Bagian 40 : Rumah sakit kala itu

60 3 0
                                    

'Dahulu, kita hanyalah sepatu yang bukan sepasang. Hingga akhirnya di satukan di kotak yang sama atas dasar sepasang yang sebenarnya hilang terhanyut banjir.'

✨✨✨


Langkah kaki terdengar di dalam lorong rumah sakit. Seorang gadis berusia sekitar 15 Tahun menelusuri lorong itu menuju sebuah ruang inap nomor 5. Sesampainya di depan pintu, gadis itu mengetuknya. Tidak ada balasan dari dalam, hal itu membuatnya membuka pintu tanpa dipersilahkan.

Di dalam ruangan tersebut, hanya ada pasien yang berbaring di kasur rumah sakit. Tidak ada keluarga yang kini berada di sana. Entah mereka pergi mencari makan bersama dan meninggalkannya, gadis itu tidak tahu. Yang iya tahu, pasien itu kini sendirian.

"Belum bangun dia." Ucap gadis itu sambil duduk disamping seorang pasien.

"Siapa?" Terdengar suara dari pasien tersebut.

Sontak gadis itu terkejut hingga ponselnya terlempar dan jatuh. Namun, pasien tersebut hanya diam tanpa menggerakkan satu bagian tubuhnya, bahkan matanya masih terpejam.

"Gimana?" Gadis bernama Erina itu membuat perbincangan.

"Apa?" Jawaban singkat dari pasien itu.

"Keadaannya." Sahut Erina.

"Menurut lo?" Erina sedikit kesal mendengar ucapan lawan bicaranya.

"Lumayan membaik." Perkiraan Erina.

"Nggak juga." Pasien itu membuat Erina kesal.

Erina semakin sebal mendengar respon seseorang dihadapannya itu. Tubuhnya yang berbaring di atas kasur malah terlihat menjengkelkan dari pada seorang pasien yang butuh perawatan. Belum lagi pasien itu berbicara dengan memejamkan mata.

"Keluarga lo nggak jenguk?" Tanya gadis itu.

"Nama lo siapa?" Balasan dari pasien rawat inap itu.

"Erina Abidah. Panggil aja Erina." Jawab gadis bernama Erina. "Sorry, gue lupa nama lo." Sambungnya.

"Arion." Jawaban dari pasien bernama Arion.

Keadaan terasa canggung. Kala itu, Erina belum mengenal Arion dan begitu juga sebaliknya. Dua remaja itu tidak akan saling mengenal jika bukan gara-gara kejadian pengeroyokan tersebut.

"Sendiri?" Tanya Arion tiba-tiba.

"Iya." Jawab Erina sambil mengangguk.

"Nggak sama Dante?" Pertanyaan Arion membuat Erina bingung.

Bagaimana bisa Arion menanyakan tentang Dante. Dia pasti sengaja membahas tentang cowok itu. Dengan mata yang masih memejam, sedikit demi sedikit Arion berbicara kepada Erina. Dia tahu tentang gadis itu karena batagor legendarisnya yang sudah terkenal dikalangan masyarakat sekolah bahkan luar sekolah. Sejak SMP gadis itu sudah berjualan batagor.

"Ngapain juga sama Kak Dante." Ketus Erina.

"Siapa tahu dia belum puas gebukin gue." Celetuk Arion.

Erina kembali diam, dia tidak tahu harus merespon seperti apa setelah mendengar pernyataan Arion. Sebenarnya dibalik segala kejadian yang Erina lihat dan juga dia rekam dalam ponselnya, Erina juga menyimpan banyak kekecewaan atas Dante dan rasa iba pada Arion. Dia tidak tahu mengapa berusaha membuat Arion kembali pulih padahal bukan dia yang membuat Arion seperti ini.

"Maaf." Ucap Erina.

Arion membuka matanya saat mendengar permintaan maaf dari Erina.

"Lo pacaran ya sama Dante." Ujar Arion asal.

ArionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang