Happy reading
Bagai kucing yang dikasih ikan. Lelaki mana yang tidak mau menikmati tubuh bak porselen itu. Kabar dari Lili bahwasannya Layla rela menyerahkan tubuhnya demi menebus pamannya terdengar sampai ke telinga Alice. Sontak dirinya langsung beranjak dari duduknya. Alice berlari demi mencegah sebuah kejadian fatal itu. Kakinya bahkan sampai tersandung saking kencangnya ia berlari. Para pelayan yang melihatnya mencoba membantunya berdiri.
"Terima kasih," ucap Alice sembari melanjutkan jalannya.
Tujuan utamanya adalah villa milik Edward. Langkahnya menaiki 2 anak tangga sekaligus. Bahkan lututnya sampai terasa nyeri. Pintu lebar dengan cat emas itu ia buka paksa. Masuk tanpa salam, dan nyelonong begitu saja. Alice tengah melihat Edward mengunci Layla diantara kedua tangannya. Alice sampai menutup bibirnya akibat keterkejutannya. Apa benar, Edward mencintainya? Rasanya tidak mungkin. Pria itu sudah membuat hatinya bagai ditusuk belati, terasa sakit namun tak berdarah. Jantung Alice seakan sesak, dan pilu keringat keluar mengucur di dahinya. Tampak Edward membalikan tubuhnya, melihat Alice yang sudah berdiri mematung melihatnya. Ada keterkejutan di wajahnya. Sayangnya, ketika ia melangkah, Alice mundur satu langkah demi langkah untuk menghindarinya.
Alice pun pergi meninggalkan villa itu dengan rasa kecewa. Menuju kamar dan menguncinya dan tidak lupa kunci ganda, Ia ingin sendiri. Tubuhnya merosot ke lantai dingin itu. Memeluk lutut sembari membenamkan wajahnya ke lutut. Ia menangis tersedu-sedu. Bahkan sampai meremas rambutnya. Alice berjalan gontai menuju cermin, meneliti dirinya. Rupa berantakan akibat dari menangisi pria itu. Sudah saatnya ia mengabaikan perasaannya. Ia tidak peduli dengan cinta. Benar kata Alice asli. Mengapa ia harus membuang hidupnya demi cinta. Bila suatu hari nanti Edward ingin mencari selir itu berarti misinya gagal dan nasibnya akan sama seperti Layla Eder.
--*--
Hari pernikahan telah diselenggarakan. Seluruh tamu Undangan menikmati acara awal hingga akhir. Bisa dicatat di sejarah, ini adalah pernikahan paling tidak diinginkan di dunia. Wajah Alice yang tersenyum di sepanjang acara terlihat normal. Namun, di mata Edward, gadis itu tidak baik-baik saja. Bahkan ketika Edward meminta waktu berdua saja dan ingin menjelas kejadian kemarin. Alice tampak tak merespon. Edward merasa Alice tidak menganggap keberadaannya.
"Ayo kita bicara Alice," bisik Edward.
Edward menarik pergelangan tangan Alice, dan gadis itu langsung melepasnya secara perlahan namun pasti.
"Jangan sentuh aku!" Desis Alice datar penuh penekanan. Alice pun lebih memilih bergerombol dengan para tamu undangan. Memberi salam kepada mereka satu persatu. Alice melirik ke belakang, terlihat Edward lelaki itupun meneguk anggur dengan satu kali tegukan. Pria itu tampak frustrasi. Alice merenung, apakah yang ia lihat waktu itu hanya adegan setengahnya saja? Apakah ia tampak egois? Jika benar. Ia sudah berburuk sangka dengan pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu.
--*--
Purnama yang terlihat sangat terang itu. Memancarkan cahaya melewati jendela kamar milik Alice. Alice yang sudah pegal segera mandi dibantu oleh beberapa pelayan. Sayangnya pintu kamar besar itu terbuka kencang. Dalang dari pintu terbuka paksa itu adalah Edward. Pria itu lalu memberikan arahan kepada semua pelayan yang berada di kamar untuk keluar semu. Alice yang tampak was-was dengan perbuatan Edward, namun gadis itu menutupi kewaspadaannya.
"Aku ingin bicara!"
"Bicara saja. Mengapa kau harus mengusir para pelayan." Jawab Alice tenang.
"Aku dan gadis kebun itu, tidak ada hubungan apa-apa!" Dan yang kau lihat ___ tidak seperti ____ yang kau lihat...." Edward menjelaskan dengan terbata-bata. Terlihat seperti bocah yang bingung harus menjelaskan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
not a passionate romance
Fiction HistoriqueREVISI BESAR-BESARAN 🙏😁 17+ Kisah romance kerajaan di Eropa letaknya di Luksemburg abad ke-18 Claudine yang terperangkap dalam tubuh Alice pemeran figuran dari novel bergenre romance dewasa. Alice yang merupakan tunangan Duke Edward, ternyata pr...