BAB 7 : TRAGEDI FESTIVAL MUSIM PANAS PART 1

200 13 15
                                    

   takemichi masih terasa sedikit pusing setelah mengingat kejadian tadi ia ping san.

"Michi...kau yakin mau pergi..." ibu ta kemichi cemas.

Takemichi mengangguk yakin, melihat tatapan sang ibu yang khawetir akan kondisinya membuatnya gemas, iapun menyentuh pipi sang ibu.

"Bunda jangan khawatir...michi ok... michi kuat..." takemichi berusaha meyakinkan.

Sang ibu tampak menahan air mata haru, ia mencium kening sang putra.

"Rupanya michi kecil bunda sudah be sar...bunda bangga padamu sayang..." ibu takemichi senang.

"Michi harus besar bunda.. agar michi bisa melindungi bunda.. michi janji akan selalu sayang bunda..." takemichi bersemangat.

Sang ibu tampak tersenyum dan mera pihkan kimono sang anak, lalu takemi chi tampak menggendong sang ibu, me rekapun keluar bersama, dan tampak di hadapan mereka berdua seseorang yang sudah bersiap memakai kimono.

Sang ibu tampak tersenyum dan mera pihkan kimono sang anak, lalu takemi chi tampak menggendong sang ibu, me rekapun keluar bersama, dan tampak di hadapan mereka berdua seseorang yang sudah bersiap memakai kimono

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Takemichi sendiri tampak diam dan terpesona melihat wakasa yang tampak rapih.

"He...kenapa kau bengong ? Aku tam pan ya ? Sampai kau melihatku tampak terpesona michi ?" Wakasa meledek takemichi.

"Hih...siapa yang bilang kakak wakasa ganteng...jelek begitu mana tadi pakai boxer kuning loreng.." takemichi mele dek dan memalingkan wajahnya.

Wakasa sendiri tampak di serang per kataan terduduk lesu, benar saja ia sendiri tampaknya baru sadar telah merendahkan dirinya di hadapan ibu takemichi dan juga takemichi.

"Besok-besok kalau mau mandi bilang donk kakak wakasa...tahu begini michi juga malu.." takemichi kesal.

"Hei...kau juga lihat juga kan ?" Wakasa menjahili dan mengusap rambut take michi.

"Ih maksudnya apa tadi kan ga senga ja.." takemichi protes.

"Alah bilang saja kau mau lihat lagi kakak wakasa yang sispek dan sexy seperti sebelumnya..." wakasa.

"APA YANG SISPEK...PERUTNYA MANA BUNCIT...SUDAH LAH AYO BERANGKAT NANTI TELAT..." takemichi berwajah memerah dan menari tangan wakasa.

Wakasa tampak terkejut mendapati Ta kemichi menarik tangannya, namun di saat takemichi sudah menuju motor wa kasa ia teringat satu hal.

"Bunda...michi berangkat ya...jaga diri bunda..." takemichi cemas dan melam baikan tangan.

"Eh...iya sayang...kau juga jangan nakal dan menyusahkan kakak wakasa ya... wakasa titip michi ya..." ibu takemichi melambaikan tangan.

"E...iya ibu...kami berangkat..." wakasa menunduk hormat dan menaikkan take michi ke motornya.

"Bunda....michi pergi dulu..." takemichi pamit dan merekapun beranjak pergi.

Sang bunda tampak membalas lamba ian tangan tersebut, tanpa di duga pe rasaannya nampak ada sesuatu yang mengganjal di hatinya ketika mereka pergi.

"Kenapa ini....kenapa perasaanku tidak enak ya...astaga mudah-mudahan tidak terjadi masalah...tuhan jaga mereka..." ibu takemichi menatap langit yang kini mulai mendung.

MY STUPID RIVAL, MY LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang