Ini adalah hari pertama bagi kami
Pertama kali kami bertahan
Pertama kali kami berlari
Dan pertama kalinya kami sembunyi
~ authorShandy merangkul bahu Fenly dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya sibuk menaburkan bunga di gundukan tanah yang mengubur mama mereka. Belum genap dua bulan papa Mereka pergi bahkan makam tuan Adhitama masih tampak basah, dengan beberapa bunga yang perlahan mengering, kini disisi makam Itu sudah terdapat makam baru. Shandy sampai berfikir apa mungkin setelah ini ia harus memesan nisan untuk dirinya sendiri? Semua pikiran buruk untuk menyerah itu terus menghantuinya, tapi jika mengingat kembali ia masih memiliki Fenly yang harus ia jaga, jadi dia berjanji selama nyawanya masih ada dia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Fenly.
" Kita pulang sekarang? Biarin mama istirahat kapan-kapan kita kesini lagi ya " kata Shandy sambil mengusap sisi wajah adiknya yang tertunduk, sebenernya Shandy sendiri tidak tahu nantinya apakah mereka akan sempat kemari, bukan karena sibuk dengan urusan di rumah tapi mungkin sibuk mempertahankan hidup mereka.
" Kenapa Tuhan pilih kita ya kak? Kenapa Tuhan ambil mama sama papa dengan cara kaya gini? Apa setelah ini kita juga bakal bernasib sama Kak? Kalau iya... Boleh Fenly minta duluan? Fenly ngga bisa lihat kematian orang yang Fen sayang sekali lagi kak... "
" Fen ngomong apa sih? Inget ya selama ada kak Shandy ngga akan ada yang bisa sakiti Fenly, kakak janji bakal jaga Fenly dan lindungi Fenly, jadi jangan pernah punya pikiran kalau Fen bakal berakhir gini juga "
" Fen capek kak... Takut " Isak Fenly sambil memeluk erat tubuh Shandy
" Ngga papa, takut akan buat Fenly jadi lebih waspada " kata Shandy yang kini perlahan membawa tubuh Fenly menjauh dari area pemakaman, Shandy bukan orang yang pandai menilai ia juga tidak begitu perasa tapi sejak tadi ia merasa ada beberapa orang yang mengawasi mereka, jadi lebih baik Shandy segera membawa Fenly pulang.
Shandy mengendarai mobil miliknya dengan kecepatan sedang, sesekali ia menoleh pada kaca spion yang memperlihatkan bahwa ada sebuah mobil dibelakang mereka yang sepertinya tengah mengikuti mobil Shandy.
" Kak... Kita udah muter jalan ini tiga kali " kata Fenly yang merasa sudah berulang kali melewati jalan yang sama
" Ada mobil yang ikuti kita Fen... Jadi ngga aman kalau langsung pulang " jawab Shandy yang langsung membuat Fenly menoleh ke belakang dan benar saja ada sebuah mobil hitam metalik yang mengikuti mereka.
" Terus gimana kak? " Tanya Fenly
" Tenang ya, kita ke kantor polisi terdekat kakak yakin mereka ngga akan punya nyali ikuti kita ke sana " jawab Shandy yang kini langsung memacu mobilnya cepat menuju kantor polisi terdekat.
Shandy dan Fenly menghela nafas lega setelah mereka berhenti di kantor polisi, mobil yang mengikuti mereka tadi langsung pergi melewati kantor polisi tadi begitu saja. Shandy menoleh pada Fenly kemudian mengusap rambut adiknya itu lembut, mendapat perlakuan itu secara tiba-tiba Fenly menoleh kearah Shandy.
" Fen, setelah hari ini kedepannya mungkin akan lebih berat, mungkin kita bakal lebih sering lari dan sembunyi, mungkin juga kita bakal lebih sering merasa takut tapi Fen harus percaya sama kak Shandy kalau sedetikpun kak Shandy ngga akan pernah tinggalin Fen " kata Shandy tulus
" Ummmm... Kita lari sama-sama ya kak. Fen pasti percaya sama kak Shandy. Sekalipun kedepannya akan lebih capek dan lebih menakutkan kalau sama kak Shandy, kayanya ngga papa deh "
" Tunggu lima menit abis itu kita pulang ya " Fenly mengangguk setuju.
Mereka sepertinya sudah sama-sama tahu jika teror ini tidak akan berhenti sebelum seluruh anggota keluarga Adhitama lenyap, jadi mereka jelas tahu kedepannya hidup mereka tidak akan tenang lagi, seperti apa yang dikatakan oleh Shandy setelah ini hidup mereka akan lebih sering berlari dan bersembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Away (Jakarta)
FanfictionLari memang bukan pilihan, tapi kini menjadi jalan satu-satunya yang dapat aku ambil. Jika saja dihadapkan pada pilihan bertahan dan berlari atau menyerah, mungkin jika tak ada dia bersamaku aku akan dengan mudah menjawab menyerah. Ku biarkan mereka...