Chapter 15

59 4 0
                                    

15. Penyihir Ambros berulah?

Jeritan ketakutan orang-orang mengundang kedatangan penjaga istana. Beberapa burung merpati tergeletak mengenaskan di depan istana. Mereka semua menyaksikan burung-burung itu menggelepar kesakitan sebelum merenggang nyawa. Bulu sayapnya rontok dan banyak goresan merah di seluruh tubuh yang kini telah membiru. Burung merpati besar yang tergeletak di tengah terlihat masih hidup. Burung itu mengedipkan-ngedipkan matanya dengan lemah. Di kaki kanannya terdapat sebuah surat yang isinya belum diketahui.

Setelah mengambil surat itu, Kaisar Kenneth membacanya dengan serius. Beberapa saat kemudian tatapannya mulai menajam dengan tangan meremas surat itu hingga kusut.

"Ada yang bisa menjelaskan kronologinya?" tanya Kaisar Kenneth.

Aura gelap dari Kaisar Kenneth sangat mencekik kondisi sekitarnya. Semua orang menunduk tak berani menjawab.

"Jangan membuat saya mengulang perkataan yang sama." Kaisar Kenneth turun dari undakan tangga hingga di posisi paling bawah.

Seorang penjaga luar maju perlahan dengan tubuh bergetar. "Izin menjawab, Yang Mulia. Angin kencang tiba-tiba datang dari jarak kira-kira lima meter di atas permukaan tanah. Setelah itu banyak burung merpati berjatuhan di depan istana," jelasnya.

"Angin lagi," desis Kaisar Kenneth menggeram marah.

"Bereskan semua kekacauan ini! Perketat penjagaan sekitar istana!" perintah Kaisar Kenneth sebelum pergi meninggalkan tempat itu.

"Roger, ikuti saya!"

Mendengar perintah dari Kaisar Kenneth, Roger bergegas mengikuti pria dengan patuh.

Kini Roger duduk tegak berhadapan dengan Kaisar Kenneth yang tampak serius. Ruangan itu telah dikunci, tak ada seorangpun yang bisa membuka dan mendengarkan pembicaraan mereka. Privasi ruangan Kaisar Kenneth sangat dijaga ketat oleh penjaga istana.

"Sudah berapa kali peristiwa buruk yang menimpa kekaisaran? Peristiwa yang berkaitan dengan angin dan sebelum kedatangan Eleanor. Sebutkan!" Kaisar Kenneth mulai membuka suara.

"Izin menjawab, Yang Mulia. Saya perkirakan pada tahun ini telah terjadi lima peristiwa yang Anda maksud. Tiga peristiwa menimpa tiga desa, kematian massal para prajurit tingkat rendah, dan hancurnya praviliun milik Anda," jelas Roger dengan tegas.

"Kau tau siapa dalang dibalik semua, Roger?"

Tatapan mengintimidasi dari Kaisar Kenneth membuat Roger meneguk ludahnya kasar.

"Penyihir Ambros, Yang Mulia?" sahut Roger ragu-ragu.

"Benar. Penyihir itu tidak ada habisnya terus menyerang kekaisaran. Saya yakin ada sesuatu yang diincar olehnya. Bagaimana pendapatmu tentang hal ini, Roger?" tutur Kaisar Kenneth.

"Saya menyetujui perkataan Anda, Yang Mulia. Seseorang tidak akan menyerang jika tanpa tujuan tertentu." Roger terdiam sejenak, kemudian berkata, "Maaf jika saya lancang, Yang Mulia. Prediksi saya tentang Penyihir Ambros saat ini adalah berkaitan dengan peperangan yang dipimpin oleh mendiang kakek Anda."

Kaisar Kenneth ikut terdiam meresapi kata demi kata yang diucapkan oleh Roger. Tangan kanannya itu memang memiliki darah seorang penyihir. Meramalkan dan memprediksi sesuatu bukanlah hal sulit baginya.

"Adakan rapat untuk para petinggi!" titah Kaisar Kenneth dengan serius.

"Baik, Yang Mulia!"

• Amethyst Empire •

Dari jarak sekitar lima meter Kaisar Kenneth berdiri dengan pandangan lurus ke depan. Bibirnya tersungging senyuman tipis kala melihat sesuatu yang ada di depan mata. Terasa perbedaan suasana hati Kaisar Kenneth saat ini dengan hari-hari yang lalu. Kini seperti mendapatkan cahaya, binar kebahagiaan dari matanya tak dapat disembunyikan.

Amethyst EmpireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang