2. Smell

1.3K 133 4
                                        

CHAPTER TWO

.
.
.

Basah. Iruka merasakan sisi wajahnya basah. Saat dirinya membuka mata, wajah hewan berbulu adalah hal yang dilihatnya.

"Uh- sebentar ... Hei! Berhenti menjilatku."

Iruka mendorong hewan itu. Melihat para muridnya yang masih terdiam, ia segera tersenyum, "Ini anjing. Tenang saja."

"A-anjing?" Gadis itu tergagap, "B-besarnya."

Iruka juga merasa seperti itu. Dia memandang anjing yang duduk di hadapannya. Anjing itu benar-benar besar. Bahkan ketika duduk kepalanya setara dengan dagunya.

"Ada apa, Teman besar? Apa kau tersesat?" Iruka mengulurkan tangannya membelai anjing itu.

Satu kata!

Manis!

Anjing itu berperilaku manis!

Pipi Iruka memerah merona karena perilaku anjing yang perlahan menjadi lebih penurut.

"Apa ini? Mengapa enak sekali sentuhannya?" batin Kakashi.

Dalam sekejap, para murid sudah mengerubungi Iruka yang tengah duduk bersama anjing itu. Mereka ikut membelai Kakashi dengan tangan mungil mereka.

"Ne~ Sensei, matanya terluka," ucap seorang murid.

Iruka memandang anjing itu. Menatap luka di mata kiri yang membuat anjing itu menutup mata.

"Mungkin dia hidup di alam liar dan bertarung dengan hewan liar lainnya."

Beberapa murid mengeluh, "Kasian sekali."

"Benar. Kasian sekali," ucap Iruka. Namun, ia menatap luka yang menurutnya familiar.

"Seperti miliknya." Iruka bergumam.

"Apa apa, Sensei?" celetuk anak laki-laki yang berdiri dekat Iruka.

"Tidak. Bukan apa-apa," Iruka menjawab, "Apa kau sendirian? Dimana tuanmu?"

"Sensei, kenapa kau tidak merawatnya saja?" tanya seorang murid. Iruka sedikit berpikir.

"Apa menurutmu begitu?"

"Um! Lihat, anjing ini terluka. Jika membiarkannya di alam liar terus nanti dia bisa mati. Sensei, jika kau merawatnya pasti dia senang."

Iruka memandang anjing itu sebentar. Mengamatinya dengan lebih seksama. Cara anjing itu menatapnya benar-benar mengingatkannya pada seseorang.

"Baiklah. Aku akan membawanya pulang," seru Iruka. Dia menjadi lebih senang saat melihat anjing di hadapannya itu mengibaskan ekornya.

"Sensei, beri dia nama!"

"Humm ... Sebentar. Mungkin Yuki?"

.
.
.

Tidak ada pilihan lain bagi Iruka untuk membawa anjing itu ke akademi. Ia masih harus mengajarkan teori dalam waktu 1 jam. Dan tentu saja, dia tak bisa membawa anjing yang diberi nama Yuki itu masuk. Sepanjang sesi belajar, Iruka menjadi lebih sering melihat keluar jendela dimana Yuki tengah tidur di bawah sinar matahari di sana.

Anjing besar itu cukup baik dan penurut.

Selepas mengajar, Iruka buru-buru membereskan meja kerjanya. Hal itu menarik perhatian Anko yang duduk di dekatnya.

"Ada apa, Iruka-Sensei? Kau nampak terburu-buru."

Iruka sedikit terkejut, "Ah, tidak. Aku menemukan seekor anjing saat tengah mengajar di luar siang tadi. Anjing itu sepertinya tidak memiliki pemilik dan dia menurut saja saat kuajak kemari."

Kakashi, The DoggoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang