🍭 A N O Z 3 🍭

243 9 5
                                    

Amon menatap dengan tatapan kosong ke arah anak manusia yang dibawa oleh kakaknya, seakan-akan tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi di depan matanya. Dia tidak mengerti apa yang ada di benak Robheiin, hingga mau memberikannya anjing yang seperti sampah itu. Apa yang salah dengan kakaknya? Bukankah dia tahu bahwa Amon tidak suka minum darah manusia? Selain Lingga Bukankah dia tahu bahwa Amon lebih suka hidup sendiri tanpa anjing?

"Kak, saya tidak mau anjing ini," kata Amon dengan nada dingin. "Saya tidak butuh anjing. Saya bisa hidup tanpa minum darah manusia. Saya lebih suka minum darah binatang, lagipula saya sudah memiliki tiga anjing besar yang cantik."

Robheiin menggelengkan kepalanya dengan kasihan. Dia tahu bahwa Amon selalu berbeda dari vampir lain. Dia tahu bahwa Amon memiliki hati yang lembut, tubuh yang rapuh, dan tidak tega menyakiti manusia. Tapi dia juga tahu bahwa Amon tidak bisa terus hidup seperti itu. Dia tahu bahwa Amon membutuhkan darah manusia untuk tetap sehat dan kuat.

"Adik, percayalah pada saya. Anjing ini akan baik untukmu," kata Robheiin dengan lembut. "Anjing ini tidak akan merepotkanmu. Dia akan taat dan setia padamu. Dia akan memberikan darahnya untukmu kapanpun kamu mau. Dia akan menjadi partner seks yang baik, dan sehat!"

Amon menatap kakaknya itu dengan tidak yakin, "kak, dia baru berusia ... 5 tahun? Atau 4 tahun? Partner seks ... Kau pikir saya pedofil!?" Dia melihat anak manusia itu dengan curiga. Anak itu tampak ketakutan dan lemah. Matanya biru terlihat basah oleh air mata. Rambutnya hitam terlihat kusut dan kotor. Wajahnya pucat terlihat luka dan memar. Tubuhnya kurus terlihat lemah dan rapuh. Dia tampak seperti anjing yang tidak diinginkan.

"Tapi kak, anjing ini jelek sekali," kata Amon dengan jujur. "Lihat saja wajahnya. Dia tidak cantik atau tampan. Dia tidak menarik atau menggoda. Dia tidak seperti anjing-anjing yang biasa kamu bawa pulang. Dia tidak pantas menjadi anjingku."

Robheiin tersenyum. Dia tahu bahwa Amon tidak peduli dengan penampilan. Dia tahu bahwa Amon lebih peduli dengan isi hati. Dia tahu bahwa Amon akan menyukai anjing ini jika dia mengenalnya lebih dekat. Dia tahu bahwa anjing ini memiliki sesuatu yang spesial yang akan membuat Amon tertarik.

"Adik, anjing ini memiliki sesuatu yang kamu tidak punya," kata Robheiin dengan misterius. "Anjing ini memiliki sesuatu yang akan membuatmu bahagia."

Amon bingung. Dia tidak mengerti apa yang dimaksud kakaknya. Dia tidak mengerti apa yang dimiliki anjing ini yang tidak dimilikinya. Dia tidak mengerti apa yang bisa membuatnya bahagia.

"Kak, apa yang kamu maksud?" tanya Amon dengan penasaran.

Robheiin tidak menjawab. Dia hanya menunjuk ke arah mata anak manusia itu. Dia ingin Amon melihat sendiri apa yang dimiliki anjing itu. Dia ingin Amon menyadari sendiri apa yang bisa membuatnya bahagia.

Amon mengikuti arah jari kakaknya. Dia menatap mata anak manusia itu dengan seksama. Dia melihat sesuatu yang seperti mimpi di siang bolong. Dia melihat sesuatu yang membuat hatinya berdebar. Dia melihat sesuatu yang membuat jiwanya terpanggil.

Mata anak manusia itu berwarna biru. Biru yang sama dengan mata Zyrax. Zyrax, sahabatnya yang sudah tiada ribuan tahun lalu. Zyrax, sahabatnya yang selalu membuatnya tertawa. Zyrax, sahabatnya yang selalu membuatnya merasa dicintai.

Amon terkejut. Dia tidak bisa mempercayai kenyataan bahwa anjing ini memiliki sepasang mata yang sama persis dengan Zyrax. Pola mata itu, bentuk pupil itu, warna mata itu! Dia tidak bisa mempercayai bahwa anjing ini bisa mengingatkannya pada Zyrax. Dia tidak bisa mempercayai bahwa anjing ini bisa membuatnya merindukan Zyrax.

Amon merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Sesuatu yang hangat dan lembut. Sesuatu yang manis dan menyenangkan. Sesuatu yang dia tidak pernah rasakan sebelumnya (?) Sesuatu yang dia tidak tahu namanya.

[BL] Bjirlah || Sedang berlangsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang