itu milik saya." Bisik Selena. "Atau kau silahkan memilih, di tangan saya atau di ruang operasi, hasilnya tetap sama saja, sama-sama kau akan mati." Lanjutnya dengan penuh intimidasi.
Elsa membeku, bahkan ia menahan napasnya. Syok dengan ancaman Selena.
~🍃~
Jam dua dini hari di kediaman Kalingga di mana kakek Kalingga juga tinggal di sana dengan kedua orang tua Jeno, suasana tampak gaduh karena kedatangan kedua menantu Kalingga dengan satu tamu mereka. Kepala pelayan yang kembali terjaga karena ada laporan yang masuk padanya setelah kedua menantu Kalingga ini sedang dalam perjalanan, ia sudah menyampaikan perihal ini kepada nyonya rumah.
"Mama, aku kembalikan Elsa kepada Mama. Mohon untuk tidak menitipkannya lagi kepada Jeno ataupun Jevian, karena mereka itu sudah menikah, mereka ada tanggungan yaitu kami berdua. Sebagai seorang istri kami tidak mau ada wanita lain yang menjadi tanggungjawab suami kami. Kalau Mama tetap memaksa, suruh papa saja yang menggantikan." Tutur Serena panjang lebar tanpa memperdulikan raut terkejut mama mertuanya.
"Mama." Elsa buru-buru menghampiri perempuan paru baya itu, meminta perlindungan dari ancaman menantu Kalingga.
"Kalian tidak tahu tentang Elsa?" Tanya mama Jeno tampak bingung sekaligus prihatin dengan wanita yang tampak tertekan disampingnya.
"Menurut Mama?" Tanya Selena balik.
"Memangnya Elsa sepenting apa sampai harus tahu tentang dia?" Geya tidak bisa menutupi rasa kesalnya.
"Papa, Elsa menjadi tanggungjawab Papa sekarang." Kata Selena yang melihat papa Jeno menghampiri mereka.
"Lho, kok jadi Papa?" Nampak sekali tidak terima.
"Masa sama suami kami sih, Om?" Geya lebih tidak terima lagi.
Mama Jeno yang melihat itu semakin pusing. "Papa masih sangat sibuk untuk saat ini. Mama hanya menitipkan sebentar, mungkin sampai akhir tahun ini saja. Mama juga sibuk jadi tidak bisa menemani Elsa, sedangkan Jeno sama Jevian masih ada waktu luang."
"Ma, Elsa ini bukan orang berkebutuhan khusus yang perlu diperhatikan dan ditemani terus menerus. Kau sudah dewasa kan Elsa? Jangan sampai kau saya buat lumpuh sekalian. Jangan tanggung-tanggung kalau mau diperhatikan terus." Ancam Selena yang membuat pasangan suami istri itu ternganga kaget.
"Kami beri waktu untuk Tante memutuskan." Geya bersandar di sofa menarik Selena untuk duduk santai. "Sekalian beri kami alasan atas tindakan Tante yang aneh ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed || JenRina ^ Revisi
RomanceSelena terjebak dalam belenggu lekaki yang tadinya adalah satu-satunya teman laki-laki yang selalu menjadi sandaran Selena, kala dirinya berkonflik dengan kedua orangtuanya maupun para lelaki yang sering menyakiti perasaannya. Dia tampak diam, namun...