Worst Day Ever

129 5 0
                                        

- Keesokan harinya, di sekolah -

Hanni memberanikan diri menghubungi Harun dan mengajaknya ketemuan. Untung saja Harun setuju menemuiny Adi belakang gedung sekolah yang sepi saat jam istirahat pertama.

"Mau ngomong apa? Gue sibuk!"

"Aku hamil."

Harun menaikan sebelah alisnya, ia merasa info yang adik kelasnya sampaikan tidak penting baginya.

"Aku hamil kak, kok kak Harun biasa aja?"

"Terus lu pikir itu anak gue? Yakin?"

"Maksud kak Harun?"

"Lu sok polos diawal, tapi gue tahu pas kita ngewe juga lu ga sepolos itu. Gue tanya sekali lagi, lu yakin hamil anak gue?"

Hanni terdiam, ia memang tidak yakin mengandung anak Harun. Saat ini ia hanya berjudi, siapa tahu Harun mau tanggungjawab dan ia bisa memiliki Harun seutuhnya.

"Ga bisa jawab kan? Karena kalo lu beneran hamil pun bukan anak gue. Gue gak goblok buat hamilin temen kencan gue, Han. Gue rasa lu udah paham. Jangan ganggu gue lagi, apalagi sampai Karin tahu."

Harun pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban Hanni, ia menatap remeh adik kelasnya yang ternyata sasimo.

Hanni berjongkok tidak bisa menahan tangis karena sakit hati. Ia sedikit menyesal mengakui kehamilannnya pada kakak kelas yang disukainya itu. Hanni berharap Harun tidak menyebarkan rumor aneh tentangnya di sekolah, karena ia akan malu jika satu sekolah tahu dirinya hamil.

Hanni akhirnya izin sakit dan pulang, namun bukannya pulang ke rumah, ia malah mendatangi rumah tetangganya, berniat curhat pada Jidan, Abang dari temannya.

"Abang." Panggil Hanni pelan.

"Hanni, kamu gapapa?"

"Bang Ji." Hanni menghambur ke pelukan Abang temannya dan menangis tersedu. Jidan mengelus punggung gadis di pelukannya tanpa bertanya apa-apa lagi.

Setelah tenang, Jidan menyajikan lemon tea hangat untuk Hanni.

"Udah tenang?"

Hanni mengangguk.

"Hanni mau cerita sama Abang?"

"Hanni ga pernah mau bayi ini bang, tapi Hanni takut kalo harus aborsi. Hanni kemarin baca-baca katanya bahaya, apalagi hamil usia remaja. Hanni harus apa, bang?"

"Hanni sayang sama Jojo?" Hanni mengangguk tapi selanjutnya ia menggeleng.

"Jojo temen Hanni dari kecil, udah pasti Hanni sayang sama Jojo kan, bang? Tapi--" Hanni tidak melanjutkan kalimatnya, ia tidak berani bilang kalau ia tidak hanya tidur dengan Jojo, tapi juga tidur sama cowok yang disukainya.

"Kalian udah tidur bareng, maksud Abang kalian ga cuma tidur merem bareng, tapi ngelakuin hubungan badan juga. Dan hasilnya ada di rahim kamu sekarang."

"Hanni yang salah bang, hiks, harusnya Hanni ga minta hiks Jojo buat bantuin Hanni hiks. Hanni sadar emang bodoh, tapi yang Hanni lakuin sekarang lebih bodoh lagi. Hiks." Hanni bicara terbata diiringi isak tangis.

"Maksud Abang ga gitu, adeknya Abang si Jojo yang goblok. Harusnya dia jagain kamu, bukannya malah ngerusak kamu kaya gini."

"Abang salah, semua salah Hanni bang. Jojo ga salah, dia bener-bener temen yang baik."

"Abang ga ngerti maksud kamu. Jelas-jelas Jojo--."

"Bang Ji, Hanni suka sama cowok lain dan Jojo tahu. Dia cuma mau bantuin Hanni biar bisa deket sama cowok itu, bang." Akhirnya berani Hanni jujur setelah mendengar Jojo digoblok-goblokin abangnya.

F.R.I.E.N.D.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang