Muqodas hanya bisa menghela nafas panjang. Sedikit menundukkan wajah sekedar mencari manik sang istri.
"Apakah kamu bahagia dengan pernikahan ini? Atau mungkin kamu merasa ini semua paksaan? Atau juga mungkin kamu telah memilih orang lain menjadi suami muu..."
"Kang mass!!" Potong Manjulika dengan sedikit bentakan. Seketika wajah Muqodas menciut pertanyaan yang menggebu-gebu langsung sirna.
"Maaf.." ucapnya setelah itu. Pria itupun bangkit dari duduknya. Sementara Manjulika masih duduk dengan wajah kesal.
"Apakah menurut muu, aku telah memilih orang lainn? Kenapa kamu mempertanyakan hal itu, dimalam pengantin ini kang mass? Aku telah mengetahui kelebihan yang kamu miliki kang mass.."
Degg, seakan jantung Muqodas berhenti berdetak. Manjulika pun berdiri dan melangkah dengan cepat kehadapan Muqodas.
"Jangan katakan kamu tidak mengetahui, siapa yang telah kupilih sebagai pengantin ku didalam hati.." kali ini ucapan Manjulika tajam bahkan tatapannyanpun sangatlah mematikan pada sang suami.
Saat ini Muqodas yang membuang wajah menyembunyikan agar sang istri tidak bisa membaca, hal yang dia rasakan selama ini juga dirasakan Muqodas.
"Aku tidak bisa mengetahui ituu.." elaknya dengan mengucapkan kebohongan.
"Kamu berbohong kang mass...." Tuduh Manjulika, " Jangan katakan jika kamu tidak mengingat pertemuan pertama kitaa?" Bertanya dengan nada yang berapi-api.
Ntah kenapa ucapan Muqodas yang mengatakan dirinya memiliki pilihan lain Muqodas, sungguh membuat dia marah merasa ucapan itu sebagai hinaan baginya.
"Pertemuan yang manaa? Aku tidak ingat!" Lagi pria itu berbohong. " Apa yang kamu dengar bukanlah yang sebenarnya. Aku bukanlah orang yang pintar meramal apanyang ada didalam hati seseorang. Aku menikahimuu hanya karna memenangkan sayembara, dan kamulah hadiahnya." Ucap Muqodas lantang.
Gadis itu semakin kecewa dengan ucapan Muqodas, dia tertegun dengan menahan air mata. Sepertinya dia merasa, Muqodas yang tidak menginkan dirinya.
"Yaa, itu benar. Akuu.. hanyalah sebuah hadiah!" Ucap Manjulika dengan tatapan kosong hingga tanpa sadar dirinya pun terduduk lemah disofa yang ada disana.
Muqodas hanya bisa menatap iba sejenak, kemudian kembali memasang wajah tegas.
Kembali Manjulika menegakan kepala menatap tajam pada sang suami.
"Maka lakukan lahh.. apa yang ingin kamu lakukan!" Ucapnya seakan terdengar bergetar oleh Muqodas.
"Maksud kamuu?" Tanya Muqodas pura-pura bingung.
"Kamu menginginkan tubuh ini kan!? Maka penuhilah keinginan muu! Dan tinggalkan akuu!!" Tegasnya kecewa, tadinya gadis itu berfikir sang suami juga memiliki perasaan yang sama padanya. Tidak mungkin jika Muqodas tidak mengenalinya, Manjulika yakin betul Muqodas memiliki kekuatan untuk mengenalinya dan juga perasaannya. Hanya dengan tatapan.
Muqodas sedikit membungkuk, menatap Manjulika dengan sorot mata tajam. Manjulika menelan kerongkongan sedikit memundurkan kepala, sekedar memberi jarak pada Muqodas.
"Dengar, Likaa.. mesti aku tidak menginginkan pernikahan ini, jangan kamu sangka aku akan mengambil keuntungan dari ini semua.. "
Gadis itu hanya terpaku dan kaku menatap sang suami. Bahkan jantungnya saat ini berdebar sangat kencang. Harapan nya memiliki sang suami mengharapkannya juga seakan sirna, karna tingkah Muqodas tidak memancarkan perasaan bahagia sama sekali.
Sementara Kirana masih tetap saja menyaksikan kejadian dari pojokan kamar itu. Sebenarnya dia telah berusaha pergi dari sana, tapi ntah kenapa dirinya seperti tertahan.. dia seperti harus menyaksikan semua yang tidak dia ingat sama sekali. Gadis itu hanya bisa menatap dengan deraian airmata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Raja Jin
Fantasyperjanjian yang terjadi 20 tahun lalu, bagai petaka buat Kirana. Kenapa tidak? diusia dia yang sekarang ini, dan dihari itu juga orang tuanya dituntut untuk menepati janjinya oleh seorang jin yang bernama Muqodas, Muqodas adalah jin muslim mengikat...