95%.

183 21 0
                                    

Sean menikmati hembusan angin yg menerpa wajahnya, angin malam di balkon apartemen memang tidak pernah salah.

Secangkir teh hangat menemani malam lelaki manis itu, dengan piyama bergambarkan kucing putih yg lumayan kebesaran padanya namun tetap nyaman.

Sean menyesap teh nya, sembari menatap sang rembulan. Betapa cantik rembulan itu, walau hanya bisa terlihat pada malam hari.

Rembulan sama seperti manusia, ingin terlihat cantik namun pada orang yg tepat. Rembulan tidak pernah meminta orang memujinya, namun orang orang yg memiliki ketertarikan pada dirinya akan menyebutnya cantik.

Begitulah pemikiran seorang Sean, walau acaranya harus berhenti karena seorang serigala memeluknya dari belakang.

"Aku membawa beberapa cup ramen, minuman, dan Snack untuk kita." Ucapnya, Sean menghela nafasnya lalu mengangguk.

Menyempatkan diri untuk mengelus lembut bahu lelaki itu. "Pasti dingin diluar, bukan?" Tanya Sean, bisa Sean rasakan lelaki itu mengangguk.

"Benar. Sedangkan kau? Malah menikmati angin dingin ini, ayo masuk sebelum kau sakit." Suruh lelaki itu membuat Sean tertawa.

"Tentu, aku tak ingin merepotkan mu, Xenon." Xenon hanya tersenyum lalu membiarkan si manis berjalan terlebih dahulu masuk.

Ia menutup pintu kaca balkon dan menutup gorden juga. Mencari keberadaan si manis yg ternyata sudah duduk didepan TV untuk menonton kartun favorit nya.

"Umurmu bahkan lebih tua dariku, namun kau menonton Pororo?" Tanya Xenon remeh membuat Sean menggeleng tak suka.

"Pororo itu kartun lelaki! Hanya lelaki sejati menonton Pororo!" Ya.. mau tidak mau Xenon harus setuju dengan si manis.

Xenon duduk tepat disebelah Sean, merangkul pundak Sean sembari menyender pada sofa.

Sean yg dirangkul mau tidak mau harus ikut menyender pada pundak Xenon. Wajah mereka sangat dekat, bahkan jika mereka saling tatap bibir mereka akan menyatu.

Sean yg fokus pada kartunnya sedangkan Xenon fokus pada handphone nya.

Malam yg tenang. Kenapa Xenon bisa berada di apartemen Sean? Ya.. kalian pasti tahu Xenon, lelaki itu tidak bisa jauh jauh dari si manis kita. Jadi lelaki itu memutuskan untuk menginap di apartemen Sean.

"Kak Sea, haruskah aku pindah disini? Aku akan membantu membayar Unit ini." Celetuk Xenon dibuahi geplakan sayang oleh Sean.

Xenon meringis, "Kenapa!? Kak Sea tidak setuju?" Sean mendengus, bukannya apa apa. Hanya saja Sean malas berbagi Unit kamarnya.

"Hanya malas berbagi kamar." Ketus Sean, Xenon mengerutkan dahinya.

"Jadi kau tidak ingin satu kamar denganku?" Tanya Xenon, Sean hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Tentu, aku bisa tidur di sofa asal satu unit denganmu, kak."

"Dasar gila. Jangan mulai." Xenon tersenyum tipis lalu mengecup kening Sean sekilas.

"Aku tetap pindah."

"Hey!! Aku tak pernah setuju!"

"Terserah, aku tetap pindah. Aku akan mulai berkemas besok."

"Tidak ada. Kau tetap di apart mu."

"Baiklah kalau begitu kak Sea saja yg pindah ke unit ku."

"Aku menolak dengan halus tawaran mu, Tuan Madhava."

"Ayolah. Kau tak mau?"

"Tidak. Jadi jangan mengganggu, aku tidak bisa menonton." Acara tawar menawar itu dibuahi dengan penolakan keras dari Sean, ya. Walau begitu Xenon akan nekat dan tetap pindah.

"Kak Sea, punya mantan?" Sean yg fokus menonton hanya mengangguk, Xenon mengepalkan tangannya.

"Cewe atau Cowo?"

"Cowo."

"Oh. Perasaan kak Sea ke dia, masih?" Sean menggeleng, membuat Xenon tersenyum puas.

"Engga. Udah engga." Xenon hanya tersenyum, dengan sengaja mengambil kecupan manis pada bibir Sean.

Pipi Sean memerah, "Harus terbiasa." Celetuk Xenon membuat Sean mengangguk.

"Laper ga? Ayo buat Cup ramen." Sean melirik Xenon lalu mengangguk.

"Okay, kau beli berapa?"

"1 rak."

"Huh?"

Suasana menjadi hening, Sean berjalan dengan cepat kearah dapur dimana ada 2 kresek putih besar dimeja makan.

"Hanya bercanda, aku membeli 6 Cup." Sean membuka salah satu kresek putih tersebut, mendapati 6 Cup Ramen dengan rasa yg berbeda.

"Kau ini... Benar benar.."

"What? Daripada kak Sea kelaparan tengah malam, jadi aku membeli lebih." Ujarnya sembari menyenderkan dirinya di kulkas.

"Huft. Terserah, thanks." Sean mengambil 2 Cups, memasak Cup Ramen itu lalu menyajikan nya pada Xenon.

"Makanlah lalu pulang." Xenon yg sudah memasukkan mie kedalam mulutnya tiba-tiba dikeluarkan ditempat sampah kecil yg ada di dapur.

"Ap- Apa kau tidak apa!?" Sean ikut berdiri untuk melihat kondisi sahabatnya, Xenon mengelap bibirnya kasar tanpa menatap Sean samasekali.

"Xenon?" Panggil Sean, Xenon kembali duduk dikursinya lalu memakan Cup Ramennya tanpa mempedulikan panggilan Sean.

"Xenon!" Panggil Sean lagi, dan lagi lagi tidak ada sahutan.

"Xenon Madhava!" Xenon menyerah lalu menatap lelaki itu tajam, Sean tiba-tiba gugup ia juga tidak tahu kenapa.

"Ka- kau kenapa..? Ada yg salah...?" Tanya Sean pelan, ia berjalan mendekat mengelus lembut pundak Xenon.

"Tidak apa." Ketus Xenon, Sean merasa bersalah ia mengigit bawah bibirnya.

"Done, aku pergi." Ucap Xenon dengan cepat berdiri, sebelum sempat berjalan Sean menarik lengan kokoh milik Xenon.

Xenon hanya melirik sembari mengangkat satu alisnya, "Tinggal." Ujar Sean, Xenon tak bisa tak tersenyum.

"Ah~ jika aku menolak?" Sean yg awalnya menunduk langsung mendongakkan kepalanya. "Kok.. kok begitu?" Xenon mengangkat bahunya tak acuh.

"Entah lah, dah. Aku pergi." Xenon melepas pegangan Sean, Sean juga hanya membiarkan Xenon pergi.

Tidak, ia tidak mau.

Namun Xenon dengan cepat mengambil jaket kulit nya, Sean mengintili nya dan dengan cepat juga Xenon keluar dari unit Sean.

"Xenon-" Terlambat, pintu tertutup. Sean serasa terkunci dari luar jika seperti ini.

Kakinya lemas membuatnya perlahan berlutut didepan pintu. Memeluk kedua lututnya, tanpa lelaki itu sadari mata nya berkaca kaca.

Sudah beberapa menit ia duduk disana, suara ketukan pintu terdengar. Sean yg merasa memesan sesuatu langsung mengelap air matanya kasar, walau tak bisa berbohong jika hidung nya memerah dan matanya sebam.

Sean membuka pintu unitnya, "Halo?-" pintu terbuka dengan Xenon yg kembali dengan kresek putih sedang ditangannya.

Sean diam, Xenon dengan cepat menubruk tubuh mungil itu. Memeluk erat yg lebih pendek dan mengecup kelopak mata Sean yg sehabis menangis.

"Maafkan aku, aku hanya bercanda.. aku tidak tahu jika kau akan menangis." Jelas Xenon, Sean dengan kesabaran nya langsung menggeplak kepala Xenon penuh rasa sayang.

Xenon meringis lalu terkekeh geli, ia kembali mengeratkan pelukannya. "Aku membeli ice cream untuk mu~, want some?" Sean mengangguk kecil, Xenon yg gemas langsung mengangkat Sean seperti karung beras.

"WAH- LEPASIN XENON!"

"Tidak apa, kau tidak berat, kak." Menutup pintu unit dengan kaki nya, membawa Sean ke kamarnya.






























- Teddy Bear. - Tbc... -

























Teddy Bear. - SBJNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang