Langkah panjang ia ambil, tampilan baru pun melekat dalam dirinya. Namun tak bisa dipungkiri jika dirinya masih sama, masih Sean yg kita kenal.
Rambut hitam yg panjang, bibir manis nya berwarna peach, dan kacamata nya menambah kesan lucu dan cantik. Bahkan stylenya yg casual bisa enak dipandang.
Banyak orang orang menatap nya sedari tadi, padahal ia hanya ingin ke toko buku yg berada di mall.
Sean mondar mandir sedari tadi, tetapi ia tak menemukan temannya. Entah dimana lelaki itu berada, ia tak tahu. Lagipula, ia sudah lelah berjalan mencari temannya itu.
Jadi Sean memutuskan untuk masuk kedalam kedai ice cream dahulu, lalu kembali mencari lelaki itu.
Memesan ice cream Mint Choco kesukaan nya, memesan dengan cup bukan cone. Ia suka yg mana saja, namun untuk saat ini cup lebih cocok.
Sean memakan ice cream nya sembari melihat sekeliling kedai, tatapan nya berhenti pada seorang lelaki disana.
Duduk sendiri dengan earphone nya, tatapan tajam pada handphone nya, rambut pendek, tubuh tinggi menjulang dan sedikit kekar, bahkan style nya sangat keren bagi Sean.
Bisa Sean lihat lelaki itu menggunakan kaos hitam polos, jaket kulit berwarna merah maroon, dan celana cargo berwarna cream.
Sean terus menatap lelaki itu, visualnya sangat tampan. Namun ada yg aneh.. ia merasa familiar dengan lelaki itu. Seperti pernah bertemu tetapi ia tak tahu dimana.
Pada akhirnya Sean menghela nafasnya, merasa pikirannya sudah aneh aneh sekarang. Tanpa disadari lelaki itu tersenyum miring, melirik Sean yg sedari tadi melamun.
Sean mengalihkan pandangan nya kearah luar kedai, disana ada temannya yg sedari tadi ia tunggu.
Sean menatap temannya tajam, "lama banget. Kayak lo dari Sabang gue Merauke." Ketus Sean, temannya yg bernama Jean itu terkekeh lalu duduk didepan Sean.
"Yaudah si maaf, macet dikit tadi." Sean mendengus mendengar alasan temannya itu, tangannya bergerak untuk memukul bahu lelaki itu.
"Anjing! Sakit goblok." Aduhan Jean dihiraukan oleh Sean, Jean mengelus bahunya lalu menatap lelaki didepannya itu.
"Jadi kagak beli buku nya? Kita perlu banget soalnya." Sean mengangguk, ia dengan cepat berdiri membuat Jean ikut berdiri.
Keduanya berjalan bersampingan keluar dari kedai ice cream itu, membuat tatapan tak suka dari lelaki jauh itu.
"Sialan." Gerutu nya, ia meremas handphone nya. Jika ia mau, handphone itu bisa ia hancurkan dengan tangannya yg meremas hp nya itu.
"Fuck it. Gue harus pindah besok." Ucapnya, lalu berjalan meninggalkan kedai Ice cream itu sama hal nya dengan Sean dan Jean.
-Teddy Bear.-
Jean dan Sean seperti adik kakak, bukan hanya karna nama mereka yg hampir sama tetapi juga kelakuan yg hampir sama.Tapi menurut Sean, ia dan Jean tak terlalu dekat, mereka hanya sebatas kenal. Sean juga terkadang masih berharap agar sahabat kecil nya kembali padanya. Benar, Xenon.
Sean hanya bisa nyaman pada Xenon, ia tak bisa menggantikan posisi Xenon dalam hatinya. Namun Jean baik padanya, entah tulus atau tidak tetapi Sean bersyukur karena bisa kenal dengan Jean.
Seperti sekarang, di kantin. Kedua lelaki itu sedang makan, tanpa ada suara sedikitpun. Karena menurut Sean, ketika makan tidak boleh berbicara. Itu mengganggu acara makan nya.
Berbeda dengan Jean yg suka sekali berbicara kepadanya saat makan, namun tumben sekali lelaki itu diam saja tak bersuara.
Makanan Sean sudah habis, sekarang waktunya bertanya kepada temannya itu. "Kau kenapa? Ada masalah?" Tanya Sean sembari menatap lekat pada Jean.
Lelaki itu meminum air putihnya lalu menatap Sean sembari menaikkan satu alisnya bingung, "aku baik baik saja, kenapa?"
Sean menggeleng, tiba tiba senyum Jean merekah. "Lo tau murid baru dari jurusan 11 TKJ 1? Dia keren dan tinggi banget." Ucap nya riang, Sean hanya menanggapi nya dengan senyuman.
"Aku gak tau, tapi kayaknya dia keren sampai bisa masuk kelas TKJ 1." Ucap Sean lembut, iya itu ada benarnya.
Sean dan Jean dari jurusan DKV atau Desain Komunikasi Visual, mereka tak jarang bermain dengan kamera. Berbeda dengan jurusan TKJ yg bermain komputer dan jaringan.
Tetapi untuk mendapatkan kelas TKJ 1 itu sangat minim, karena diisi oleh anak anak pintar. Bisa ia pastikan jika murid baru itu pintar dan keren.
Jean menatap berbinar kearah Sean, "kau tau? Dia juga tampan. Badannya kekar, ugh intinya dia benar benar tampan." Sean hanya tersenyum kikuk, ia tak tahu harus merespon apa.
Jean menyukai lelaki, ia suka sesama jenis. Hampir semua lelaki di jurusan DKV maupun Otomotif yg sudah ia kencani membuat Sean kewalahan sendiri.
"Jadi kau akan memacari nya?" Tanya Sean sembari tersenyum, Jean membuat postur seolah berpikir, padahal Sean tahu bahwa lelaki didepannya ini akan mengincar murid baru itu.
"Boleh dehh. Ayo coba aja." Jean menatap Sean lekat, Sean hanya tersenyum manis. "Ya tentu saja, silakan kamu coba. aku akan mendukung saja." Ucap Sean seolah pasrah.
Jean tersenyum lalu mengangguk, terkadang Sean tidak suka dengan sifat Jean yg ini. Maka dari itu ia tak pernah setuju jika sifat mereka dibilang sama.
Jean mengalihkan pandangannya kesana kemari membuat Sean menatapnya bingung, Jean melihat diujung kantin.
Lelaki yg baru saja ia katakan datang, Sean yg penasaran ikut menatap kearah Jean. "Itu dia." Sean menatap lekat lelaki itu, sepertinya lelaki itu pernah ia temui.
"Oh. Dia yg di kedai Ice cream kemarin.." lirih Sean membuat Jean mengalihkan pandangan nya cepat. "Apa?" Sean menggeleng, "tidak ada." Jean mengangguk lalu kembali menatap lelaki tinggi itu.
Bahkan lebih tinggi dari yg Sean duga, atau karna kemarin lelaki itu duduk? Entahlah, Sean tak peduli.
"Ia terlihat angkuh, ya...?" Cicit Sean pada Jean, Jean hanya menatap malas Sean. "Lo ga boleh langsung sok tau sama sifat orang, Sean." Sean hanya tersenyum kikuk, tetapi seperti yg Sean lihat begitu..
Lelaki tinggi itu seperti mencari sesuatu, Sean tak peduli ia ingin kembali ke kelas. Sean pamit pada Jean, Jean bilang ingin melihat lelaki itu lebih lama jadi Sean hanya mengangguk.
Sean pergi dari area kantin, tak sengaja bersitatap dengan murid baru itu. Murid baru itu dengan cepat mengalihkan pandangan pada Sean.
"Tunggu!" Perintahnya, Sean berhenti ia menolehkan kepalanya ke belakang. Membuat gestur seolah menunjuk dirinya, lalu lelaki itu tersenyum tipis.
Berjalan mendekat kepadanya, dengan kedua tangan dimasukkan kedalam saku celana abu nya. Sedikit membungkuk agar bisa mencapai telinga Sean, membuat Sean berjalan mundur.
Tetapi pinggangnya dipegang erat oleh lelaki itu saat ia mundur, "Sean tak merindukan ku?" Lirihnya.
Sean memejamkan matanya, ia merasa geli. "Sean benar benar melupakan ku, huh?" Lirihnya lagi, bedanya lelaki itu sekarang menatap lekat wajahnya.
"Xenon, Xenon Madhava. Sean tak merindukan ku, hm?" Ucap nya membuat Sean terbelalak kaget.
"Xe- Xenon?" Cicitnya membuat Xenon semakin tersenyum lebar. "Ya, Xenon Madhava. Kesayangan Sean dulu." Sean terdiam, menatapi sahabat kecilnya itu.
Mulutnya seperti terkunci, bahkan untuk bergerak saja Sean tak bisa.
"I'm back for you, don't you miss me, Sayang?"
-Teddy Bear. - Tbc...-
KAMU SEDANG MEMBACA
Teddy Bear. - SBJN
FanfictionWarn : Just fanfic, ooc, don't take everything here serious. Enjoy reading. -Teddy Bear.- Sean dan Xenon adalah sahabat sedari kecil, bahkan ketika melakukan sesuatu Xenon pasti akan bertanya kepada Sean. Kenapa kali ini, Xenon tak pernah menemuin...