Si Babii
Arman melenguh pelan, ia melihat Amon tidur diatasnya dengan lelap. "Bangun koala, tangan saya masih terikat dan ini sakit." Ucapnya.
"Saya hanya 43 kilo, anda latihan mengangkat beban 60 kilo naik turun gunung dengan tangan terikat. Jangan manja." Galun suara Amon khas bangun tidurnya mengalun begitu merdu dalam indra pendengaran Arman.
"Untung saya sayang denganmu, Amon." Batin Arman.
Amon tidak menjawab. Dia hanya mendengkur pelan dan memeluk Arman lebih erat. Arman merasakan denyut nadi Amon yang lembut di dadanya.
Arman merasakan sesuatu yang dingin menyentuh bibirnya. Dia membuka matanya dan melihat Amon yang sedang menciumnya dengan lembut. "Jangan tidur lagi, ubi jalar." ucap Amon sambil tersenyum.
Arman menjerit dan menepis Amon dari atasnya. "AMON!" teriaknya. "J, j, j, j, j, ja ...! Jangan tiba-tiba begitu!"
Amon menggelengkan kepalanya, "Tidak bisa, Arman. Kau adalah milik saya sekarang. Kau tidak bisa pergi kemana-mana atau Menolak saya."
Arman memukul kepala Amon dengan kepalanya sendiri, "Tolol!"
Amon, Ia turun dari tubuh Arman dan memakai pakaiannya.
Arman meronta-ronta, mencoba melepaskan diri dari tali yang mengikat tangannya dan kakinya. "Lepaskan saya, Amon! Saya tidak mau bersama anda! Saya tidak suka anda!"
"Tapi anda sudah mengambil keperjakaan saya! Anda harus tanggung jawab!"
Amon mendekatkan wajahnya ke Arman, "Terlebih, Arman. Kau tidak perlu berbohong. Saya tahu kau sayang pada saya kan. Saya bisa merasakan denyut jantung anda yang berdetak cepat setiap kali saya menyentuh anda. Saya bisa melihat kilauan di mata anda."
Bola mata hitam Amon menjadi merah terang, memancarkan obsesi yang kuat. "Saya mencintai darah anda yang manis."
Arman merasa ngeri melihat mata Amon yang berubah warna. Dia tahu bahwa Amon adalah vampir sejak tadi malam, tapi dia tidak pernah melihatnya seperti ini bahkan ketika melakukan itu dengannya. Dia tiba-tiba merasakan gigi Amon yang tajam menusuk lehernya, membuatnya menjerit kesakitan.
"Amon, berhenti! Anda menyakiti saya!" teriak Arman.
Amon tidak menghiraukan teriakan Arman. Dia terus menghisap darah Arman dengan rakus, seolah-olah tidak ada yang lain di dunia ini.
"Aeumh ... Amon ... Amon ..."
"Iya?" Amon menjilati bekas gigitannya di leher Arman.
"Hisap lebih kuat."
Mata Amon membola, senyum merekah diwajahnya. Ia mencium bibir Arman sekilas dan kembali menghisap darah dileher Arman.
• • •
Arman terbangun dengan perasaan pusing dan lemas. Ia melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa ia berada di sebuah kamar yang asing, kamar yang lebih manusiawi. Ia mencoba menggerakkan tangannya, dan ia terkejut ketika ia merasakan bahwa tali yang mengikatnya sudah terlepas. Ia juga melihat kakinya yang bebas dari belenggu. Ia bingung, siapa yang telah melepaskannya?
Ia menoleh ke arah jendela, dan ia terpana oleh pemandangan yang ada di sana. Ia melihat Amon, pria yang telah menculiknya, duduk di samping jendela dengan anggun. Cahaya matahari yang menerpa wajahnya membuat kulitnya bersinar seperti mutiara. Rambutnya yang panjang dan hitam tergerai indah oleh hembusan angin yang berhembus. Matanya yang besar dan bersih menatap Arman dengan tatapan yang sulit diartikan. Bibirnya yang merah dan penuh tersenyum tipis, seolah menantang Arman untuk mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Bjirlah || Sedang berlangsung
Short StoryKesalahpahaman dan ketertarikan yang berbeda antara Amon dan lingga yang membuat mereka menjadi terikat. || • • • • • || Lingga tidak bisa bergerak sama sekali. Dia merasakan tubuhnya lemas dan matanya berat. Dia hanya bisa mendengar suara Amon ya...