Chapter 6

146 13 0
                                    

06. Omong kosong atau fakta?

Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Kaisar Kenneth. Cyrille sang pelaku menatap permusuhan ke arah pria itu. Perasaan kesal terus merasuki hatinya karena pria itu dianggap tidak sopan oleh Cyrille. Merasa tidak pernah mengenal, tiba-tiba pria itu memeluknya erat dan menangkup kedua pipinya dengan jarak begitu intens.

"Eleanor, kau tidak mengingatku?" Kaisar Kenneth bertanya lirih sembari menatap Cyrille sendu.

Cyrille berdiri seraya berkacak pinggang. "Hei! Aku tau, aku memang primadona di kampusku dulu. Tapi aku tidak suka jika ada seseorang yang lancang menyentuhku dengan sembarangan. Huh! Dasar pria, semua sama saja!"

"Kau melupakanku, dan aku membenci itu," gumam Kaisar Kenneth.

Cyrille yang asyik mengomel pun menjadi terdiam kesal karena Kaisar Kenneth seolah menghiraukannya.

"Pria aneh, kau mendengarkanku tidak?!" pekik Cyrille.

Kaisar Kenneth menggenggam tangan kiri Cyrille, kemudian tersenyum. "Jangan suka berteriak, tempat ini tidak aman untukmu."

"Kau yang menyebalkan tak kuasa membuatku tak berteriak, wahai Tuan aneh!" ketus Cyrille.

"Ayo kita kem--"

"Kau mencuri berlian itu di rumah tua ini?" Cyrille memotong perkataan Kaisar Kenneth seraya menunjuk sebuah berlian biru di tangan pria itu.

Kaisar Kenneth mengangkat tangannya dan menunjukkan berlian itu ke Cyrille agar lebih leluasa untuk melihat. Cyrille yang pada dasarnya menyukai benda berkilau pun langsung antusias.

Kaisar Kenneth menutup telapak tangannya dan kembali menyimpan berlian itu ke kantongnya. "Ini milikku."

Cyrille mendengus pelan. "Apakah masih ada lagi? Aku juga ingin memilikinya."

Perkataan Cyrille membuat Kaisar Kenneth terdiam sejenak. Pikirannya tertuju kepada Eleanor a.k.a. Cyrille yang bertingkah aneh seolah tak mengingatnya, bahkan seperti tak mengenal dirinya. Untuk memastikan kebenaran tentang yang dialami Eleanor selama ini, sepertinya ia harus menyelidikinya dengan intens. Ia yakin pasti ada sesuatu yang merusak jaringan otak Eleanor. Sementara ini, ia harus pelan-pelan mendekati Eleanor tanpa membuat gadis itu risih. Ia tak mau mengambil risiko jika hal buruk terjadi kedepannya.

"Eleanor, seba--"

"Stop!" Teriakan itu membuat Kaisar Kenneth terkejut.

"Jangan panggil aku dengan sebutan Eleanor, panggil aku Cyrille!" Cyrille melototkan matanya. Ia kesal mengingat pada waktu kecil Carver selalu mengejeknya dengan sebutan lele, itu adalah kata plesetan dari nama Eleanor.

Kaisar Kenneth menunjuk leher Cyrille yang terdapat kalung bertuliskan 'Eleanor Cyrille'. "Namamu Eleanor."

"Tapi aku tidak suka dengan nama itu!"

Padahal itu adalah nama kebanggaanmu waktu di Kekaisaran Amethyst, Eleanor. Batin Kaisar Kenneth tersenyum kecut.

"Hari akan gelap, sebaiknya aku segera pulang. Aku permisi, Tuan." Cyrille membalikkan badannya untuk pergi.

Tanpa diduga, Kaisar Kenneth menahan tangan Cyrille membuat gadis itu berhenti berjalan. Cyrille kembali membalikkan badannya dan menatap Kaisar Kenneth dengan jengah.

"Apalagi? Urusan kita sudah selesai, Tuan. Tolong biarkan aku pulang sebelum matahari benar-benar terbenam," pinta Cyrille.

"Kau tidak punya rumah di sini." Perkataan Kaisar Kenneth cukup menusuk hati Cyrille.

"Baiklah-baiklah, sepertinya kau akan menyebutku gelandangan yang tak punya rumah!" sarkas Cyrille.

"Tidak, asalmu bukan di sini. Sebaiknya kau ikut denganku," ujar Kaisar Kenneth menatap dalam mata Cyrille.

Amethyst EmpireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang