Terhitung sudah 3 tahun usia pernikahan Jonathan dan Hanni, saat ini keduanya tinggal di apartemen yang Jonathan beli saat anniversary pertama dengan tabungan yang selama ini ia kumpulkan. Ruangan paling besar ia digunakan sebagai kamar utama, satu kamar bayi, ada ruang kerja Jonathan, dapur mini dan meja makan dengan 4 kursi, ruang tv, dan juga ruang tamu. Terbilang besar untuk ditinggali keluarga kecil dengan batita.
Setelah Hanni melakukan ujian paket C, tahun selanjutnya ia mendaftar di kampus yang cukup dekat dengan kantor Jonathan. Hanni pikir hal tersebut bisa menghemat, jika ada kelas pagi ia bisa nebeng Jonathan begitupun saat selesai kelas sore ia bisa pulang bersama Jonathan.
Seperti sore ini, Hanni seperti biasanya menunggu Jonathan di kafe dekat kampusnya. Ia memesan latte dan sepotong kue sambil mengerjakan tugas. Tanpa disangka ia disapa orang yang tak terduga.
"Hanni, kan?"
"Kak Harun?"
"Astaga ga nyangka ketemu lu di sini. Lu kuliah di XX?"
"Eh iya."
"Apa kabar, Han?" Harun duduk di kursi kosong tanpa dipersilakan.
"Baik kak." Hanni menjawab tanpa menatap lawan bicaranya.
"Han, gue minta maaf."
Hanni akhirnya menatap Harun dengan tatapan penuh selidik.
"Untuk?"
"Gue ga tau kapan punya kesempatan kaya gini, gue minta maaf atas perbuatan gue yang dulu-dulu. Gue tau ini bukan waktu yang tepat, tapi gue seneng ketemu lu di sini."
"Bukan sepenuhnya salah kak Harun, aku juga minta maaf."
"No worries." Balas Harun dengan lembut disertai senyuman yang menurut Hanni gantengnya masih sama seperti jaman SMA.
"Kalo gitu gue pamit ya, Han, temen gue udah sampe. Sorry ganggu waktu nugas lu. Bye Han."
"Oh iya kak, ngga ganggu kok. Bye kak."
Keduanya saling melambaikan tangan dengan senyum terpatri di wajah, tanpa tahu ada manusia lain yang melihat interaksi mereka. Jonathan dengan jelas melihat wajah Hanni berseri, tersenyum dan melambai dengan riang. Jonathan ingin marah, tapi ia merasa tidak berhak marah. Ia dan Hanni hanya menjadi orang tua Niel namun tetap menjadi teman selayaknya teman yang tinggal serumah.
Jonathan menelfon Hanni.
"Aku udah di parkiran."
"Mau gue pesenenin kopi?"
"Gausah, langsung pulang aja."
Telfon langsung dimatikan sepihak, Hanni buru-buru merapikan bukunya dan membawa lattenya yang masih sisa setengah. Ia masuk ke dalam mobil dan menyapa Jonathan yang diam dengan wajah keras dan lelah. Hanni tidak repot menanyakan hal apa yang mengganggu Jonathan, ia cukup yakin Jonathan stress karena pekerjaan.
"Ga jemput Niel dulu?"
"Niel udah aku titip ke bunda. Kita jemput weekend aja sekalian nginep."
"Bunda ga keberatan kan?"
"Ngga."
"Oke."
Hanni menatap ke samping, hujan turun cukup deras saat jalanan semakin padat dan langit mulai gelap. Ia menghela nafas, rasanya mengganjal karena biasanya Jonathan tidak pernah bersikap dingin meski sebanyak apapun pekerjaannya. Namun Hanni segan untuk bertanya, ia memilih diam dan menunggu Jonathan kembali seperti semula.
Saat sampai rumah, Hanni sibuk menyiapkan makan malam yang mereka beli di jalan saat pulang.
"Mau makan dulu apa mandi dulu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
F.R.I.E.N.D.S
Fanfiction-side story Hanni, asik kelas yang naksir Harun (story players)- Selama hampir 16 tahun hidupnya, baru kali ini Hanni merasakan naksir cowok. Harun, cowok yang menurut Hanni gantengnya super duper bikin silau mata. Akhirnya Hanni meminta bantuan Jon...