Chapter 1

210 18 0
                                    

01. Musibah

"Yang Mulia, tolong jangan seperti ini. Takut tiba-tiba ada pelayan masuk." Seorang Permaisuri berujar pelan seraya menampilkan sinyal kegelisahan.

"Tenanglah, Istriku. Tidak ada yang berani masuk ke sini tanpa izin dariku."

Sang Kaisar menggenggam tangan kecil istrinya. "Jangan terlalu formal jika hanya ada kita berdua, panggil aku dengan semestinya."

"Tolong tutup dulu pintunya, Yang Mulia," pinta Permaisuri dengan penuh harap.

Kaisar menghela nafasnya pelan sembari melepaskan pelukannya dengan Permaisuri, lalu berjalan ke depan untuk menutup pintu.

"Baiklah, sekarang buang perasaan gelisahmu, Istriku." Kaisar meraih kepala Permaisuri dan mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih, Suamiku," balas Permaisuri seraya tersenyum.

"Apapun untukmu, Istriku."

"Suamiku harus tidur yang cukup, besok akan menjadi hari yang melelahkan," ucap Permaisuri sembari menuntun Kaisar untuk tidur.

"Aku masih memiliki satu permintaan sebelum tidur, Istriku." Tatapan Kaisar yang sayu membuat Permaisuri gugup setengah mati.

"Aku tidak ingin dirimu kelelahan. Apa kata rakyat di waktu hari perayaan kekaisaran jika kaisarnya tidak terlihat bersemangat," jawab Permaisuri seraya tertawa kecil.

"Tenanglah, aku sudah terbiasa tidur dengan waktu tiga jam," balas Kaisar dengan senyuman yang mampu meluluhkan hati Permaisuri.

Tangan Kaisar menggapai wajah Permaisuri dengan tatapan yang semakin sayu. Melihat anggukan kecil dari istrinya membuat Kaisar itu tersenyum senang karena telah mendapatkan izin. Sang Kaisar mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Permaisuri dengan perlahan. Tetapi, tiba-tiba suara gebrakan beruntun dari pintu membuat ia mengurungkan niatnya.

"Berani-beraninya," desis Kaisar menggeram emosi.

Gebrakan beruntun itu semakin kuat dengan diiringi sebuah teriakan seseorang.

"CYRILLE, BANGUN KAU ADIK PEMALAS!"

"Suara siapa itu?" gumam Permaisuri sambil mengernyitkan dahinya.

"CYRILLE, KAU TIDAK INGIN KULIAH, HAH?!"

"CYRILLE!!!"

Seorang gadis berambut perak mengernyitkan dahinya merasa terganggu. Kelopak matanya terbuka perlahan dengan tatapan masih terlihat sayu.

"Apa? Aku dimana?" gumam gadis itu seperti linglung.

"CYRILLE, WAKTUNYA KULIAH!"

"Kuliah? Ohh ... APA?!"

Tubuh ramping itu sukses terduduk sempurna setelah mendengar kata kuliah.

Gadis itu menepuk dahinya pelan. "Astaga, bagaimana bisa lupa hari ini aku ada perkuliahan."

"KAKAK, TUNGGU AKU. AKU AKAN BERSIAP DULU!" teriak Cyrille sambil berlari mengambil handuk dan membawanya ke kamar mandi.

"SEPULUH MENIT TIDAK TURUN AKAN AKU TINGGAL."

Balasan dari sang Kakak membuat Cyrille mendengus pelan. Ia dengan segera menyelesaikan kegiatannya agar tidak ditinggalkan oleh sang Kakak. Selesai mandi, ia pun menyiapkan barang-barang yang akan dibawa.

"Astaga! Dimana buku jelek itu?!" Cyrille berkacak pinggang sambil memandang ke segala arah.

"Aish, tidak usah bawa buku sajalah. Toh nanti ada kegiatan bazar di kampus."

Amethyst EmpireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang