Kata-Kata

7 0 0
                                    

"Katanya rumah itu tempat kita bahagia bersama keluarga, tapi kalau keluarga nya sudah pergi semua dan hanya menyisakan kami berdua tanpa rasa, apakah tempat itu masih bisa disebut rumah?"


Kembali ke sebuah kelas yang dianggap sebagai tempat pelarian untuk seorang anak perempuan yang kini tengah duduk di kursinya sambil memainkan sebuah musik,musik yang selalu mengingatkan nya akan sebuah kenangan manis bersama orang-orang berharga nya semasa kecil.

"Andai aku bisa balik ke masa-masa itu, aku pengen balik lagi, aku pengen semuanya kembali kayak dulu" ucapnya dengan lirih.

Tak berselang lama seorang anak laki-laki masuk sambil membawa sebuah buku tebal kesukaan nya, sebuah buku untuk membantunya menghafal lagu sesuai dengan tangga nada nya.

Matanya fokus menatap ke lembaran-lembaran kertas putih itu, tanpa menyadari seorang anak perempuan yang sedari tadi memainkan sebuah gitar disebelah kursinya.

Si anak perempuan menghentikan permainan nya kemudian menepuk pundak anak itu, dan ketika mereka bertatap muka, raut wajah serius yang tadinya terpampang di wajah lelaki itu kini memudar digantikan oleh senyuman manis di bibirnya.

Dia mengeluarkan sebuah buku dari tas nya, seperti biasa mereka memulai sesi percakapan bagaikan surat menyurat melalui buku itu, sebuah pertanyaan di lontarkan oleh lawan bicaranya seperti berikut.

Sebuah pesan balasan untuk teman nya itu ia torehkan di lembaran kertas putih bergaris yang kemudian memberikan sebuah alasan mengapa dirinya menenggelamkan mata nya dalam tumpukan buku-buku tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah pesan balasan untuk teman nya itu ia torehkan di lembaran kertas putih bergaris yang kemudian memberikan sebuah alasan mengapa dirinya menenggelamkan mata nya dalam tumpukan buku-buku tersebut.

Sebuah pesan balasan untuk teman nya itu ia torehkan di lembaran kertas putih bergaris yang kemudian memberikan sebuah alasan mengapa dirinya menenggelamkan mata nya dalam tumpukan buku-buku tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teman nya tersenyum bangga dan tak sabar untuk melihat hasil usaha anak lelaki itu untuk melakukan pertunjukan kecil yang dapat menghibur banyak orang.

Setiap hari mereka bercerita lewat kata-kata, mencurahkan segala emosi dan perasaan yang belum sempat diceritakan pada orang lain.

Lalu bel berdering menandakan pelajaran segera dimulai, semua siswa masuk ke kelasnya masing-masing.

Dunia Tanpa SuaranyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang