Muqodas berjalan tergesa-gesa keluar dari kamar, dengan raut wajah kesal. Dia bahkan mengabaikan panggilan abu Nawas sang anak sulungnya.
"Ayahanda.." panggil pria itu yang dapat abai dari sang ayah.
Abu Nawas bingung, tak pernah nya sang Ayah mengabaikannya seperti ini.
"Kenapa kak?" Tanya Malik ketika melintas dihadapannya. Malik bisa lihat wajah bingung sang kakak.
"Ngak ada, tapi kok Ayahanda aneh yaa? Wajah nya kesal ketika keluar dari kamar Ibundaa..?" Ucapnya tanpa menoleh sang adik, dimana perhatiannya saat ini terpusat pada sang ayah.
" Ngapain sih kakak? Ingin tau saja urusan orang tua kita.. mungkin saat ini Ayahanda dan juga Bunda sedang bertengkar. Kan biasanya pasangan suami istri pasti ada pertengkaran disetiap hal. Termasuk kedua orang tua kita." Jawab Malik sambil tersenyum.
"Kamu benar juga, ngapain aku ikut campur urusan mereka..." Jawabnya sembari terkekeh. Dia teringat dengan kecurigaan koyolnya.
"Eh, kamu ngapain disini?" Tanya Abu Nawas saat melihat sang adik berada didekatnya.
"Ngapain Naya aku kak, harusnya aku yang nanya? Kakak ngapain didepan kamar orang tua kita? Masih kangen, sama bundaa?" Jawab sang adik tersirat mengejek.
"Sok tauu! " Kesal Abu Nawas, yang berhasil dapat senyuman oleh sang adik. "Aku kesini mau panggil bunda, karna Sya'adah mau aku membawa beliau kekamarnya."
"Ouhh.. tapi percuma, bunda ngak ada dikamar, aku baru saja dari kamar bundaa.."
"Ngapain kamu kekamar bundaa?" Tanya Abu Nawas penuh selidik. Dan berhasil dapat cengir kuda dari Malik.
"Tadi siapa yang tanya, masih kangen sama bundaa?" Cetus Abu Nawas kesal.
"Hehehe.. maaf kak, aku kan cuma bercandaa.."
Mereka pun saling melipat senyum, kemudian pergi dari tempat dimana mereka saat ini berpijak.
*
*
*
*
Kirana masih duduk seperti saat Muqodas pergi dari sana. Ntah berapa lama gadis itu menangis sambil mengenang masalalu bersama kedua orang tuanya, yang sungguh dirinduinnya. Tapi apa daya.. dia tidak bisa keluar dari alam ini. Bahkan saat ini dia juga tidak bisa keluar dari goa terkutuk menurutnya itu.
Karna kesal akhirnya Kirana berteriak sekuat tenaga, meluapkan segala kekesalan yang ada. Kembali menangis sejadi-jadinya.
Ketika tangisnya berhenti, dia baru sadar jika saat ini belum menunaikan kewajibannya sebagai umat Allah.
Segera dia bangkit dan berwudhu kemudian melirik kesegala arah, mencari kali aja diGoa ini tersedia mukena untuk dipakai.
Tapi asik memindai seluruh ruangan. Bukan mukena yang dia temukan. Tapi dia melihat disisi Goa ada sebuah cahanya dan diyakini Kirana itu jalan keluar. Gadis itupun bergegas mendekati tempat itu dengan senyuman merekah. Tapi ketika mencapai tempat itu.. kekecewaan tampak diwajah sang gadis.
Semangat Kirana pun hilang, ketika mengetahui cahanya itu berasal dari ruangan lain diGoa itu. Bisa dibilang sebuah kamar mewah layaknya milik bos-bos kaya jika di alam nyata.
Tersedia tempat tidur yang empuk dan juga satu set perabotan kamar yang lengkap. Hanya saja tidak ada televisi disana.
Perlahan gadis itupun memasuki kamar tersebut. Lagi-lagi perasaan Familiar dirasakannya. Ntah kenapa dia seakan tau letak benda apa saja disana. Termasuk mukena yang saat ini berada didalam lemari. Diraihnya benda itu dan membentang sajadah menghadap kiblat. Dulu ketika kemah sewak tu SMA, Kiran selalu bingung memilih menghadap kiblat dimana. Jika tidak bantuan kompas. Tapi saat ini dia seakan tau dimana letak arah kiblat. Mungkin dia bingung. Tapi berusaha tidak ambil pusing. Toh kejadian belakangan ini pun sudah cukup baginya untuk membuat dia pusing dan menderita.
Ketika menyelesaikan sholat nya Kirana masih bersimpuh dengan menengadahkan tangan keatas. Dia memohon pada yang kuasa agar memberi petunjuk baginya.
"Ya Allah.. jika memang hamba bagian dari mereka, maka berilah petunjuk, tapi jika hamba bukanlah bagian dari mereka, maka beri jugalah hamba petunjuk jalan untuk keluar dari sini.. hamba mohon yaAllah hapuskanlah dilema difikiran ini. Sesungguhnya yang mulia raja orai yang baik.. tapi hamba tidak tau apakah yang diucapkannya itu kebenaran atau tidak. Jika memang kami memiliki hubungan sebelum ini.. tolonglah beri pentunuukmu ya Allah.." Kemudian Kirana mengusap wajah pertanda doanya pun selesai.
Gadis itu kembali merenung duduk disisi ranjang yang empuk, dia masih berfikir bagaimana bisa mencari tau, sementara dia hanya seorang diri disini, tanpa ada yang membimbing.
"Sepertinya ucapan yang Mulia raja ada benarnya, aku mungkin tidak menghargainya selama ini. Wajar jika dia ngambek. Tapi.. gimana caranya aku bisa mengetahui hal yang ingin kuketahui.. sementara dia tidak ada disini? Mau manggil tapi ngak tau caranya. Trus.. tentunya gengsi dong, masa iya sihh.. aku yang manggil dia, harusnyakan dia yang datang dengan sendirinya kesini.."
Gadis itu bingung saat ini, berjalan mendarat mandir memikirkan satu cara agar Muqodas datang kesini tanpa diminta. Dia merasa sang raja pasti bisa melihat kondisnya saat ini. Mungkin saja sang araj memasang CCtv di Goa ini.
Bersandiwara pura-pura pingsan, dan juga jatuh. Tapi sang raja tak jua muncul. Hingga Akhirnya Kirana lelah. Kembali dia mengingat-ingat ucapan Muqodas sebelumnya. Kali saja ada petunjuk.
Satu yang dia ingat "Kita mendapatkan ketiga pasang hewan itu dengan betapa dibantu disana"
Kirana lansung turun dari ranjang. Dia bergegas ketempat dimana Muqodas pertama kali membawanya.
Sesampai disana Kirana menagati dua batu besar dengan sorot mata tajam. Gadis itu mengitari kedua batu yang saling berhadapan itu. Dan batupun memiliki nama sang pemilik, hanya saja satu bertuliskan Muqodas, dan satu lagi bertuliskan Manjulika.
Ntah dapat dorongan darimana dia hingga tanpa sadar dia telah duduk bersila di batu yang bertuliskan nama Manjulika. Seketika matanya pun terpejam tanpa diminta.
Disaat itulah ditempat lain Muqodas merasakan angin menerpa wajahnya dengan sangat kencang. Jantungnya berdebar sangat kencang. Bisa dirasakannya saat ini sesuatu terjadi pada sang istri.
Pria itu pun mencoba menerawang keadaan istri sekarang. Sedikit terkejut ketika dia melihat Kirana telah bertapa di batu yang sering mereka gunakan dulu. Dan didetik kemudian dia menyebutkan senyum.
"Apa yang terjadi yang mulia raja?" Tanya pegawai istana. Karna saat ini mereka sedang membahas urusan politik. Disana terdiri dari pejabat kerajaan.
"Sepertinya aku sedang tidak enak badan," Muqodas beralasan
" Kita akan lanjutkan pembahasan ini tiga hari lagi.." tanpa menunggu jawaban, sang raja pun beranjak dari sana. Tak ada yang berani membantah. Mereka hanya bisa menunduk ketika Muqodas berjalan ditengah mereka. Kemudian bubar mengikuti perintah sang raja.
Muqodas menuju ruang pribadinya, dimana tidak ada satupun yang boleh masuk kecuali sang istri. Disana dia membentangkan sajadah duduk bersila dengan tasbih ditangan. Memulai zikir ini, menuntun sang istri dari jarak jauh yang dilakukan Muqodas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Raja Jin
Fantastikperjanjian yang terjadi 20 tahun lalu, bagai petaka buat Kirana. Kenapa tidak? diusia dia yang sekarang ini, dan dihari itu juga orang tuanya dituntut untuk menepati janjinya oleh seorang jin yang bernama Muqodas, Muqodas adalah jin muslim mengikat...