🍭 A N O Z 8 🍭

110 5 5
                                    

Amon dan Lingga memutuskan untuk pergi ke kota bersama, hari libur Lingga juga sudah selesai dan untuk mewujudkan impian Amon menjadi seorang penulis. Mereka juga membawa Biru, anak setengah naga yang diselamatkan (diberikan?) Amon dari kakaknya, Robheiin. Mereka menganggap Biru sebagai anak mereka, dan Biru pun menganggap mereka sebagai orang tuanya.

Namun, pergi ke kota bukanlah hal yang mudah bagi Amon dan Lingga. Mereka harus menghadapi banyak rintangan dan bahaya. Salah satunya adalah hukum kerajaan yang melarang hubungan sesama jenis. Di kerajaan itu, pasangan homo dianggap terkutuk dan harus dihukum mati.

Untuk menghindari hukuman itu, Amon dan Lingga harus berpura-pura menjadi pasangan hetero. Amon harus berpura-pura menjadi wanita, dan Lingga harus berpura-pura menjadi suaminya. Mereka harus berhati-hati agar tidak ketahuan oleh siapa pun.

Amon merasa sangat nyaman dengan perannya sebagai wanita. Ia harus memakai baju dan riasan yang menutupi identitasnya, terlebih pakaian dalam yang sangat membuatnya terangsang. Ia harus berbicara dengan suara yang halus dan manis. Ia harus bersikap yang lemah dan patuh. Ia harus menahan hasratnya terhadap Lingga.

Lingga merasa juga enak dengan perannya sebagai suami. Ia harus memperlakukan Amon sebagai istrinya. Ia harus berbicara dengan suara yang keras dan tegas. Ia harus bersikap yang kuat dan berwibawa. Ia harus menahan cemburunya terhadap Amon.

Biru merasa tidak mengerti dengan peran orang tuanya. Ia tidak tahu mengapa papa harus menjadi mama, dan ayah harus menjadi galak. Ia tidak tahu mengapa mereka harus berbohong tentang diri mereka. Ia tidak tahu mengapa mereka harus tinggal di kota yang asing yang anehnya membuat biru selalu bertanya tentang ini dan itu.

Amon, Lingga, dan Biru. Mereka adalah keluarga yang tidak biasa, tapi mereka adalah keluarga yang berani (mesum).

"Lingga ... Ayo kita ke penginapan dahulu," Ujar Amon.

"Apa kau lelah sayang?" Suara bariton Lingga mengalun merdu dalam lingkup pendengaran Amon.

Jantung Amon berteriak, darahnya naik, hasratnya memuncak.

"Biru, ayo bermain bersama ayah dan mama." Amon menarik biru dan Lingga kesebuah penginapan yang terbilang sangat elite itu.

Ia memesan kamar paling ujung, paling kedap suara, paling atas.

Amon mengunci pintu kamar. Ia menggoda Biru dan Lingga dengan mengeluarkan sebuah 'Mainan' dari lubangnya yang sudah becek itu.

"Hah ... Kalian tahu betapa terangsangnya saya?" Amon sudah tak tahan, lubangnya berkedut dengan cairan kental.

"P, papa?"

Amon mendorong biru kelantai dan melempar celana yang ia kenakan ke sembarang arah, Amon menggenggam penis besar Biru. Gerakan tangan Amon semakin cepat, mengocok penis anaknya itu dengan tangannya yang lentik hingga penis besar ini ... Semakin membesar, dan keras.

"Aghh.. ahhh... Paapaa... Shh."

"Lingga? Tidakkah anda tergoda dengan permainan kami?" Amon berucap nakal. "Saya sudah mengenakan pakaian ini ...."

Lingga membelalakkan matanya, "Kapan kamu berganti pakaian?" Jelas tadi Amon mengenakan dress putih tulang dengan renda berbentuk bunga-bunga cantik biru dibagian bawah, dan motif bunga kuning dibagian dada. Tapi ... Apa-apaan ini!?

 Apa-apaan ini!?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL] Bjirlah || Sedang berlangsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang