"Tuhan aku tahu hidup ini memang tak semudah yang kupikirkan namun setidaknya berikanlah aku kekuatan untuk menjalani nya"
Siang hari ditanggal 25 Juli, aku sedang mengerjakan beberapa latihan soal di perpustakaan, sembari membalik-balikan halaman sebuah buku paket yang kini tengah beradu tatap dengan mataku.
Tiba-tiba saja ekor mataku melihat seseorang yang tak asing dimataku, bukan teman sunyiku melainkan seorang siswa dengan tubuh tegap yang sedang berdiri disampingku.
Kulihat dia dari atas sampai bawah, mencoba memastikan bahwa yang kulihat bukanlah halusinasi.
"Lo... Kalau nggak salah anak kelas X kan? Teman nya Revan?" Tanyaku.
"Iya kak" jawab orang itu singkat.
"Lo mau ngapain kesini? Disuruh apalagi sama bocah itu?" Tanyaku agak ketus.
"Maaf kak, Revan sekarang lagi di ruang BK, Kakak dipanggil sama Bu Lena buat kesana" ucapnya.
"Hah?! Buat ulah apalagi sih tuh anak!" Ucapku agak kesal sambil menutup buku-buku ku yang berserakan di meja perpus.
Aku segera mengikuti siswa itu ke ruang BK, melewati banyak nya anak-anak yang tengah berlalu lalang di koridor sekolah.
Sesampainya aku di depan pintu ruang BK, hawa mencekam sudah memenuhi satu ruangan, seorang siswa dengan pakaian lusuh bernoda tanah tengah duduk dikursi berhadapan dengan seorang guru yang melotot kearahnya.
Disebelah nya ada seorang siswa yang penampilan nya tak jauh berbeda dengan dirinya, menunduk menghadap lantai.
Aku masuk dan dipersilahkan duduk dikursi yang sudah disediakan.
"Jadi begini Nak Nisma, Adik kamu ini Revan selalu buat ulah disekolah ini"
"Kali ini sudah kali kedua pihak sekolah memberikan peringatan kepada Nak Revan supaya menjaga sikapnya selama Disekolah"
"Saya dan Beberapa staf kesiswaan sudah mempertimbangkan beberapa hal, namun jikalau Nak Revan masih seperti ini juga, maka kami tidak punya pilihan selain mengeluarkan nya dari SMA Wiyatamandala"
"Saya harap Nak Nisma bisa lebih membimbing Nak Revan dalam menjaga sikapnya disekolah"
Lama sekali aku dan guru itu berbincang mengenai perilaku siswa yang disebut Revan itu, segala cara aku kerahkan agar setidaknya anak itu tidak dikeluarkan dari sekolah.
Setelah negosiasi yang panjang bersama guru BK, akhirnya aku dan anak itu dipersilahkan untuk keluar, dari ruang BK.
🎭🎭🎭
"Udah berkali-kali gue bilang sama lo jangan buat ulah disekolah!!" Ucapku dengan marah pada bocah itu.
"Berisik!!, Jangan ngatur-ngatur hidup gue!!, lo urusin aja tuh temen tuli lo!!" Jawabnya tak mau kalah.
"Apa?! Nggak usah ngatur? Terus lo pikir gue ikut kena omel sama BK gara-gara siapa?!, Nyadar diri woi!!"
"Banyak ngomong Lo!!, Pergi!! Sebelum gue hantam tinju ke muka lo!!" Ucapnya dengan marah.
"Lo pikir gue takut?! Nggak!! Coba kalo lo berani!!" Tantangku.
"Lo yang minta!! Jangan nyesel!!" Ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Tanpa Suaranya
Teen FictionKata orang dunia itu berisik, tapi menurut Ajisaka dunia itu sangat sepi dan sunyi, sebuah kekurangan yang diberikan oleh Tuhan justru bagaikan anugrah terindah bagi nya. Kekurangan tak membuatnya lemah, kekurangan tak membuatnya menyerah, itu yang...