Pendengaran, apa inii?

17 4 0
                                    

Ketiga anak dan juga Muqodas mengiringi Kirana memasuki kamarnya. Tangan Kirana masih digandeng dengan erat oleh Sya'adah. Gadis itu tidak ada niatan melepaskan tangan Kirana.

Ketika Kirana akan menapak dikamar yang mereka tuju. Benar saja disana di langsung mendengar suara-suara yang sangat jelas. Suara sepasang insan yang sedang bersenda gurau. Dia juga dengar gadis itu tertawa riang sembari mengatakan, "kejar aku kang mass.." dan dijawab oleh seorang pria. "Manjulika tunggu.." teriak riang suara lelaki itu. Mata Kirana berpedar kesana kemari, mencari sumber dari suara itu. Tapi dia tidak menemukan apapun dikamar itu hanyalah kamar kosong.

Tidak kuat akhirnya Kirana menutup kedua telinganya, karna suara itu tidak ada hentinya sejak tadi.

"Hentikan..suruh suara itu berhenti!" Teriaknya frustasi. Sungguh dia merasa terganggu dengan suara barusan. Kirana meringkuk sambil menutup dua telinganya didepan pintu kamar.

"Bundaa.." teriak ketiga anaknya.

Sontak ketiga anaknya berlari mendekatinya dengan wajah panik.

"Ayo bunda, kita keatas ranjang, bunda butuh istirahat." Ucap Abu Nawas dengan lembut.

Dengan sigap Muqodas menyuruh para dayang meninggalkan mereka. Karna dia tidak ingin orang lain mengetahui keadaan kirana saat ini.

Dengan sekejap seluruh dayang dan juga pengawal kerajaan meninggalkan tempat itu.

"Hentikan.. hentikan.. hentikannn!!!" Lagi -lagi Kirana berteriak histeris.

Ketika itu yang nampak dimatanya hanyalah Muqodas. Dia sangat curiga ini semua ulah Muqodas, sengaja membuat Kirana depresi sebelum mati pelan -pelan. Dengan tertatih-tatih dia menghampiri pria itu.

"Hati-hati hati Bundaa.." ucap Malik sembari meraih tangan Kirana, Kirana sengaja menepisnya, hingga Malik mengurungkan niatnya.

"Apaa yang kamu lakukan padakuu? Suara apaa ituu? Siapa itu Manjulikaa? Hah?" Tanya Kirana dengan nada berteriak dan sorot mata yang sangat mematikan

Sontak Muqodas dan ketiga anaknya terkejut. Bagaimana mungkin hal itu yang ditanyakan Kirana pertama kalinya.

"Ayahandaa? Bunda sedang berkata apaa? Bukankah nama ituu, nama di-" " Sibungsu bertanya kaku pada sang ayah, sedangkan tatapannya tak lepas dari sang ibu.

"Bunda baik-baik saja sayang, mungkin bunda kecapean karna perjalanan jauh." Potong Muqodas terpaksa berbohong.

"Sebaiknya kamu keluar dulu, biar kakak ayahanda dan kak Malik mengurus Bundaa.." Abu Nawas menggandeng tangan Sya'adah menggiringnya keluar.

"Tapi kak, aku masih rindu sama bunda kak."

"Nanti jika bunda udah baikan kakak akan jemput kamu sayang."

Seperti Malik, Sya'adah pun juga tidak akan membantah ucapan sang kakak sulungnya itu.

"Janji ya kak?" Tanya Sya'adah pasrah, sembari mencondongkan wajah menatap sang ibu.

"Kakak janji." Balas Abu Nawas dengan senyuman.

Dengan wajah kecewa, Sya'adah meninggalkan  kamar sang ibu, dengan sigap dayang yang menemani Sya'adah menghampirinya dan berjalan dibelakang Sya'adah.

Abu Nawas kembali kedalam kamar Ibunya, dilihatnya  ibu masih menatap tajam ayahnya.

"Jawabb!! Siapa Manjulikaa!? " Muqodas masih terdiam membisu. Ingin menjelaskan siapa yang ditanyakan Kirana, takut dia akan shok mendengar nantinya dan akan lebih histeris dari ini.

"Akuu telah memenuhi keingianmuu, dengan mengajakku kesini? Kenapa kauu tidak jadikan akuu budakmu saja, dari pada mendengarkan teriakan dua orang yang tidak kukenal inii." Lirih Kirana pilu, Kirana menjeda ucapannya.

Pengantin Raja JinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang