Sebuah Permintaan

107 4 0
                                    

Selamat membaca 🤗

🌹🌹---🌹🌹


Syifa dan Syaifa merasakan senang karena sudah bisa bertemu dan berbicara dengan Nasy. Walaupun hanya melalui ponselnya tapi sudah mengobati rasa rindu mereka berdua. Aiman dan Mak Imah juga merasa lega karena keadaan Syifa dan Syaifa sudah mulai membaik dari sebelumnya.

Ia berharap keadaan seperti ini tidak akan terjadi lagi pada Syifa dan Syaifa. Nasy sudah sering menghubungi mereka. Sesekali memperkenalkan Syifa dan Syaifa ke orang tua Nasy begitu juga dengan Mak Imah. Aiman juga tidak perlu khawatir lagi dengan keadaan kedua putrinya. Karena besok Syifa dan Syaifa sudah boleh pulang ke rumah.

"Papa...betul ke kitorang esok boleh balik rumah?" tanya Syifa.

"Ya, betul. Korang boleh balik dah esok. Tapi korang kena terus makan ubat tau." jawab Aiman.

"Lahhh...kena makan ubat lagi. Taknak lah Papa, ubat tu pahit." ujar Syaifa.

"Sayang...korang kena sihat. Korang tahu tak  Papa sampai risau tau tengok korang sakit. Tak kesian ke tengok Papa, Mak Imah, dan ... Kak Nasy." jelas Aiman.

"Kesian. Tapi kan Papa, kitorang lepas borak dengan Akak Nasy, kitorang terus sihat. Lepas balik sini kitorang nak call Akak Nasy lagi lah." ujar Syaifa.

"Ya lah. Tapi terima kasih juga kat Papa dan Mak Imah sebab dah jaga kitorang. Dan sebab kabulkan kitorang bercakap dengan Akak Nasy." ujar Syifa.

"Sama-sama, sayang. Lepas ni korang kena janji kat Papa jangan buat cam ni lagi. Oke?"

"Oke, Papa." jawab Syifa dan Syaifa serentak.

Waktu sudah memasuki jam siang hari. Perawat sudah mengantarkan makanan untuk setiap pasien. Aiman menjangkau makanan yang sudah diantar. Menyuapi Syifa dan Syaifa secara bergantian. Berbeda dari sebelumnya, kini mereka sudah makan begitu sangat lahap.

Keadaan mereka memang benar-benar sudah membaik dari sebelumnya. Hal ini berkat Syifa dan Syaifa sudah bertemu dengan sosok yang mereka rindukan yaitu Nasy. Selesai makan disuapi oleh Aiman, giliran makan obat yang sudah berikan oleh perawat juga.

Ketika sudah semuanya, Syifa dan Syaifa pun disuruh untuk beristirahat sejenak. Aiman membenarkan selimut mereka berdua. Tidak lupa untuk mengepuk manja lengan Syifa dan Syaifa.

"Papa...Kalau Syifa teringin sesuatu, Papa boleh bagi tak?" tanya Syifa.

"In Syaa Allah, selagi mampu Papa boleh bagi. Apa tu, sayang?" tanya Aiman.

"Ehm....kalau kita pegi Indonesia jumpa akak Nasy, Papa bagi tak?" tanya Syifa.

Aiman mengerutkan kening mendengar permintaan Syifa. Ia menoleh ke Syifa dan Syaifa secara bergantian yang juga terus menatap Aiman meminta jawaban. Ia bingung harus menjawab apa karena permintaan mereka agak lumayan berat baginya.

"Nanti lah Papa fikirkan." jawab Aiman.

"Ehm..."

Syifa dan Syaifa hanya menghela nafas saling pandang-memandang. Aiman pun kembali mengepuk lengan mereka agar tertidur. Ia kembali dibuat pusing oleh Syifa dan Syaifa. Tidak lama Mak Imah masuk yang sebelumnya pamit keluar sebentar. Mak Imah heran melihat Aiman seperti orang yang bingung.

"Ada apa-apa ke, tuan? Kenapa cam orang serabut je?" tanya Mak Imah.

"Hm...budak tu ha."

"Kenapa dengan budak-budak, tuan? Budak-budak sakit lagi ke?" tanya Mak Imah khawatir.

"Taklah, dorang oke je. Cuma..."

"Cuma apa, tuan?"

"Cuma dorang nak minta kat saya pasal dorang nak pegi jumpa Nasy kat Indonesia."

"Apa? Dorang minta cam tu?"

"Ya, dorang minta. Saya tak tahu lah kena bagi atau tak. Mak Imah tahu kan dengan kondisi saya cam mana kan. So saya serabut dah sekarang. Lain pasal pejabat yang belum genah."

"Cam ni lah, tuan. Apa kata tuan pegi rehat dulu kat rumah. Dorang ni biar saya yang jaga. Tuan rehat terus fikirkan masak-masak pasal permintaan dorang. Mak nak bagi saran pun tak tahu apa nak bagi." saran Mak Imah.

"Oke lah cam tu, saya balik kejap. Kalau dorang tanya cakap je saya balik kejap je. Kalau nak apa-apa call saya." ujar Aiman.

"Ya, tuan. Apa-apa nanti Mak Imah bagi tahu."

"Oke, saya gerak sekarang."

"Ya, hati-hati tuan."

"Hm, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Aiman pamit pulang sebentar ke rumah untuk beristirahat sejenak. Di lain sisi ia harus memikirkan permintaan kedua putrinya dan menyelesaikan masalah di kantor yang belum selesai.

🌹🌹---🌹🌹


Di Indonesia, Nasy berada di kampus sedang melakukan bimbingan bersama Cika dan Putri. Duduk bertiga di ruangan perpustakaan kampus selesai bimbingan untuk mencari bahan referensi skripsi. Gerak-gerik Nasy selalu tidak pernah absen melihat ponselnya. Cika dan Putri saling pandang heran dengan sikap Nasy.

"Nasy...kamu baik-baik saja kan?" tanya Cika.

"Baik-baik saja. Emang kenapa?" tanya Nasy balik.

"Tidak. Kamu seperti orang aneh." jawab Cika.

"Aneh bagaimana?" tanya Nasy lagi.

"Ya aneh saja. Sedari tadi sampai sekarang kamu terus melihat ponsel kamu. Emang ada apa di ponsel kamu?"

"Eh...tidak ada apa-apa pun kok."

"Benaran nih. Ada yang kamu sembunyikan ya?" tanya Putri.

"Tidak ada kok."

"Nasy...kita berteman buka satu dua hari ya. Coba cerita ke kami, ada apa?" tanya Putri.

Nasy menghela nafas sebentar sebelum bercerita ke kedua sahabatnya ini. Mengenai Syifa dan Syaifa yang jatuh sakit. Dan salah bersalahnya terhadap mereka berdua.

"Apa ini ada kaitannya dengan di Malaysia waktu itu?" tebak Cika.

"Ya...seperti itu. Tapi lebih tepatnya, Cik Aiman kemarin malam chat saya kalau Syifa dan Syaifa sakit." jelas Nasy.

"Apa?" ucap Cika kaget.

"Lalu apa kaitannya dengan kamu?" tanya Putri.

"Tentu saja ada kaitannya dengan saya. Kamu tau tidak, mereka jatuh sakit itu karena saya. Mereka sakit cuma gara-gara ingin bertemu dan berbicara dengan saya. Mereka sebelumnya sering menghubungi saya tapi tidak saya angkat." jelas Nasy.

"Masa' cuma ingin bertemu dan berbicara sama kamu mereka berdua sampai sakit." ujar Putri.

"Eh...Put. Kamu tau tidak Syifa dan Syaifa itu sudah sayang sekali sama Nasy. Bahkan sudah menganggap Nasy itu seperti ibunya. Dan juga pernah ingin menjodohkan Nasy sama Cik Aiman. Kan Nasy?" jelas Cika membantu jawab.

Nasy menjawab penjelasan Cika hanya dengan menganggukkan kepala saja.

"Benaran, Nasy?" tanya Putri.

"Iya, oleh karena itu mereka jatuh sakit. Sampai mengingau menyebut nama saya. Jadi saya telepon balik, tapi Cik Aiman tidak mengangkat. Saya coba lagi deh pagi hari tapi tetap saja tidak diangkat." jelas Nasy.

"Lalu tidak lama, Cik Aiman nelpon tuh memberitahu kalau Syifa dan Syaifa sakit. Mendengar suara saya dan Cik Aiman, Syifa terbangun lalu kami mengobrol begitu juga dengan Syaifa. Walaupun melalui ponsel, mereka kelihatan makin membaik." tambah Nasy.

"Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Cika.

"Tadi pagi sih keadaan semakin membaik dan pulih. Tapi sekarang masih belum ada kabar dari Cik Aiman ataupun Mak Imah."

"Sabar saja dulu, nanti juga mereka akan beri kabar kok."

Nasy menjelaskan semuanya ke Cika dan Putri membuatnya tidak percaya. Tetapi mereka cukup merasakan lega karena keadaan Syifa dan Syaifa sudah mulai membaik. Kini Nasy, Cika, dan Putri melanjutkan mengetik hasil skripsinya di laptop masing-masing.

Bersambung...


Jangan lupa like, vote, komen, follow, dan subscribe ya readers 🤗☺️

Semaian Dua Arah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang