꧁✿˙Chapter 11˙✿꧂

266 91 43
                                    

Maven menidurkan Zissel di ranjang dengan sangat hati-hati, lanjut menyelimuti, lalu mengamati Zissel sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Maven menidurkan Zissel di ranjang dengan sangat hati-hati, lanjut menyelimuti, lalu mengamati Zissel sebentar. Tangannya terangkat untuk mengelus pipi Zissel yang halus dan lembut.

Maven mengenal Zissel sudah hampir tiga tahun. Hubungan mereka cukup dekat karena Zissel adalah gadis ceria yang mudah bergaul.
Dia sering kali merasa kasihan pada Zissel yang selalu di abaikan oleh Noah.

"Lo mau sampai kapan mandangin dia?"

Maven menoleh ke sumber suara, dan tatapannya bertemu dengan tatapan Noah yang sedang bersandar di pintu kamar Zissel dengan kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celananya.

"Lo sejak kapan di situ?"

"Sejak lo bawa dia masuk ke kamar." Jawab Noah sambil menunjuk Zissel dengan dagunya.

Maven terkekeh sebelum berdiri, lalu berjalan mengikuti Noah yang keluar dari kamar Zissel.

"Lo mau sampai kapan nyalahin dia?" Tanya Maven tepat setelah ia duduk di sofa kamar Noah.

Noah menatap tajam Maven karena tidak suka membicarakan Zissel.

"Jangan terus-terusan musuhin dia, Noah. Takutnya lo nyesel." Lanjut Maven tanpa memperdulikan tatapan tajam Noah.

"Bukankah sebelumnya gue udah pernah ingatin lo? Untuk jangan membahas urusan pribadi." Balas Noah dengan nada tajam.

Maven mendesah pelan akan sikap keras kepalanya Noah. Dia memilih membuka ponsel, untuk membaca pesan dan Email yang belum sempat dia baca.

Satu menit kemudian, mata Maven terbelalak saat membaca sala satu pesan masuk. Dia menatap Noah.

"Kenapa?" Tanya Noah.

"Tempat syuting drama baru lo..." Maven menggantung kalimatnya. Sebelah alis Noah terangkat. "Di sekolah Zissel."

"Sial!" Noah merutuki kesialannya.

'Kenapa harus sekolah Zissel? Apa gak ada sekolah lain? Gue harus peringatin Zissel biar gak dekatin dan gangguin gue selama syuting di sekolahnya.' Batin Noah.

𓆩❁𓆪

Zissel celingak-celinguk, masuk lewat belakang sekolah karena terlambat lagi untuk yang kesekian kalinya. Saat mendekati lapangan sekolah, ia kaget karena teriakan-teriakan histeris para murid yang membuat sakit gendang telinganya. Mereka berkerumun di pinggir lapangan.

Zissel yang tidak tahu apa yang terjadi memandang aneh ke kumpulan murid itu.

"Zee! Zissel, sini cepat!" Zissel menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh ke sumber suara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Putih Abu-Abu || VSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang