🍂 03. Have Changed

165 28 35
                                    

Akhir Musim Panas 1720, Desa Yeosu, Provinsi Jeolla Selatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhir Musim Panas 1720, Desa Yeosu, Provinsi Jeolla Selatan.

Malam berlalu dengan begitu cepat tanpa disadari oleh manusia. Hembusan angin di waktu fajar terasa begitu kencang meski ini belum memasuki musim gugur. Dedaunan berjatuhan dengan sangat kasar seolah dihempas begitu kuat oleh sang angin. Anehnya, tidak ada suara hewan yang biasa meramaikan hari menjelang pagi itu. Semuanya tampak sepi dan hening.

Tak lama dari itu, langit yang masih gelap berangsur-angsur menerangi dengan warna-warnanya yang pucat. Sangat kontras dari warna langit yang biasa muncul setiap paginya di musim panas ini. Kabut tebal ikut menyelimuti pemandangan di langit tersebut.

Kemudian di satu rumah yang sedikit jauh dari rumah lainnya, sebuah bayangan manusia menyelip di balik objek yang ada. Bayangan itu kembali berubah dengan sangat cepat tanpa disadari oleh siapapun. Hanya saja, meski bayangan itu adalah manusia, pada kenyataannya dia seperti bukan manusia lagi. Tubuhnya yang kaku bergerak dengan pelan. Matanya mengeluarkan sinar kemerahan yang tidak biasanya. Giginya ikut bergemeretak dengan otot rahang yang terlihat aneh.

Makhluk itu berjalan tak tentu arah di sekitar rumahnya yang tertutup. Panca inderanya seperti tidak berfungsi dengan baik. Gerakan otot di tubuh makhluk itu seolah bergerak hanya berdasarkan naluri saja.

Namun tidak hanya manusia itu saja yang berubah menjadi menakutkan, di beberapa rumah lain di Desa Yeosu juga jauh lebih menyeramkan. Mereka tidak hanya berubah, tapi juga melakukan hal lain yang lebih brutal. Seolah memang itulah yang mereka cari.

Yakni…

Menerkam dan mengoyak tubuh manusia lain yang satu rumah dengan makhluk aneh itu.

***

“Ku kira pagi ini akan turun hujan.” Jieun bergumam pelan sambil menatap langit yang masih berkabut dari jendela atas dapurnya yang sederhana.

Minjoon yang sedang membantu di dapur, sedikit menoleh pada istrinya itu. “Aku pikir juga begitu.”

Jieun menghela napas. “Suhu udara berubah sangat cepat dibanding pagi kemarin.”

Jieun mengambil sebuah mangkuk yang berisi nasi, sementara Minjoon menuangkan sup ke mangkuk yang lain. Mereka membawa beberapa mangkuk tersebut ke rumah yang terpisah dari dapur.

Ini waktunya sarapan sebelum mereka melakukan aktivitas di hari itu. Minjoon dengan kesibukannya di Kantor Desa, Jieun di Balai Kesehatan, Jihwan yang akan melatih kembali para pemuda di lapangan serta Jiyul yang akan bersekolah di Balai Pendidikan milik Guru Park.

Baru saja Jieun hendak membuka pintu ruangan yang biasa dipakai keluarga mereka untuk makan bersama, pintu dari ruangan lain terbuka. Jiyul dengan langkah kaki kecilnya terburu-buru menuruni tangga lalu memakai sepatunya.

“Yul-a, mau kemana? Sarapanlah lebih dulu.” Minjoon menegur anak perempuannya itu.

Tapi Jiyul hanya menengok sekilas ke arah orang tuanya. “Aku lupa hari ini ada piket pagi, Abeoji. Aku harus segera pergi.”

JOSEON APOCALYPSE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang