Singkat dan Hangat

6 0 0
                                    

"Orang lain lihat gue dari covernya doang, tapi kok Lo bisa lihat diri gue sedalam itu?"

Sebuah langkah kaki tampak menyusuri lorong koridor sekolah, menjelajah setiap sudut bangunan disana.

Sampai matanya menemukan apa yang sedari tadi dia cari, seorang siswa yang tengah duduk dibawah pohon sebuah taman sepi lengkap dengan seragam lusuhnya.

Perlahan namun pasti seseorang mendekati siswa itu, langkah kaki yang mulai terdengar akibat gesekan dengan rerumputan disana memancing telinga nya untuk menengok ke sumber suara.

"Hmm? Lo ngapain kesini?" Tanya siswa itu.

"Lo yang bantuin gue tadi kan?"

"Iya, terus kenapa?"

Seorang perempuan manis duduk disebelahnya, tampak masih ragu untuk memulai pembicaraan dengan orang asing disebelah nya.

"Gue mau bilang makasih, sekalian minta maaf juga atas perangai adik gue yang udah bikin susah lo" ucap perempuan itu.

"Nggak apa-apa, bukan salah lo juga, nggak usah minta maaf" jawabnya.

Mereka berdua saling berdiam diri, bingung harus mencari topik apalagi yang bisa dipakai untuk mencairkan suasana.

"Oh ya, nama lo siapa?" Tanya siswa itu.

"Panggil aja Nisma" jawab perempuan disebelahnya.

"Kenalin, Azka dari XI. IPS 6" jawabnya singkat.

"Lo udah kenal sama si Revan sejak kapan?" Tanya Nisma tiba-tiba.

"Nggak kenal sih, cuman ada cekcok dikit, tentang sesuatu" jawab Azka.

"Gue minta maaf banget, gue juga nggak nyangka kalau tuh bocah bakalan senekat itu"

Raut wajah Nisma seketika menjadi suram, tatapan nya kosong menghadap ke arah hamparan rumput ditaman itu.

"Udah gue bilang nggak usah minta maaf, santai aja gue nggak apa-apa" jawabnya singkat.

"Gue juga sebenarnya nggak mau ikut campur urusan dia, tapi anak itu...
Gimanapun juga dia adik gue" tutur Nisma.

🌻🌻🌻

Gadis berambut coklat itu sesekali mengusap air mata yang hampir jatuh ke pipinya, sebisa mungkin ia tahan Isak tangis yang mencoba keluar dari hatinya.

Sebuah tangan pun tiba-tiba menyergap pipinya, menggantikan tangan nya yang sedari tadi sibuk mengusap air mata.

"Lo ngapain? Nangis?" Tanya Azka.

Gadis itu berusaha tersenyum, menguatkan kembali hatinya, siswa laki-laki disebelah nya itu hanya bisa menghela nafas pelan dan mengajak Nisma untuk mengikuti nya ke suatu tempat.

"Gue selalu kesini setiap hari, setiap gue lagi sedih ataupun senang" ucapnya.

Mereka berjalan menuju sebuah bangunan dibelakang sekolah, tempat yang jarang sekali dikunjungi oleh para siswa-siswi disana, sebuah gudang kumuh yang terbengkalai.

"Tunggu disini sebentar" pinta Azka.

Nisma menurut dan berdiri mematung ketika anak itu mulai membuka perlahan sebuah kardus didalam ruangan itu.

Dunia Tanpa SuaranyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang