N: Alana/Pitaloka POV
___
Aku terbangun dari tidur ketika mendengar suara daun pohon yang berada disamping kamar bergesekkan ketika tertiup angin. Aku memang memiliki pendengaran yang tajam. Maka dari itu, semalaman aku banyak menyuruh Hanum untuk membuat ramuan untuk mengusir nyamuk. Sungguh suara nyamuk sangat menyebalkan! Apalagi di zaman seperti ini, tidak ada anti nyamuk.
Aku mulai beranjak dari tempat tidur dan menuju balkon hanya untuk melihat matahari pagi. Dan, benar saja sesuai dugaanku, saat aku keluar sinar matahari langsung menerpa wajah ku.
Sudah dua minggu ini, aku berada di zaman kuno ini. Sesuai dengan apa yang dikatakan Hanum, aku akan berulang tahun yang ke tujuh belas tahun pada minggu depan. Disaat itu, utusan dari Majapahit akan datang untuk melukis ku. Dan sejarah pun dimulai.
"Dyah Ayu, Anda sudah bangun rupanya." ujar Hanum sambil membawakan nampan berisi teh dan menaruhnya diatas meja yang ada di balkon.
Aku duduk dan menyeruput teh tersebut, kemudian menaruhnya lagi. "Hanum, apa ada lagi yang harus Putri ini lakukan?" aku menekankan kata 'Putri' dan berusaha menjadi seorang Tuan Putri.
"Ada, Dyah Ayu. Anda harus pergi latihan memanah dengan Pangeran Niskalawastu." jawabnya.
Aku berdiri. "Baiklah. Ayo kita berangkat."
***
SLASS!
Sebuah anak panah menancap tepat di papan target itu. Aku menghembuskan nafas lega ketika berhasil.
Prok!
Prok!
Anak kecil berusia sepuluh tahun itu menepuk tangannya. "Tuan Putri sangat hebat! Kakakku benar-benar hebat." pujinya.
Aku terkekeh kemudian mendekat dan memberikan busur yang kupegang kepadanya. "Kau mau coba, Niskala?" tanya ku.
"Baiklah." ia merampas busur itu dan berlagak sok hebat. "Akan ku tunjukan, aku bisa lebih hebat dari kakak," ujarnya mengambil sebuah anak panah dari prajurit di samping.
Aku menatap Niskalawastu.
Dia pasti bisa menjadi pangeran tertampan saat dewasa nanti.
"Dyah Pitaloka!"
Hanum datang dan berlari menuju diriku dengan terengah-engah. "Dyah, ada kabar." ujarnya.
"Kabar apa, Hanum?" tanya ku.
"Keluarga Kerajaan Majapahit akan datang di hari ulang tahunmu." beritahunya.
Apa?! Tidak mungkin!
"Apa maksudmu, Hanum?" panik ku. "Maksudku, harusnya mereka tidak datang." ujarku lagi.
"Kakak, bagaimana kinerja ku? Aku berhasil mendapatkan lima target." ujar Niskalawastu dengan senang.
Aku tersenyum kemudian berjongkok menatap manik polos itu. Mengacak surai hitamnya, "Luar biasa, Niskala! Kembangkan bakatmu, lindungi Sunda!" ucapku memberikannya semangat.
Niskalawastu mengangguk bahagia, "Baik, Kakak. Akan ku lindungi Sunda dari siapapun." ujarnya dan membuatku tersenyum.
Kami pun menuju ke kereta kuda dan kembali pulang ke keraton. Kami tiba di keraton dengan selamat, aku turun dengan anggun disusul oleh Pangeran Niskalawastu.
Saat melewati gerbang, ada banyak sekali orang-orang yang berkeliling di sekitar, mempersiapkan ulang tahun Putri yamg sangat dihormati di negara ini, Dyah Pitaloka Citraresmi. Itu aku, eh maksudnya pemilik raga ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengubah Takdir Putri Pitaloka
Narrativa StoricaTerdampar ke 600 tahun yang lalu. Tepat di jaman pemerintahan Majapahit. Apakah transmigrasi jiwa itu nyata? Itulah yang dialami oleh Alana. Apalagi ia memasuki tubuh Putri Kerajaan yang akan meninggal di usia muda, 17 tahun. Akankah ia berhasil...