3 ~ The Storm

177 25 6
                                    

Kami memang pernah melewati badai
Tapi saat itu perisai kami masih utuh
Lalu bagaimana dengan sekarang?

~ author

Shandy mengeratkan rangkulannya pada Fenly ketika mereka tiba di rumah, mata Shandy langsung tertuju pada kaca jendela yang sudah pecah berantakan karena lemparan batu, sesaat Shandy mengalihkan tatapannya pada Fenly yang terlihat enggan masuk kedalam rumah. Shandy menutup mata Fenly dan segera membawa adiknya itu menuju kamar miliknya. Perlahan Shandy membawa Fenly untuk berbaring ditempat tidurnya.

" Hey... Udah ngga papa, kan udah ada kakak " kata Shandy sambil mengusap rambut Fenly lembut karena sedari tadi Fenly tampak cemas

" Sekarang Fen istirahat ya, ngga usah mikir aneh-aneh ada kak Shandy dinsini " Fenly mengangguk dan perlahan memejamkan matanya, mungkin adiknya itu juga kelelahan karena berjalan kaki dari rumah menuju sekolahnya.

" Tuhan kenapa harus Fenly? Mereka bener-bener kembali dan sekali lagi jadiin Fenly target. Shan ngga mau salahin papa tapi kalau aja papa ngga pernah usut kasus Mafia dan perdagangan manusia itu, hidup kita mungkin akan baik-baik aja... Tapi karena udah kejadian ya mau gimana lagi? Sekarang tugas kakak jagain Fenly dan jangan sampai mereka sakitin Fenly lagi. Maaf ya Fen seharusnya kita ngga pernah biarin Fen sendirian di rumah, maafin kakak " kata Shandy sambil mengusap puncak kepala Fenly

Setelah yakin Fenly tidur Shandy berjalan menuju kamar miliknya untuk berganti pakaian dan langsung pergi ke dapur untuk memasak makan siang. Sejujurnya Shandy tidak begitu pandai memasak tapi jika hanya sekedar masakan sederhana dia masih bisa melakukannya. Cukup lama Shandy menyibukkan diri dengan urusan dapur kini ia beralih pada pecahan kaca jendela yang masih berserakan di lantai, dengan hati-hati Shandy membersihkan pecahan kaca tadi dan membuang batu yang tadi dilemparkan ke kaca jendela rumah mereka.

" Sementara di tutup tirai aja deh, nanti kalau papa pulang gue pasangin papan sambil nunggu pesen jendela baru " kata Shandy sambil menutup tirai jendela rumahnya itu.

" KAKAK!!! " mendengar teriakan Fenly, Shandy langsung tersentak dan berlari menuju kamar adiknya takut jika terjadi sesuatu lagi pada Fenly. baru saja pintu kamar Fenly terbuka tubuh Shandy langsung didekap erat oleh sang pemilik kamar.

" Hey.. tenang... Tenang Fen... Kakak disini! Kenapa? Ada apa hemmm? "

" Jangan tinggalin Fen sendiri kak... Fen takut mereka Dateng "

" Ngga akan ada yang Dateng Fen, udah ya tenang... Sekarang makan dulu ya! Abis Fen baru istirahat lagi "

" Hey... Dengerin kakak! Fen... Fenly... Denger kakak... Ngga ada apa-apa dan ngga akan ada yang Dateng kalau kakak ada sama Fenly... Coba tenangin diri dulu, tarik nafas pelan-pelan " titah Shandy karena tak mendapat respon positif dari Fenly. Perlahan Fenly mulai tenang dan melepas pelukannya, trauma yang Fenly alami memang beberapa kali menyulitkan hidup Fenly, tapi Shandy dan kedua orangtuanya berusaha sebisa mungkin untuk menghilangkan trauma Fenly.

Shandy meletakkan beberapa lauk sederhana yang ia buat di piring Fenly, sesekali Shandy tampak memperhatikan gerak-gerik Fenly, tangan adiknya itu tampak bergetar acak sehingga sedikit kesulitan untuk memegang sendok dan makan. Shandy meraih tangan Fenly dan menatap adiknya itu dengan tatapan setenang mungkin.

" Ngga papa... Semua bakal baik-baik aja, ada kak Shandy bareng Fen jadi semua pasti aman oke... Sekarang makan dan jangan mikir apa-apa lagi " Fenly mengangguk patuh dan perlahan memakan makanan miliknya meski sedikit kesulitan, Shandy menghembuskan nafas berat, salah satu tangannya ia gunakan untuk mengusap puncak kepala Fenly.

Meski berlangsung cukup lama akhirnya makanan yang dihadapan Fenly habis, Shandy menyodorkan beberapa pil obat pada Fenly, dengan tangan yang masih gemetar Fenly meraih obat tadi dan langsung ia minum. Fenly memang mengkonsumsi obat penenang dengan resep dokter, obat itu boleh Fenly konsumsi jika keadaanya benar-tidaknya tidak baik, karena hal itulah Shandy yang membawa obat tadi agar Fenly tidak begitu bergantung pada obat penenang.

Run Away (Jakarta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang