Chapter 17

53 3 1
                                    

17. Lorong gelap

Di dalam aula Kekaisaran Amethyst yang megah, suasana penuh dengan kegiatan yang sibuk dan terorganisir. Para pekerja istana sibuk menata dan menyiapkan ruangan yang akan segera digunakan untuk rapat penting. Cahaya gemerlap dari lentera kristal yang menggantung di langit-langit memberikan kilauan mewah pada setiap sudut ruangan.

Para pelayan istana dengan teliti menyusun meja-meja besar yang dilapisi dengan kain sutra berwarna emas. Mereka meletakkan peralatan rapat dengan hati-hati, memastikan setiap detail tersusun dengan rapi. Bunga-bunga segar dan wangi diletakkan di tengah meja, menambah sentuhan elegan pada suasana ruangan.

Seorang tangan kanan Kaisar Kenneth berdiri tegak di depan pintu aula dengan tangan bertaut di belakang tubuhnya. Matanya menelisik ke segala arah untuk memastikan semua orang bekerja dengan baik dan profesional. Dia tak ingin mendapatkan teguran dari Tuannya karena ada kesalahan dalam mempersiapkan ruangan ini.

Pandangan Roger beralih kepada kepala pekerja yang sibuk memandu anggotanya dalam mengerjakan sesuatu. "Theo, pastikan aula telah siap saat jam menunjukkan pukul sepuluh!"

Theo selaku kepala pekerja sedikit tersentak setelah mendengar ucapan Roger. Ia pun segera membalikkan tubuhnya agar menghadap pria itu.

"Baik, Tuan. Anda bisa mempercayai dalam hal ini." Theo mengucapkan kalimat tersebut setelah membungkuk hormat.

Setelah mendengar balasan dari Theo, Roger segera keluar meninggalkan aula. Ia berencana menemui Kaisar Kenneth untuk melaporkan keadaan aula saat ini. Helaan nafasnya terdengar letih di sepanjang lorong istana yang sepi. Hanya untuk melatih Cyrille dalam mengendalikan elemennya, sebagian besar pekerjaan yang harusnya dikerjakan oleh Kaisar Kenneth dilimpahkan kepada Roger. Entah sudah memasuki hari ke berapa ia mengambil alih pekerjaan kaisar keras kepala itu. Ingin protes pun tak ada gunanya, alhasil pasrah adalah jalan keluarnya.

Di sisi lain, langkah kaki Kaisar Kenneth menggema di sebuah lorong area belakang istana. Tatapan yang lurus ke depan tampak menajam kala mendapatkan seorang gadis yang berjalan sendirian di jarak delapan meter darinya. Cyrille yang menjadi pengalihan atensi Kaisar Kenneth celingak-celinguk seperti manusia yang habis mencuri. Entah apa yang dilakukan gadis itu di lorong gelap sambil membawa sebuah tas kecil.

Cyrille tak menyadari sepasang kaki panjang Kaisar Kenneth berjalan menghampiri dirinya. Gadis itu terlihat seperti orang yang berpikir keras, hal itu dilihat dari ekspresi dan keningnya yang mengerut.

"Apa kau tersesat?"

Suara berat dari arah belakang membuat Cyrille sedikit terlonjak kaget. Ia membalikkan badannya untuk melihat siapa pemilik suara itu. Hingga akhirnya netra hazel itu bertemu dengan tatapan tajam yang seolah ingin membunuh dirinya.

"Kau ... ada apa kau kemari?" Cyrille meremas-remas gaunnya merasa sedikit gugup dengan tatapan intens pria di hadapannya.

"Pertanyaan yang seharusnya aku lontarkan kepadamu." Kaisar Kenneth melangkah maju untuk memeriksa sekeliling gadis itu apakah ada yang aneh.

Merasa tidak ada sesuatu yang aneh dan mencurigakan, Kaisar Kenneth kembali membalikkan tubuhnya menghadap Cyrille. "Lorong ini jarang dilewati oleh para penghuni istana. Sebaiknya segera pergi untuk meminimalisir kejadian tak terduga."

Cyrille mengerutkan keningnya. "Apakah lorong ini berhantu? Jika iya, tenang saja, aku tidak takut dengan hantu!" serunya.

Alih-alih menanggapi perkataan Cyrille, Kaisar Kenneth malah menarik tangan Cyrille untuk pergi menjauh dari lorong gelap itu.

"Jangan keras kepala, aku tidak ingin kejadian buruk menimpamu. Seperti ... bertemu dengan kanibal contohnya." Kaisar Kenneth melirik ke arah Cyrille untuk melihat ekspresi gadis itu.

Mendengar hal itu wajah Cyrille menjadi pucat pasi. Menurutnya, kanibal adalah makhluk yang paling mengerikan. Membayangkan tubuhnya dicabik-cabik oleh seorang kanibal membuat gadis itu merinding.

"Apa kau serius? Kanibal bisa lolos dari penjagaan istana yang ketat?" tanya Cyrille dengan raut penasaran.

"Mereka bukan manusia biasa, mereka memiliki elemen yang bisa berpindah tempat hanya dengan sekali kedipan." Seolah tak merasa bersalah, Kaisar Kenneth mengatakan hal penuh kedustaan kepada gadis yang tak tahu apa-apa itu.

Tubuh Kaisar Kenneth sedikit menegang kala merasakan Cyrille yang semakin menempel kepadanya. Sedikit demi sedikit ia mengatur nafasnya agar bisa kembali rileks.

"Aku takut kalau kanibal itu muncul secara tiba-tiba di depanku," bisik Cyrille di telinga Kaisar Kenneth.

Cekalan tangan Kaisar Kenneth dengan Cyrille semakin mengerat, tetapi tak sampai menyakiti gadis itu. Otaknya mulai berdengung dengan pikiran yang tak beraturan. Hembusan nafas Cyrille menerpa lehernya dengan lembut. Hal itu membuat pola nafasnya semakin memberat seperti menahan sesuatu.

"Jangan seperti itu lagi."

Cyrille mengernyit heran. "Seperti itu ... apa?"

"Jangan berbisik," gumam Kaisar Kenneth.

Pikiran negatif mulai menyerang pikiran Cyrille. Gadis itu menerka-nerka, apakah nafasnya bau hingga membuat Kaisar Kenneth tak nyaman? Ia arahkan telapak tangan kirinya ke depan mulut, kemudian menghembuskan nafasnya di sana dengan sedikit banyak. Hidungnya mengendus-endus bau mulutnya sendiri untuk memastikan.

"Tidak bau. Apa hidungku yang bermasalah?" Cyrille bertanya kepada dirinya dengan nada pelan.

"Salam hormat kepada Yang Mulia Kaisar Amethyst dan Putri Eleanor." Tiba-tiba Roger datang seraya memberikan salam yang membuat Cyrille terlonjak kaget.

Sudah seperti hantu saja tiba-tiba datang tak diundang. Batin Cyrille menggerutu kesal.

"Sebentar lagi rapat akan dimulai, Yang Mulia. Anda dimohon untuk segera datang ke aula," lapor Roger.

Kaisar Kenneth terdiam sejenak, kemudian menatap Cyrille yang kini tengah menatapnya juga.

Seolah mengetahui apa yang dipikirkan oleh Kaisar Kenneth, Cyrille segera menyunggingkan senyuman manis. "Tenang saja, aku sudah hafal semua tempat di dalam istana. Dari sini untuk kembali kamar adalah hal yang mudah bagiku," ungkapnya.

Kaisar Kenneth menganggukkan kepalanya paham. "Baiklah. Jaga diri baik-baik, selesai rapat aku segera kembali menemuimu," balasnya.

Kaisar Kenneth mulai berjalan meninggalkan Cyrille dengan diikuti Roger di belakangnya. Tak sedikitpun gadis itu mengalihkan pandangannya dari dua pria yang baru saja pergi itu. Setelah dirasa bayangannya tak terlihat, Cyrille membalikkan badannya dan berjalan kembali ke arah lorong gelap.

"Kanibal, ya? Tidak apa-apa, nanti jika kita bertemu akan aku jadikan manusia bakar terlebih dahulu." Cyrille terkikik geli seraya mengingat dirinya memiliki elemen petir.

Sesampainya di ujung lorong, terdapat sebuah batu lumayan besar yang menutupi cahaya matahari. Tangan kecil Cyrille perlahan mulai mendorong batu itu agar bergeser. Untuk menggeser batu itu ternyata membutuhkan tenaga ekstra dan waktu beberapa menit. Nafas gadis itu ngos-ngosan setelah berhasil menggeser batu itu. Senyumnya mengembang kala melihat sebuah lubang yang cukup untuk dimasuki tubuhnya.

"Aku hanya ingin keliling sebentar, bukan kabur," gumamnya.

Cyrille menyingkirkan sarang laba-laba yang ada di sekitar lubang itu. Setelah dirasa cukup, gadis itu mulai menjinjing gaunnya agar lebih mudah melewati lubang. Naas, ketika berhasil keluar dari lubang itu, kaki Cyrille terpeleset hingga akhirnya terjatuh mengenaskan di atas rumput.

"Astaga, tulang ekorku seperti mau patah." Suara rintihan kesakitan gadis itu mulai terdengar karena merasakan nyeri di pantatnya.

Apakah ini karma karena ia diam-diam keluar istana tanpa izin pemiliknya? Cyrille berdecak kesal.

Bersambung.

Halo, Amethyst Empire kembali lagi
Ada yang masih baca & nungguin update?

Bantu share ke platform mana aja yaa biar pembacanya bertambah. Bisa juga kalian rekomendasikan ke orang yang suka cerita genre fantasi 🙌🏻

Amethyst EmpireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang