9. Torture

1.1K 111 5
                                        

CHAPTER NINE

.
.
.

"Tadaima."

Hari sudah pagi ketika Sasuke dan Naruto selesai menjalankan misi. Mereka memasuki rumah Iruka dengan wajah yang lesu. Bahkan Sasuke terkadang menarik kerah Naruto saat anak itu hampir limbung ke depan.

"Okaeri," jawab Iruka. Senyumnya begitu lebar. Ia mengenakan sebuah apron dan muncul dari dapur. Namun, melihat kedua anak itu pulang dengan wajah mengantuk dan bukannya wajah penuh semangat, sepertinya dia telah salah mengira. Atau mungkin hanya dirinya yang menjadi sangat bersemangat.

"Yuki!" ucap Naruto lemas sembari memeluk anjing yang tengah bermalasan di sofa. Tak butuh waktu lama baginya untuk menutup mata hingga dengkurannya mulai terdengar.

"Sasuke," panggil Iruka dengan penuh harap, tetapi anak yang dipanggilnya itu menoleh dengan sangat lamban dan malas.

"Sensei, aku mengantuk," ucap Sasuke. Ia membuka pintu kamar, masuk dan menutupnya kembali. Selepasnya tak ada suara lainnya kecuali sesuatu yang tengah digoreng oleh Iruka.

.
.
.

"Sasuke," panggil Naruto sembari mengguncangkan tubuh Sasuke yang masih tertidur.

"Mmm ..."

"Bangun, Sasuke."

Alis Sasuke menukik, tetapi matanya masih tertutup, ia berseru, "Ada apa, Teme?!"

"Yuki tidak ada."

"Dia pasti pergi dengan Iruka sensei. Diamlah. Aku ingin tidur."

"Teme!"

Dengan kesal, Naruto menendang bokong Sasuke. Anak berambut raven itu langsung terbangun dan memegang bokongnya yang sakit.

"Apa yang kau lakukan?!" sergahnya dengan kesal.

Naruto mengabaikan Sasuke yang berteriak, dia mengulurkan secarik kertas, "Lihat ini."

Sasuke masih dengan kesal menerima kertas itu. Isinya adalah perintah bagi mereka untuk menjaga Yuki. Itu perintah dari Iruka.

"Anosa, sejak kapan Iruka sensei pergi?" Naruto bertanya.

"Mana aku tahu! Aku tidur."

Sasuke tahu maksud Naruto. Otaknya jelas bekerja lebih baik daripada anak berkepala kuning itu. Jika Yuki pergi, artinya dia pergi sendirian dan tidak bersama Iruka.

"Ne~ ayo kita mencari Yuki sebelum Iruka sensei pulang. Ini sudah hampir sore."

Di tempat lain, tepatnya di dalam hutan bagian barat Konoha, tiga anjing menyebar ke tiga sisi yang berbeda. Mereka mengendus tanah, semak, hingga pohon. Tetapi saat mereka tanpa sadar bergerak terlalu fokus dengan penciuman, mereka justru pergi menghampiri Iruka yang berjalan di paling depan.

Melihat hal itu terjadi berkali-kali, Hana merasa gemas. Dia ingin misi ini segera selesai sebab bayarannya belum juga turun jika misinya belum selesai.

"Iruka sensei." Hana berjalan mengimbangi Iruka.

"Ada apa?"

"Tidak perlu terburu-buru. Kita pasti akan segera menemukan Kakashi-san."

Iruka hanya bisa tersenyum, dia sangat ingin meminta maaf pada wanita ini karena telah merepotkannya dan berbohong padanya.

"Hana-san, perkembangan apa yang sudah kau dapatkan?"

"Ah, itu." Hana mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Itu adalah sebuah buku yang tak asing lagi. Selalu terselip diantara jari-jari panjang Kakashi.

Icha-icha paradise!

Kakashi, The DoggoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang